Pada tahun 1824, seorang seniman lithography Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833) berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur di atas pelat logam yang dilapisi aspal, setelah delapan jam mengekspos pemandangan dari jendela kamarnya, melalui tehnik yang disebutnya ”heliogravure” (proses kerjanya mirip lithograph). Percobaan ini berhasil pula mempertahankan gambar secara permanen. Kemudian pada tahun 1826 Niepce mencoba menggunakan tehnik ”heliogravure” pada camera obscura berlensa. Keberhasilan percobaan inilah yang akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan Niepce dari hasil percobaannya kini tersimpan di University of Texas di Austin, AS. Pada tanggal 19 Agustus 1839, Louis- Jacques Mande Daguerre, yang sebelumnya pernah bekerja sama dengan Niepce, dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya. Dia menghasilkan sebuah gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin, yang disinari cahaya langsung dengan pemanas mercuri (neon) selama satu setengah jam. Untuk membuat gambar permanen, pelat dicuci larutan garam dapur dan asir suling. Proses ini disebut “daguerreotype”.
Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat dan modern berkat sentuhan seorang pengusaha, yaitu George Eastman. Melalui perusahaannya Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang praktis. Sejalan dengan perkembangan dalam dunia fotografi melalui perbaikan lensa, shutter, film dan kertas foto.Fotografi juga berkembang pesat dengan diproduksinya berbagai model kamera, seperti kamera refleksi lensa kembar (Twin Lens Reflex), kamera refleksi lensa tunggal (Single Lens Reflex), kamera format besar, hingga pocket camera/compact camera. Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR). Pada tahun yang sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera NIKON. Kemajuan teknologi turut memacu pesatnya perkembangan fotografi. Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film yang terpisah. Revolusi dunia fotografi dimulai dengan ditemukannya teknologi digital di abad ke-21. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar ukuran kecil yang tidak terlalu tajam.
Tidak terlepas dari pengembangan video tape recorder (VTR), yakni sebuah teknologi merekam gambar pada televisi. Pada tahun 1951, untuk kali pertama, Bing Crosby Laboratorium membuat versi awal dari VTR. Alat tersebut berfungsi untuk mengambil gambar dari kamera televisi, kemudian mengkonversi gambar tersebut menjadi suatu impuls listrik (digital) dan menyimpannya ke dalam tape magnetis.
Kemudian pada tahun 1956, Charles P. Ginsburg dan Ampex Corporation menyempurnakan VTR dengan meluncurkan versi VR1000 dan umum dipakai oleh industri televisi. Maka dari sanalah, antara kamera video dengan kamera digital memiliki kesamaan dalam penggunaan CCD (Charged Couple Device) untuk mengatur warna dan intensitas cahaya. Sejak saat itulah, era kamera digital telah dimulai dan berkembang secara pesat.
”Pemisahan” wujud kamera digital dengan kamera video terjadi pada tahun 1981, dimana Sony memperkenalkan kamera elektronik komersil pertama mereka yang disebut Mavica. Adapun cara kerja dari kamera digital pertama ini yakni gambar yang direkam ke mini disc kemudian dimasukkan ke dalam video reader yang terhubung ke monitor atau televisi warna. Walaupun Mavica belum dapat dikatakan kamera digital, itu sebenarnya merupakan modifikasi kamera video yang mengambil foto secara spontan.
Sementara itu, sejak pertengahan tahun 1970-an, Kodak Company memiliki beberapa penemuan tentang solid-state atau kejernihan untuk sensor gambar, yaitu mengubah cahaya ke gambar digital untuk penggunaan pada tingkat profesional dan konsumen rumah tangga.
Dilanjutkan tahun 1986, Kodak untuk pertama kalinya di dunia mengenalkan sensor megapixel. Sensor ini mampu merekam 1,4 juta pixel yang dapat menghasilkan 5x7 inci foto digital cetak berkualitas baik pada saat itu. Setahun kemudian (1987), Kodak pun merilis tujuh (7) produk lainnya untuk merekam, menyimpan, memanipulasi, transmisi elektronik, serta untuk mencetak gambar atau objek.
Kemudian pada tahun 1956, Charles P. Ginsburg dan Ampex Corporation menyempurnakan VTR dengan meluncurkan versi VR1000 dan umum dipakai oleh industri televisi. Maka dari sanalah, antara kamera video dengan kamera digital memiliki kesamaan dalam penggunaan CCD (Charged Couple Device) untuk mengatur warna dan intensitas cahaya. Sejak saat itulah, era kamera digital telah dimulai dan berkembang secara pesat.
