Biodata
Nama : Nany Rahayu Basuki Suharyadi (Yayuk Basuki)
Lahir : Yogyakarta 30 November 1970
Tinggi 164 cm (5 kaki 4 inci)
Berat 56 kg
Karir profesional 1990–2004
Biografi
Yayuk Basuki, petenis terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia ini menorehkan tinta emasnya di dunia tenis internasional. Sepanjang kariernya, Yayuk pernah mencatat kemenangan melawan petenis-petenis terbaik dunia. Sebut saja, Martina Hingis, Amelie Mauresmo, Lindsay Davenport, Gabriela Sabatini, Anke Huber, Iva Majoli, Anna Kournikova, dan Mary Pierce. Kemenangan terbaiknya adalah pada saat berhasil mengalahkan Iva Majoli yang merupakan juara French Open pada saat itu. Yayuk mewakili Indonesia pada Olimpiade 1988, 1992, 1996, dan 2000. Prestasi tertingginya di olimpiade adalah di Barcelona 1992 saat ia berhasil mencapai babak ketiga mengalahkan Mercedes Paz dan Mary Pierce. Yayuk kecil sejak berusia lima tahun sudah bertekad ingin menjadi petenis tingkat dunia. Budi Basuki, ayahnya, terakhir menjadi anggota polisi di Purwokerto, Jawa Tengah dan ibunya, Sutini, memperkenalkan Yayuk pada tenis sekaligus melatihnya. Umur 13 tahun, Yayuk, anak kelima dari lima bersaudara ini bernaung di sebuah klub tenis di Ragunan, Jakarta, hingga tahun 1989. Ia kemudian ditangani beberapa pelatih secara bergantian, tapi yang paling besar jasanya baginya adalah Mien Gondowidjojo yang dianggapnya bukan sekadar pelatih tapi juga seperti orangtuanya sendiri. Tahun berikutnya, Yayuk masuk klub Pelita.
Yayuk mulai menekuni tenis profesional sejak kembali dari Beijing pada Oktober 1990 dan dilatih oleh George Jiri Waters. Pada turnamen Challenge II di Jakarta pada Februari 1991, Yayuk dengan peringkat 259 WTA menjadi juara. Pada awal April 1991, saat menjuarai turnamen Pattaya di Thailand, peringkatnya naik ke posisi 86 WTA. Pers dan penonton di luar negeri kemudian menjuluki Yayuk sebagai Jaguar of Asia setelah ia memenangkan turnamen tenis di Pattaya ini. Aral melintang pernah merintangi karir Yayuk. Ia pernah merasakan dicoret dari tim Fed Cup Indonesia karena bersama Suharyadi, suami sekaligus pelatihnya dianggap lancang menulis surat ke badan dunia tenis wanita agar memilih lapangan tempat tim Indonesia bertanding. Yayuk dan Suharyadi akhirnya ‘keluar’ dari tim Indonesia setelah mundurnya Ketua Badan Tim Nasional, Wimar Witoelar yang dikenal dekat dengan pasangan ini.
Yayuk akhirnya mengambil keputusan tegas untuk mengejar target menembus 20 besar dunia. Jadwal ketat pertandingan dunia itu bersinggungan dengan jadwal SEA Games dan PON, kedua event itu terpaksa ia lewatkan. Langkahnya tidak main-main. Ia mendirikan YBM (Yayuk Basuki Management), organisasi yang kemudian mengelola semua kebutuhan bertanding Yayuk. Ia bekerjasama dengan Wimar Witoelar. Kemudian YBM dikelola oleh Robert Manurung, yang mengurusi segala kegiatan promosi, keuangan, dan program latihan Yayuk. Ia juga berharap sistem ini bisa dicontoh oleh atlet-atlet Indonesia lain jika memang ingin aktif ke ajang tenis profesional.
Ketika Yayuk masuk delapan besar Wimbledon, ia mencatatkan dirinya sebagai wanita Indonesia pertama yang masuk “Eight Club”, lembaga yang menampung para alumni delapan besar turnamen akbar itu. Dengan menjadi anggota “Klub Delapan” ini , Yayuk bisa menikmati fasilitas VIP, termasuk hotel kelas satu di mana saja. Desas-desus kemundurannya dari dunia tenis sebenarnya sudah terdengar saat Yayuk menjuarai Asian Games di Bangkok, 1998. Pada tahun 1999, saat mengandung anaknya, ia benar-benar mengundurkan diri dari tenis profesional. Setelah melahirkan, PB Pelti menginginkan agar ia aktif kembali. Yayuk memang terlahir sebagai keluarga pencinta tenis. Ayahnya, Budi Basuki, mantan pemain tenis meja PON, 1954. Bukan hanya tenis meja, tenis lapangan pun dikuasainya selain bulutangkis. Sang ibu juga hobi dengan bulutangkis dan tenis. Saking hobinya berolahraga, sampai-sampai Sutini tidak sadar bahwa ia sedang mengandungi bayinya, Yayuk Basuki. Kakaknya Nani Sudarmi adalah petenis tingkat nasional era 1980-an.
