Kisah Sunan Giri

Kisah Sunan Giri   Surban ini awalnya disimpan di Masjid Ainul Yaqin Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Saat ini surban tersebut menjadi koleksi Museum Sunan Giri Kabupaten Gresik. Berdasarkan data foklor, surban tersebut merupakan peninggalan Sunan Giri yang konon   dipakai beliau dalam kesehariannya melaksanakan dakwah menyebarkan Agama Islam. Surban ini dibuat dengan teknik tenun yang berdasarkan pola hias, teknik tenun dan bahannya dapat dikelompokkan kedalam jenis kain salami yang berasal dari Persia. Jenis pewarna  yang  ipergunakan adalah pewarna alami yang diantaranya berwarna putih, biru, merah dan coklat yang m mbentuk hiasan floral dengan motif yang berukuran kecil-kecil.  Keris Kalam Munyeng dipercaya sebagai keris milik Sunan Giri. Menurut sumber foklor keris ini konon oleh Sunan Giri dibuat dari kalam (penunjuk) Sunan Giri dalam mengajarkan ajaran Agama Islam maupun dalam baca tulis Al Quran. Keris aslinya hingga kini tersimpan  di situs Kubur Sunan Giri Desa Giri Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Sedangkan keris yang dipamerkan ini merupakan replica dari keris aslinya. Mata Keris Kalam Munyeng menggunakan bahan baja dengan jumlah luk sebanyak 13 buah dengan panjang 36cm.   Pada bagian pangkal mata keris diberi hiasan sulur daunan yang berlapis emas. Bagian pegangan (hulu) kerisnya


Surban ini awalnya disimpan di Masjid Ainul Yaqin Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Saat ini surban tersebut menjadi koleksi Museum Sunan Giri Kabupaten Gresik. Berdasarkan data foklor, surban tersebut merupakan peninggalan Sunan Giri yang konon

dipakai beliau dalam kesehariannya melaksanakan dakwah menyebarkan Agama Islam. Surban ini dibuat dengan teknik tenun yang berdasarkan pola hias, teknik tenun dan bahannya dapat dikelompokkan kedalam jenis kain salami yang berasal dari Persia. Jenis pewarna  yang  ipergunakan adalah pewarna alami yang diantaranya berwarna putih, biru, merah dan coklat yang m mbentuk hiasan floral dengan motif yang berukuran kecil-kecil.


Keris Kalam Munyeng dipercaya sebagai keris milik Sunan Giri. Menurut sumber foklor keris ini konon oleh Sunan Giri dibuat dari kalam (penunjuk) Sunan Giri dalam mengajarkan ajaran Agama Islam maupun dalam baca tulis Al Quran. Keris aslinya hingga kini tersimpan  di situs Kubur Sunan Giri Desa Giri Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Sedangkan keris yang dipamerkan ini merupakan replica dari keris aslinya. Mata Keris Kalam Munyeng menggunakan bahan baja dengan jumlah luk sebanyak 13 buah dengan panjang 36cm.

Pada bagian pangkal mata keris diberi hiasan sulur daunan yang berlapis emas. Bagian pegangan (hulu) kerisnya terbuat dari bahan kayu berukuran panjang 10,5cm dengan diberi hiasan ukiran suluran. Sedangkan rangka (wirongko/sarung) juga berbahan kayu dengan ukuran

panjang 50cm yang seluruh bagiannya dilapisi perak berukir suluran tumbuhanTombak merupakan salah satu senjata yang telah berkembang dari masa prasejarah yaitu pada era dimana manusia membuat peralatan dari batu. Senjata tombak terus berkembang pada masa manusia telah mengenal pengolahan logam dengan membuat mata tombak dari bahan logam tembaga, besi maupun baja. Secara umum tombak banyak dipergunakan sebagai senjata dalam berburu binatang besar maupun dalam peperangan.

                                         Kisah Sunan Giri   Surban ini awalnya disimpan di Masjid Ainul Yaqin Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Saat ini surban tersebut menjadi koleksi Museum Sunan Giri Kabupaten Gresik. Berdasarkan data foklor, surban tersebut merupakan peninggalan Sunan Giri yang konon   dipakai beliau dalam kesehariannya melaksanakan dakwah menyebarkan Agama Islam. Surban ini dibuat dengan teknik tenun yang berdasarkan pola hias, teknik tenun dan bahannya dapat dikelompokkan kedalam jenis kain salami yang berasal dari Persia. Jenis pewarna  yang  ipergunakan adalah pewarna alami yang diantaranya berwarna putih, biru, merah dan coklat yang m mbentuk hiasan floral dengan motif yang berukuran kecil-kecil.  Keris Kalam Munyeng dipercaya sebagai keris milik Sunan Giri. Menurut sumber foklor keris ini konon oleh Sunan Giri dibuat dari kalam (penunjuk) Sunan Giri dalam mengajarkan ajaran Agama Islam maupun dalam baca tulis Al Quran. Keris aslinya hingga kini tersimpan  di situs Kubur Sunan Giri Desa Giri Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Sedangkan keris yang dipamerkan ini merupakan replica dari keris aslinya. Mata Keris Kalam Munyeng menggunakan bahan baja dengan jumlah luk sebanyak 13 buah dengan panjang 36cm.   Pada bagian pangkal mata keris diberi hiasan sulur daunan yang berlapis emas. Bagian pegangan (hulu) kerisnya

