Mau tak mau, Deddy Dores ujungnya menjadi pesaing terdepan dari nama-nama yang pernah tenar sebagai penemu 'warna tema cinta' pencipta lagu pop Indonesia, setara dengan Rinto Harahap, Pance Pondaag dan Obbie Messakh. Tapi, tatkala 3 nama di depan telah surut pamornya, Deddy Dores tetap berada di depan, bahkan banyak orang menyebut Deddy Dores adalah tallentscout penyanyi pop (terutama) perempuan yang paling awet bertahan.
Namanya kondang sejak Deddy Dores men-direct penyanyi jelita almarhuman Nike Ardilla, lewat album Seberkas Sinar (1990), yang khabarnya terjual 300.000 copies. Tahun 1992, Nike melepas album Bintang Kehidupan, masih dengan motor penggerak Deddy Dores. Astaga, album ini terjual 2 juta keping. Album terakhir Nike Sandiwara Cinta dari data terakhir setelah meninggalnya Nike tahun 1995, terjual 2 juta keping juga. Di tangan Deddy Dores, Nike memang menjadi pop star untuk 6 album. Deddy berhasil mencetak mega bintang baru di musik pop (pakai unsur rock sedikit), dengan formula lirik cinta yang manis, melodi standar dan keharusan lain: penyanyinya cantik. Formula inilah yang melanjutkan pengembaraan Deddy Dores di peta musik pop negeri ini.
Lagu tema cinta, penyanyi jelita. Jika ada penyanyi laki-laki yang membawakan lagu karyanya, paling banter bernama Deddy Dores juga. “Saya memang mengawali terjun ke musik pop lewat rekaman suara saya sendiri,“ ujar Deddy. Pekerjaan itu dilakukannya pada tahun 1971, pada saat koceknya krisis karena grup Rhapsodia yang dibangunnya, belum menghasilkan dana bagus untuk menopang hidupnya. Album solo Hilangnya Seorang Gadis, cukup dikenal khalayak pop waktu itu. Deddy baru membuat album pop lagi pada tahun 1978, kali ini berduet dengan Lilian. “Album-album pop yang saya buat pada tahun 70-an sebenarnya hanya sebagai selingan. Semacam relaksasi di tengah kegiatan saya manggung dengan Rhapsodia, God Bless dan Giant Step. Saya benar-benar cari duit di musik pop sejak ketemu Nike pada tahun 1989, dan tahun 90 merekam Seberkas Sinar itu,“ pembelaan Deddy.
Superkid, Rhapsodia & God Bless
Bagaimana awal mula Deddy menerjuni musik pop? 'Sulit sekali, karena dunia pop ini sangat njomplang dibanding kebiasaan saya manggung dengan atribut rock. Waktu itu dengan sadar saya masuki dunia penciptaan lagu-lagu cengeng. Waktu itu banyak pula kritik datang ke saya, saya melacurkan diri. Tapi bagaimana pun juga, saya perlu hidup. Orang nggak bisa tahu apa saja kebutuhan saya,“ ujar Deddy dengan ekspresi datar. “Tapi, biarlah saya main musik yang begini dulu, setelah posisi saya kuat, baru saya akan kembali ke idealis saya. Seperti sekarang ini, saya sedang menyiapkan produksi sendiri, merekam album Superkid. Ini band kebanggaan saya, yang dibangun Denny Sabri dengan formasi trio: Deddy Stanzah, Jelly Tobing dan saya. Rekaman ini mau laku atau nggak, saya nggak peduli. Yang penting, di sinilah Superkid berekspresi, dan rekaman ini benar-benar idealisme saya sendiri, dibantu kawan-kawan dari Superkid, “ tambah Deddy.
Rekaman Superkid itu menurut rencana mulai dibuat Maret 2000 ini. Band format 3 pemain ini dibangun tahun 75, sempat melakukan tour Indonesia, dengan kiblat musiknya ke Rolling Stones. Stanzah sebagai vokalis memang banyak dapat influence dari Mick Jagger. Deddy Dores pada posisi keyboard dan gitar, Deddy Stanzah pada bas dan Jelly untuk drums. Formasi ini amat mirip dengan AKA Group, cuma AKA ( Arthur Kaunang, Ucok Harahap, Syech Abidin dan Soenata Tanjung ) banyak memainkan lagu-lagu ELP, bukan Stones.
0 Comments
Post a Comment