Rencana Umar Bin Khattab Membunuh Nabi Muhammad SAW
Umar berasal dari suku Bani Adi, salah satu cabang suku Quraisy. Beliau dilahirkan di kota Mekkah, kota kosmopolitan semanjung Arab. Tak banyak yang tahu kapan pastinya Umar dilahirkan. Riwayat termasyhur mengatakan bahwa Umar dilahirkan tiga belas tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW atau sekitar tahun 586 M.
Pohon keturunan Umar dapat ditelusuri sebagai berikut: Umar adalah putra Khattab, putra Nufai, putra Abd al-Uzza, putra Riyah, putra Abdullah, putra Qarth, putra Razah, putra ‘Adiy, putra Ka’ab, pura Lu’ay, putra Ghalib al ‘Adawiy al Quraisyi. Sementara itu, ibunda Umar adalah Hantamah putri Hasyim, putra Al Mughirah al Makhzumiyah dari klan Bani Makhzum. Bani Makhzum adalah cabang lain dari suku Quraisy dan sekutu dari Bani Umaya di zaman jahiliah.
Lahir dari suku Quraisy yang merupakan klan ningrat pada zaman itu (Suku Quraisy merupakan kaum bangsawan Arab yang paling disegani karena orang-orang Quraisy tercatat sebagai orang terpandang dan pemegang jawatan sosial. Seperti para saudagar, pedagang kaya, penjaga ka’bah, pengawas para peziarah, penyelenggara diplomasi, penunjuk kepala suku, ksatria perang, sekaligus pemegang administrasi perdagangan dan peradilan orang-orang Arab) membuat Khattab, ayah Umar, mengajari Umar dengan berbagai tradisi kelelakian khas semenanjung, seperti : menggembala ternak, memanah, memainkan pedang dan tombak, berburu, menunggang kuda, administrasi, hingga baca tulis dan mazmur mazmur leluhur. Selain itu karena Umar juga sering berdagang ke berbagai daerah maka diapun menguasai beberapa bahasa seperti Suryani, Ibrani dan Persia.
Ketika Umar Bin Khattab Menjadi Seorang Muslim
Tidak seperti Abu Bakar, Umar masuk Islam bertahun-tahun setelah disampaikan oleh Nabi saw. Banyak sumber yang mengatakan dia masuk Islam pada tahun ke-6 H. Sebelum menjadi seorang muslim, Umar adalah salah seorang penentang Rasulullah yang paling gigih dan juga seorang penganiaya muslim yang paing keji. Dia menganggap bahwa Islam adalah aliran sesat dan suatu kegilaan pada zamannya yang menentang kepercayaan agama nenek moyang mereka. Atas dasar pandangannya Umar sangat membenci Nabi Muhammad saw.
Diriwayatkan, pada suatu malam Umar datang ke Masjidil Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Nabi Muhammad saw. Waktu itu Nabi membaca surat Al-Haqqah. Umar kagum dengan susunan kalimatnya lantas berkata pada dirinya "Demi Allah, ini adalah syair sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy." Kemudian beliau mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa Al Qur'an bukan syair), lantas beliau berkata, "Kalau begitu berarti dia itu dukun." Kemudian beliau mendengar bacaan Nabi ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Al-Qur'an bukan perkataan dukun.) akhirnya beliau berkata, "Telah terbetik lslam di dalam hatiku." Akan tetapi karena kuatnya adat jahiliyah pada diri Umar, fanatik buta, pengagungan terhadap agama nenek moyang, maka beliau tetap memusuhi Islam.
Ringkas cerita pada suatu hari Umar sudah tidak dapat lagi menahan nafsunya untuk membunuh Muhammad saw demi menghilangkan beban yang dipikul kaum Qurisy akibat sepak terjang Nabi saw dalam menyiarkan Islam, serta menghidupkan kembali pemujaan terhadap tuhan-tuhan yang sebelumnya dilarang Nabi saw. Ia kemudian meninggalkan rumahnya dengan membawa pedang untuk melaksanakan rencana jahatnya itu ke Dar al Arqam (rumah Arqam bin Abi al Arqam), yang pada saat itu rumahnya sering dijadikan tempat berkumpul bersama untuk menunaikan shalat berjamaah bersama Nabi Muhammad saw.
Dalam perjalanannya ke Makkah menuju Dar al Arqam ia berjumpa dengan Nu’aim bin Abdullah. Setelah mengetahui maksud kepergian Umar, Nu’aim berkata : Demi Allah, engkau menipu dirimu sendiri, wahai Umar ! tidakkah engkau berpikir bahwa bani Abdul Manaf akan membiarkanmu tetap hidup setelah engkau membunuh putra mereka, Muhammad ? mengapa engkau tidak segera kembali ke rumahmu dan memperbaiki rumahmu sendiri, saudara perempuanmu, Fatimah, beserta suaminya telah memeluk agama Muhammad ?