Morfologi senjata tombak koleksi Museum Sunan Giri secara umum terdiri dari bidang pegangan yang berupa tongkat panjang yang lurus berbahan kayu dengan mata tombak di salah satu sisinya yang terbuat dari logam besi. Mata tombaknya selain memiliki tajaman pada ujungnya yang meruncing juga memiliki bidang tajaman pada kedua tepian sisi pipihnya. Bentuk mata tombak yang lain dari koleksi Museum Sunan Giri adalah tombak canggah yang terdiri dari dua mata tombak berbentuk setengah lingkaran yang bisa ditangkupkan  dengan diberi engsel pada bagian pangkalnya. 

Bidang tajaman selain terdapat pada ujung mata tombak canggah, juga terdapat pada bagian sisi dalamnya. Tombak semacam ini dalam penggunaannya digunakan untuk menangkap dan menggiring pencuri. Menilik bahan kedua jenis mata tombak ini, nampaknya tombak tersebut lebih difungsikan praktis dalam keseharian oleh kalangan umum atau pasukan di Dinasti Giri. Walaupun jenis logamnya yang berupa campuran baja yang kuat, mata tombakini tidak diberi pamor sebagaimana yang lazim dipergunakan pada senjata kalangan pejabat istana dan masyarakat kelas atas.

Bidang tangkai pegangan tombak ini yang kini polos dengan bentukan yang tidak rata, nampaknya telah diganti dari tangkai yang semula. Selain itu tangkai tombaknya saat ini telah dilapisi dengan cat prada baru. Tombak koleksi Museum Sunan Giri Kabupaten Gresik pada awalnya tersimpan di Masjid Ainul Yaqin Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik yang menurut keterangan takmir masjid merupakan bagian dari senjata Dinasti Giri. 

Pelana Kuda koleksi Museum Sunan Giri didapat dari Masjid Ainul Yaqin Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Pada awalnya pelana ini disimpan di Masjid Ainul Yaqin yang menurut foklor yang berkembang di masyarakat Giri, pelana kuda tersebut konon merupakan pelana kuda pengikut Sunan Giri. Dalam pemfungsiannya pelana merupakan tempat duduk bagi penunggang kuda yang ditempatkan di punggung kuda. Pelana kuda koleksi Museum Sunan Giri terdapat 2 buah dengan ukuran dudukan penunggang yang berbeda. Pelana ini menggunakan bahan utama dari kayu dengan bidang ikat dan pijakan kaki penunggang kuda terbuat dari besi. Pelana ini berukuran panjang 50cm dan lebar 38 cm.

Kisah Sunan Giri   Surban ini awalnya disimpan di Masjid Ainul Yaqin Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Saat ini surban tersebut menjadi koleksi Museum Sunan Giri Kabupaten Gresik. Berdasarkan data foklor, surban tersebut merupakan peninggalan Sunan Giri yang konon   dipakai beliau dalam kesehariannya melaksanakan dakwah menyebarkan Agama Islam. Surban ini dibuat dengan teknik tenun yang berdasarkan pola hias, teknik tenun dan bahannya dapat dikelompokkan kedalam jenis kain salami yang berasal dari Persia. Jenis pewarna  yang  ipergunakan adalah pewarna alami yang diantaranya berwarna putih, biru, merah dan coklat yang m mbentuk hiasan floral dengan motif yang berukuran kecil-kecil.  Keris Kalam Munyeng dipercaya sebagai keris milik Sunan Giri. Menurut sumber foklor keris ini konon oleh Sunan Giri dibuat dari kalam (penunjuk) Sunan Giri dalam mengajarkan ajaran Agama Islam maupun dalam baca tulis Al Quran. Keris aslinya hingga kini tersimpan  di situs Kubur Sunan Giri Desa Giri Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Sedangkan keris yang dipamerkan ini merupakan replica dari keris aslinya. Mata Keris Kalam Munyeng menggunakan bahan baja dengan jumlah luk sebanyak 13 buah dengan panjang 36cm.   Pada bagian pangkal mata keris diberi hiasan sulur daunan yang berlapis emas. Bagian pegangan (hulu) kerisnya

Umpak Kayu koleksi Museum Sunan Giri awalnya merupakan umpak tiang bangunan pada pendopo cungkup kubur Sunan Giri. Umpak dalam pemfungsiannya sebagai pelandas tiang bangunan yang keletakannya diletakkan dibawah tiang bangunan sebagai penahan  beban tiang bangunan. Morfologi umpak tiang bangunan koleksi Museum Sunan Giri secara umum berbentuk persegi delapan yang menterupai bintang dengan dibentuk berundak semakin kecil pada bagian atas. Pada bagian tengahnya terdapat lubang yang berfungsi sebagai bidang kait tiang pada umpak. Umpak ini menggunakan bahan kayu jati yang diberi hiasan berupa ukiran motif karang pada bagian badannya. Hiasan motif karang umum ditemukan pada bangunan maupun benda dari periode berkembangnya Agama Islam.

