Siapa yang tidak mengenal sate? makanan yang mudah di jumpai dan pada hari raya umat islam idul qurban pastinya setiap orang membuat sate. Lantas dari mana asal sate?
Pada awalnya, para warok di kota Ponorogo menggunakan tusuk lidi ataupun dari potongan bambu untuk pengganti sendok atau grapu sebagai media untuk makan sate, tetapi ada yang masih mempertahankan dengan menggunakan sebuah lidi sebagai tusuk sate, karena pada kala itu masyarakat belum mengenal sendok sejenisnya. Tradisi memakan daging ayam yang di tusuk dengan pilhan bambu baru diketahui pada abad 15 oleh Batara Katong selaku bupati Ponorogo yang pertama, hingga saat ini potongan daging sate Ponorogo dipotong memanjangkan dan dibuat dengan cara primitif di bandingakan sate lainnya,.
elain itu menggunakan bumbu kacang, dimana bumbu kacang juga di gunakan pada Pecel makanan keseharian khas Ponorogo, bahkan Ponorogo saat ini merupakan penghasil kacang terbaik yang selalu menjadi jujukan belajar pertanian daerah lain seperti bondowoso, maluku, kalimantan, kulonprogo, tasikmalaya, sumatera dan lainnya.
Banyak masyarakat biasa Ponorogo yang tidak membuat sate, karena takut akan tekanan para warok yang tidak boleh meniru tata cara kehidupan warok saat itu, sehingga kegiatan memakan daging ayam dengan cara di tusuk begitu tertutup di kalangan biasa, hingga pada akhirnya kalahnya ki Ageng Surya Alam oleh pihak Majapahit dan Demak dilakukannya pengamatan kehidupan para masyarakat ponorogo terutama kalangan warok.
Pada kunjungan Harya Jaran Panoleh adik batara Katong dari Madura ke kota Ponorogo, Di mulailah pengembangan resep dan pembuatan sate dengan cita rasa khas Madura, dari sinilah Sate mulai dikenal secara luas. Selengkapnya Sate Madura.
Datangnnya kolonial Belanda di Nusantara membawa berbagai kebudayaan barat, seperti menggunakan Sendok dan Garpu saat makan yang memudahkan untuk makan dan para pribumi masih menggunakan tangan.
Para Ulama menggunakan Sate sebagai media perlawanan anti Belanda terlebih paska perang Dipenogoro, sehingga tren makan sate dikalangan rakyat pada pertengahan abad ke 18 hingga ke awal abad 19 serta menjadi tradisi pada kalangan Islam pada hari raya idul Adha, hal ini menjadi bukti dilakukannya perang secara politik terhadap belanda.
Lalu dari mana kata Sate? Kata Sate sendiri dari bahasa Jawa yaitu "Sak Beteng" (Tulisan: Sak Biting) yang berarti satu tusuk, karena sebenarnya tusuk sate pada awalnya menggunakan dari lidi. Namun ada yang menyimpulkan lain yaitu kata "Sak Set" yang berarti satu set atau satu paket, mengingat biasanya satu paket sate terdiri dari 10 tusuk.
Bambu yang dikecilkan hingga ke seukuran batang lidi dipilih karena lebih kokoh dan kuat saat melalui proses pembakaran dibandingkan lidi sendiri maupun jenis-jenis kayu lainnya, terlebih bambu lebih mudah dibentuk.
0 Comments
Post a Comment