Mendengar saudara perempuannya dan iparnya telah menjadi muslim, Umar berbalik arah menuju rumah saudara perempuannya untuk membuktikan kabar tersebut. Ketika Umar sampai di rumah adik perempuannya, Fatimah dibawah bimbingan Khabab sedang mempelajari Surat Thaha. Tatkala Umar masuk ke dalam rumah, Fatimah menyangka Umar akan mengobrak-abrik rumahnya. Dengan segera ia, menyembunyikan lembaran-lembaran daun bertuliskan ayat-ayat suci yang sedang dibaca. Khabab bergegas bersembunyi, lantas Umar menanyakan suara yang didengarnya. Kemudian adik perempuan Umar bin Khattab dan suaminya berkata, "Kami tidak sedang membicarakan apa-apa." Umar bin Khattab menimpali, "Sepertinya kalian telah keluar dari agama nenek moyang kalian." Iparnya menjawab, "wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran itu bukan berada pada agamamu?" Mendengar ungkapan tersebut Umar bin Khattab menendangnya dengan keras hingga jatuh dan berdarah. Fatimah segera membangunkan suaminya yang berlumuran darah, namun Fatimah pun ditampar dengan keras hingga wajahnya berdarah, maka berkatalah Fatimah kepada Umar dengan penuh amarah: “Wahai Umar, jika kebenaran bukan terdapat pada agamamu, maka aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah”. Umar bermaksud menamparnya kembali, namun tetesan darah dari mulut Fatimah mengurungkan niatnya karena tetap saja saudaranya itu mempertahankan agama Islam yang dianutnya, Umar bin Khattab berputus asa dan menyesal melihat darah mengalir pada iparnya. Kemudian Umar mulai melunak. Lalu kemudian Umar berkapada kepada Fatimah "Berikan kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin membacanya.' Maka adik perempuannya berkata," Kamu itu kotor. Tidak boleh menyentuh kitab itu kecuali orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu!" lantas Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang ada pada adik perempuannya. Ketika dia membaca surat Thaha, dia memuji dan muliakan isinya, kemudian Umar minta ditunjukkan keberadaan Rasulullah.
Seketika Umar bergegas kembali menuju Dar al Arqam dengan tetap membawa pedangnya. Setibanya disana dia mengetuk pintu. Mereka yang ada di tempat itu kontan saja kaget dan gelisah melihat Umar membawa pedangnya yang telah terhunus, seseorang yang berada di dalam berupaya mengintip lewat celah pintu, dilihatnya Umar bin Khattab datang dengan garang bersama pedangnya. Segera dia beritahu Rasulullah SAW, dan merekapun berkumpul. Namun Hamzah yang juga hadir di tempat itu meyakinkan mereka seraya mengatakan bahwa jika Umar datang membawa kebaikan, kita sambut. Tapi jika Umar datang membawa keburukan, kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri.
Rasulullah SAW memberi isyarat agar Hamzah menemui Umar. Lalu Hamzah segera menemui Umar, dan membawanya menemui Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW memegang baju dan gagang pedangnya, lalu ditariknya dengan keras, seraya berkata : “Engkau wahai Umar, akankah engkau terus begini hingga kehinaan dan adzab Allah diturunakan kepadamu sebagaimana yang dialami oleh Walid bin Mughirah ?, Ya Allah inilah Umar bin Khattab, Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan Umar bin Khattab”. Maka berkatalah Umar : “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang disembah selain Allah, dan Engkau adalah Rasulullah. Kesaksian Umar tersebut disambut gema takbir oleh orang-orang yang berada di dalam rumah saat itu, hingga suaranya terdengar ke Masjidil Haram.
Gagalnya rencana Umar Bin Khattab untuk membunuh Rasulullah saw serta masuknya beliau ke dalam Islam tentu saja membuat hampir seisi Mekkah terkejut karena seseorang yang terkenal paling keras menentang dan paling kejam dalam menyiksa para pengikut Muhammad kemudian memeluk ajaran yang sangat dibencinya tersebut, akibatnya Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia menjadi kurang atau tidak dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy yang selama ini diketahui selalu membelanya.
Umar menjadi seorang muslim pada usia 35 tahun, dan merupakan 40 orang lelaki pertama yang masuk Islam. Dan masuknya beliau ke dalam Islam tentu saja mendapatkan kekuatan baru, dan menjadikan Muslimin semakin berani menghadapi para penyambah berhala Mekkah.
Referensi
hanya sekedar catatan kecil dari beberapa buku dan artikel’ website…
· Rasul Ja’fariyan, 2010, Sejarah Para Pemimpin Islam, AL-Huda.
· Taufiq Djamidin, 2009, Tragedi Pembunuhan 3 Khalifah; Awal Perpecahan Islam.
· Sayed Ali Asgher Razwy, Muhammad Rasullah SAW, Sejarah Lengkap & Perjuangannya, Zahra.
0 Comments
Post a Comment