Bedug merupakan koleksi unggulan Museum Sunan Giri Kabupaten Gresik. Bedug merupakan salah satu perlengkapan masjid yang umum ditemukan di Indonesia. Dalam pemfungsiannya bedug digunakan sebagai penanda masuk waktu sholat sebelum adzan  dikumandangkan. Morfologi bedug ini terbuat dari satu batang pohon kayu lapis yang bagian tengahnya diberi rongga lubang hingga tembus kedua sisinya. Pada ujung kedua sisinya dipasang kulit sapi sebagai membran bidang pukul bedug sebagai penghasil bunyi. Bedug  koleksi Museum Sunan Giri diperoleh dari Masjid Desa Pasucinan Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Menurut foklor yang berkembang bedug tersebut merupakan peninggalan Maulana Malik Ibrahim yang meninggal pada tahun 1419 M. sedangkan menurut Babad 

Kisah Sunan Giri   Surban ini awalnya disimpan di Masjid Ainul Yaqin Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Saat ini surban tersebut menjadi koleksi Museum Sunan Giri Kabupaten Gresik. Berdasarkan data foklor, surban tersebut merupakan peninggalan Sunan Giri yang konon   dipakai beliau dalam kesehariannya melaksanakan dakwah menyebarkan Agama Islam. Surban ini dibuat dengan teknik tenun yang berdasarkan pola hias, teknik tenun dan bahannya dapat dikelompokkan kedalam jenis kain salami yang berasal dari Persia. Jenis pewarna  yang  ipergunakan adalah pewarna alami yang diantaranya berwarna putih, biru, merah dan coklat yang m mbentuk hiasan floral dengan motif yang berukuran kecil-kecil.  Keris Kalam Munyeng dipercaya sebagai keris milik Sunan Giri. Menurut sumber foklor keris ini konon oleh Sunan Giri dibuat dari kalam (penunjuk) Sunan Giri dalam mengajarkan ajaran Agama Islam maupun dalam baca tulis Al Quran. Keris aslinya hingga kini tersimpan  di situs Kubur Sunan Giri Desa Giri Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Sedangkan keris yang dipamerkan ini merupakan replica dari keris aslinya. Mata Keris Kalam Munyeng menggunakan bahan baja dengan jumlah luk sebanyak 13 buah dengan panjang 36cm.   Pada bagian pangkal mata keris diberi hiasan sulur daunan yang berlapis emas. Bagian pegangan (hulu) kerisnya

Gresik Maulana Malik Ibrahim memindahkan pelabuhan dagang dari daerah Leran ke daerah Rumo. Karena daerah Rumo juga dianggap kurang cocok, kemudian Maulana Malik Ibrahim kembali memindahkan pelabuhan dagang ke daerah Gresik. Terbang adalah alat music tradisional yang berasal dari Timur Tengah. Alat music ini di nusantara lekat dengan perkembangan kelompok masyarakat yang memeluk Agama Islam.

Cara memainkan alat music rebana yaitu dengan cara memukul bidang membran dari rebana yang terbuat dari kulit kambing. Membran tersebut dipasang dengan kencang pada bidang rangka tang terbuat dari kayu dengan bentuk bulat dan memiliki lubang pada bagian  tengahnya. Pada kerangka kayu diberi kencer yang terbuat dari bahan logam tembaga. Alat music rebana dalam seni tradisi masyarakat muslim dimainkan sebagai pengiring syair-syair dari kitab barzanji atau syair music yang materinya bersumber pada ajaran Agama Islam. Terbang koleksi Museum Sunan Giri ini merupakan benda titipan dari Masjid Ainul Yaqin, Desa Giri, Kecamatan Kebomas.

Koleksi naskah yang dimiliki Museum Sunan Giri Kabupaten Gresik terdiri dari beberapa naskah, diantaranya adalah Al Quran, Kitab Khutbah Jumaat, dan naskah babat yang berisikan tentang serita Sindujoyo. Keseluruhan dari naskah tersebut ditulis tangan pada kertas  deluang dengan menggunakan tinta Cina. Penulisan berbagai naskah pada awal berkembangnya Agama Islam di Nusantara banyak dilakukan pada masa itu baik dalam bentuk menyalin Al Quran sebagai kitab suci pemeluk Agama Islam maupun kitab-kitab yang berisi  ajaran Agama Islam. Beberapa sejarah hidup dan kisah tokoh agama penting juga banyak dituliskan disalam naskah maupun kitab-kitab babat dan legenda.

0 Comments

Post a Comment