Kenangan terakhir Yayuk dalam meraih peringkat tertingginya yaitu saat mengikuti Turnamen Birmingham, Juni 1997. Di turnamen ini Yayuk berhasil menembus babak final, meski gagal meraih juara lantaran terjegal Nathalie Tauziat dari Perancis. Terakhir, Yayuk sempat masuk perempat final dalam pentas Wimbledon sebelum kalah dari Jana Navotna yang keluar sebagai juara, prestasi ini membuatnya mencapai peringkat ke- 19. Yayuk menikah dengan Suharyadi tanggal 31 Januari 1994 di Yogyakarta.,setelah pensiun mereka mendirikan PT Yarynara 19, yang merupakan nama anaknya dan angka 19 merupakan peringkat tertinggi yang pernah di capai, perusahaan ini bergerak di bidang advertising, event organizer olahraga. Selain itu Yayuk juga menjadi pelatih tenis, komentator tenis di televisi dan media cetak, serta konsultan menteri pemuda dan olahraga.
Yayuk pensiun dari dunia profesional pada tahun 2004, namun pada Maret 2008 ia kembali bermain di ajang ITF Tour pada cabang ganda putri dan sampai sekarang telah memenangkan enam gelar ITF. Ia menjadi juara di Bangkok pada Juni 2008 berpasangan dengan Tiffany Welford. Dilanjutkan pada Agustus 2008 ia berpasangan dengan Romana Tedjakusuma di Hechingen, Jerman. Bulan Oktober, Yayuk kembali berpasangan dengan Romana menjadi juara di Augusta, Amerika Serikat. Tahun 2009 Yayuk menjadi juara di Balikpapan dilanjutkan di Goyang dan Gimhae, Korea Selatan, kembali bersama Romana. Pada Australia Open 2010 lalu, Yayuk ikut berpartisipasi berpasangan dengan Kimiko Date. Bahkan beberapa hari lalu, Yayuk yang hampir berusia 40 tahun mampu menembus babak perempat final ajang Taipei Open berpasangan dengan Jessy Rompies. Di bulan November ini juga Yayuk berpasangan dgn Jessy akan membela Indonesia di ajang Asian Games XVI Guangzhou China.
Menghindari Sea Games? "Saya nggak mau buang-buang waktu untuk pulang pergi, berhubung jadwal pertandingannya sangat padat. Kalau saya pulang , tiga hari di Indonesia saya harus berangkat lagi. Jadi terlalu lelah. Yang kedua dari segi dana, kita berusaha menggunakan dana seefektif mungkin," ujarnya. Di lain pihak Yayuk juga berharap, pemerintah dan Pelti memahaminya.
Yayuk mengaku sudah mampu independen, bisa kemana-mana sendiri dengan tetap membawa nama Indonesia. "Pemerintah tidak usah mengurusi saya, Pelti tidak usah meributkan saya." Karena, kadangkala sikap Pelti membingungkannya. Sekali waktu, Yayuk pernah mendengar seorang pengurus Pelti berkata kepada seorang rekan petenis muda,”Kamu tak usah tergantung Yayuk.” Dia merasa Pelti ingin menjauhkannya dari petenis-petenis muda. “Padahal, saya hanya ingin memberikan tips, pengalaman saya pada yang muda,” kata Yayuk yang berharap kelak punya hanya satu anak ini.
Bagaimana soal hadiah jutaan dolar yang dikumpulkannya? Disimpan dalam bentuk dolar AS? Penggemar film eksyen dan drama – dia menonton film Pretty Woman sampai enam kali – tertawa. "Sebenarnya aset saya masih tersimpan dalam bentuk rupiah, makanya agak terguncang juga nih. Tapi kalau saya cemas, bagaimana dengan orang-orang yang ada di bawah kita. Ya, kita pahami sebagai perputaran hidup saja," jelas petenis yang di perempat final Wimbledon saja sudah mengantongi sekitar Rp 150 juta ini.
Dan dengan semua kejayaan ini, Yayuk kabarnya tak ragu membagikan sedikit perolehannya untuk kegiatan amal. Di rumahnya, di kawasan Jakarta Selatan, Yayuk konon pernah membantu dana pengaspalan jalan. Juga membantu orang tua saya. Itu kebanggaan tersendiri bagi saya," lanjut gadis Yogyakarta yang tetap “Jawa” walau lebih banyak berada di luar negeri ini. BIODATA Nama: Sri Rahayu Basuki (Yayuk Basuki) Tempat/tanggal lahir: Demangan Kidul, Yokyakarta, 30 November 1970. Agama: Islam Alamat: Komplek Bumi karang Indah, Lebak bulus Jak-Sel. Orang tua: Ayah: Budi Basuki Ibu: Sutini Saudara: Sri Budiarti Sri Sudarmi Singgih Basuki Sigit Basuki Pendidikan: SD Yogyakarta 1983 SMP ragunan-jakarta 1986 SMA Ragunan- Jakarta 1989 Prestasi besar: 1987: Perempat final Wimbeldon junior. 1991: Babak ketiga Wimbeldon Juara Patayya Terbuka 1992:
Babak keempat Wimbeldon Juara Malaysia Terbuka 1993: Babak keempat Juara Pattaya Terbuka Juara Indonesia Terbuka 1994: Sampai babak keempat Juara Nokia Juara Indonesia Terbuka 1995: Atlet terbaik versi SIWO PWI jaya Semi final Indonesia Terbuka Babak ketiga Australia Terbuka Babak ketiga Toray Pan Pasifik Babak kedua Indian Wells Babak ketiga Lipton Babak kedua Piala Federasi 1996: Babak ketiga Tasmania Terbuka Babak ketiga Australia terbuka Babak ketiga Perancis terbuka Menang atas Iva Majoli dalam Kanada Terbuka 1997: Babak kedua Australia Terbuka Perempat final Perancis Terbuka Peringkat 21 Peringkat 22 Delapan besar Wimbledon dan beberapa prestasi ganda lain. AS
0 Comments
Post a Comment