Sedikit cerita biografi Belva Devara atau Adamas Belva Syah Devara. Pengusaha muda Ruang Guru yang ramai diperbincangkan. Diluar kasusnya ada baik anak muda lebih fokus kepada karyanya. Dia masuk dalam 30 Under 30 Asia, sebagai sosok entrepreneur berpengaruh dan inovatif. Pemuda kelahiran 30 Mei 1990, yang terlahir dari keluarga sederhana, dimana harapannya Belva jadi pegawai negeri sipil. Siapa sangka pasangan Tri Harsono dan Murni Harchayani melahirkan sosok lebih hebat. Dari sekedar menjadi pegawai negeri ditangannya lebih dari 150 ribu guru terbantukan.
Anak pertama dari tiga bersaudara yang memang memiliki otak cerdas. Sedari kecil orang tuanya selalu menanamkan pendidikan sangat penting. Walaupun keluarga sederhana, mereka mampu buat mengantarkan Belva kuliah keluar negeri Orang tuanya tidak ragu jor- joran memastikan anak- anaknya kuliah tinggi. Belva terlahir menjadi remaja biasa. Senang bermain namun lebih menyukai belajar sih. Dia baru menyadari pentingnya pendidikan ketika SMA. Ingin rasanya kuliah sampai keluar negeri menimba ilmu baru.
Baca Juga Si Sexy Dinar Candy
Senang Belajar
Kuliah diluar negeri dilihat menjadi peluang terbaik. Belva tidak muluk- muluk ingin rasanya masuk ke universitas ternama Singapura. Ia lalu mengumpulkan aneka soal- soal latihan. Bahkan Belva beli langsung dari Singapura kumpulan soal. Uniknya Belva sering bolos demi belajar dari rumah. Akhirnya ia memenangkan beasiswa kuliah untuk Universitas Teknologi Nangyang. Belva menjadi salah satu dari delapan orang. Dia tahun 2011, ia mendapatkan kesempatan bekerja di McKinsey and Company. Memang sosok cerdas sehingga dia mendapatkan penghargaan. Namanya sangat dikenal sangat baik dalam mengurusi klien. Penghargaan "Client First Award 2012" pernah didapatnya. Selum bekerja di sini, Belva sudah sempat banyak magang dan bekerja merupakan cara lain belajar.
Bahkan ketika liburan ia akan belajar melalui magang singkat. Sebut saja magang UKP4 atau Unit Kerja Presiden Di Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan, dibawah langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pernah pula Belva magang singkat untuk Goldman Sach Singapura. Belva layaknya remaja lain menyenangi bergaul. Temannya banyak dan tidak memandang remeh mereka. Walau cerdas dia tidak lupa bersosialisasi berkumpul bersama. Selepas lulus S1, Belva mau melanjutkan S2, dimana dia sudah berani buat masuk ke Harvard dan Stanford! Ia tidak tanggung bahkan mengambil dua gelar bersamaan. Tahun 2013, dia lulus menyandang gelar sarjana bisnis dan teknologi. Tidak mau tanggung- tanggung maka dibutuhkan kerja keras lebih. Dia menyusun strategi, termasuk mencari surat rekomendasi S2 dan mencari tau cara masuknya.
Termasuk dia mencari informasi orang yang pernah berkuliah di sana. Untuk mengakali biaya hidup ia rela bekerja sambilan dengan gaji minimum. Padahal Belva ini telah memiliki pengalaman bekerja memuaskan. Pengorbanannya tidak sia- sia, diterima dua beasiswa di dua universitas ternama dunia. Namun dia harus mau berkorban kembali karena beda lokasi. Dia mengejar untuk Master of Business Administration di Stanford, California, dan Master of Public Administration dari Harvard, Boston, Amerika Serikat.
Pengalaman panjang mengejar pendidikan membuka pandangan. Dia ingin perubahan dalam dunia pendidikan. RuangGuru seolah berkaca kepada pengalaman pribadi. Belva lalu mengajak sahabatnya yang orang Indonesia, sekaligus mahasiswa di Amerika yang bernama Imam Usman.
"Pemimpin yang baik harus memiliki misi yang bukan hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, melainkan juga untuk kepentingan orang banyak," jelasnya.
Pengalaman panjang mengejar pendidikan membuka pandangan. Dia ingin perubahan dalam dunia pendidikan. RuangGuru seolah berkaca kepada pengalaman pribadi. Belva lalu mengajak sahabatnya yang orang Indonesia, sekaligus mahasiswa di Amerika yang bernama Imam Usman.
"Pemimpin yang baik harus memiliki misi yang bukan hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, melainkan juga untuk kepentingan orang banyak," jelasnya.
Tahun 2006, dia lulus kuliah dan kembali ke Indonesia, dan bersama Imam, keduanya membuat ide konsep dahulu. Di tahun 2007, barulah lahir RuangGuru dengan dukungan tiga investor. RuangGuru didirikan Belva dan Imam memiliki fokus bimbingan belajar online. Konsep ini bukanlah hal baru karena banyak dipakai dalam kuliah online. Bedanya RuangGuru coba mengaplikasikan ini dalam pendidikan formal. Pengguna akan disuguhi konsep berlangganan yang lebih murah. Pertama pengguna mendapatkan ruang belajar dan video- video pembelajaran.
Kedua mereka akan bisa berkomunikasi melalui kelompok group. Ketiga, ada ruang les, dimana bisa memanggil guru untuk belajar ke rumah. Bila kurang nyaman nih, maka ada fasilitas keempat ruang untuk belajar online, dimana cocok buat mereka yang sudah nyaman belajar online sendiri.
Banyak penghargaan yang diterima oleh RuangGuru dari Google Launchepad Accelerator, UNICEF Youth Innovation Forum 2015, BUBU Award, MIT Solve, dan the Atlassian Foundation yang mana berupa Atlassian Prize, dan Rice Bowl Startup Award 2016 untuk TechStartup.
Referensi
https://biografi-pengusaha.blogspot.com/2020/04/biografi-belva-devara-pengusaha-muda.html
Kedua mereka akan bisa berkomunikasi melalui kelompok group. Ketiga, ada ruang les, dimana bisa memanggil guru untuk belajar ke rumah. Bila kurang nyaman nih, maka ada fasilitas keempat ruang untuk belajar online, dimana cocok buat mereka yang sudah nyaman belajar online sendiri.
Banyak penghargaan yang diterima oleh RuangGuru dari Google Launchepad Accelerator, UNICEF Youth Innovation Forum 2015, BUBU Award, MIT Solve, dan the Atlassian Foundation yang mana berupa Atlassian Prize, dan Rice Bowl Startup Award 2016 untuk TechStartup.
Referensi
https://biografi-pengusaha.blogspot.com/2020/04/biografi-belva-devara-pengusaha-muda.html
0 Comments
Post a Comment