”Pemisahan” wujud kamera digital dengan kamera video terjadi pada tahun 1981, dimana Sony memperkenalkan kamera elektronik komersil pertama mereka yang disebut Mavica. Adapun cara kerja dari kamera digital pertama ini yakni gambar yang direkam ke mini disc kemudian dimasukkan ke dalam video reader yang terhubung ke monitor atau televisi warna. Walaupun Mavica belum dapat dikatakan kamera digital, itu sebenarnya merupakan modifikasi kamera video yang mengambil foto secara spontan.
Sementara itu, sejak pertengahan tahun 1970-an, Kodak Company memiliki beberapa penemuan tentang solid-state atau kejernihan untuk sensor gambar, yaitu mengubah cahaya ke gambar digital untuk penggunaan pada tingkat profesional dan konsumen rumah tangga.
Dilanjutkan tahun 1986, Kodak untuk pertama kalinya di dunia mengenalkan sensor megapixel. Sensor ini mampu merekam 1,4 juta pixel yang dapat menghasilkan 5x7 inci foto digital cetak berkualitas baik pada saat itu. Setahun kemudian (1987), Kodak pun merilis tujuh (7) produk lainnya untuk merekam, menyimpan, memanipulasi, transmisi elektronik, serta untuk mencetak gambar atau objek.
Pada tahun 1990, Kodak mengembangkan sistem foto CD dan mengusulkan pertama kalinya di seluruh dunia untuk menetapkan standar warna digital dalam lingkungan komputer dan peripheral komputer. Pada tahun 1991, Kodak merilis pertama kalinya untuk para profesional, suatu sistem dalam pemotretan yaitu Digital Camera System (DCS) yang bertujuan untuk foto jurnalistik. Kamera tersebut adalah Nikon F-3 yang dilengkapi dengan sensor 1.3 Megapixels.
Sedangkan kamera digital yang pertama untuk tingkat konsumen pasar yang bekerja dengan komputer rumah melalui USB (Unit serial Bus) adalah kamera QuickTake 100 Aplle yang diluncurkan pada 17 Februari 1994, kemudian kamera Kodak DC40 pada tanggal 28 Maret 1995, dilanjutkan dengan Casio QV-11 dengan monitor LCD pada akhir 1995, dan Sony Cyber-Shot Digital Still Camera di tahun 1996.
Sementara Kinko's dan Microsoft Corp. bekerja sama dengan Kodak Digital membuat gambar digital yang menggunakan software di berbagai tempat kerja dan kios foto, dimana para pelanggan diizinkan untuk memproduksi CD foto, gambar digital, dan kemudian dapat menambahkan ke dokumen komputer mereka.
Dipihak lain, Hewlett-Packard (HP) adalah perusahaan pertama dalam hal membuat warna di produk mereka yaitu Inkjet Printer, sehingga melengkapi sistem pewarnaan untuk gambar yang dicetak dari kamera digital. Maka dimulailah perubahan kamera digital dengan bentuk yang baru. Kamera digital seperti kamera konvesional, tersedia model Point-And-Shot dan lensa refleks tunggal digital atau Digital Single Lens Reflector (DSLR).
Point-and-Shoot Camera adalah kamera kecil, murah, dan mudah digunakan, karena kamera tersebut hanya berisi lensa dan built-in flash. Untuk mendapatkan bingkai gambar, kamera tersebut memiliki Liquid Crystal Display (LCD) berbasis viewfinder.
Adapun keuntungan dan kerugian dari model Poit-And-Shoot adalah, kamera tersebut dirancang agar memudahkan dalam penggunaan. Walaupun model ini masih memiliki keterbatasan, yaitu penggunaan kontrol atas kamera. Beberapa kamera ada yang mengatur fokus dan eksposure secara otomatis.
Sementara jenis DSLR Camera adalah kamera dengan model kebalikan dari Point-And_shoot Camera. Kamera DSLR memiliki optical viewfinders, removable lens, external flash, dan kemampuan untuk fokus serta kemampuan untuk menyesuaikan eksposur secara manual bila diperlukan. Hal ini merupakan pengganti langsung dari kamera yang menggunakan negative film berbasis model lensa refleks tunggal atau Single Lens Reflex (SLR) yang digunakan kebanyakan orang waktu dulu.
Untuk alasan inilah, kamera DSLR cenderung lebih rumit dan mahal dibandingkan kamera model Point-And-Shoot. Generasi awal model DSLR cenderung lebih mahal dan lebih besar dari kamera yang menggunakan negative film. Pada saat ini hal ini tidak lagi terjadi, karena kamera DSLR menjadi lebih murah, ringan, dan lebih kompak sesuai dengan perkembangan jaman, bahkan generasi terbaru dapat menampilkan kualitas gambar High Definition.
0 Comments
Post a Comment