Biografi Steven And Coconut Treez



Biografi Steven And Coconut Treez Steven and Coconut treez adalah sebuah konsep solo beraliran musik Reggae asal Indonesia. Band ini ada karena obsesi Steven, yang juga kakak Micky AFI untuk berkarya. Dengan dukungan banyak musisi, Steven and Coconuttreez berhasil menghasilkan karya-karya yang diangkat dari tema keseharian, baik itu sosial maupun cinta. Walaupun musik Reggae cenderung minoritas di Indonesia, namun Steven and Coconuttreez dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia, terbukti dengan banyaknya fans mereka. Band ini dibentuk pada 2005 oleh 5 orang pria, yaitu Steven (vokal), A Ray (gitar), Teguh (gitar), Rival (bass), Iwan (keyboard), Teddy (perkusi), dan Aci (drum). Mereka sudah menelurkan 3 buah album yang rata-rata bertema sosial, seperti layaknya kebanyakan musik Reggae. Sejak berdiri tahun 2005, album mereka adalah The Other Side (2005), Easy Going (2006), dan Good Atmosphere (2008). Pada 18 Desember 2007, Steven and Coconuttreez harus kehilangan salah satu personilnya, Teddy (perkusi)yang tutup usia karena menderita sakit paru-paru kronis. Teddy sempat dirawat di rumah sakit dan koma, namun sempat sembuh. Gaya hidup Teddy yang sangat tergantung dengan rokok dan kopi membuatnya harus meninggalkan teman-temannya setelah cukup lama sakit paru-paru. Pertarungan yang keras tidak mematahkan semangatnya

Steven and Coconut treez adalah sebuah konsep solo beraliran musik Reggae asal Indonesia. Band ini ada karena obsesi Steven, yang juga kakak Micky AFI untuk berkarya. Dengan dukungan banyak musisi, Steven and Coconuttreez berhasil menghasilkan karya-karya yang diangkat dari tema keseharian, baik itu sosial maupun cinta. Walaupun musik Reggae cenderung minoritas di Indonesia, namun Steven and Coconuttreez dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia, terbukti dengan banyaknya fans mereka.


Band ini dibentuk pada 2005 oleh 5 orang pria, yaitu Steven (vokal), A Ray (gitar), Teguh (gitar), Rival (bass), Iwan (keyboard), Teddy (perkusi), dan Aci (drum). Mereka sudah menelurkan 3 buah album yang rata-rata bertema sosial, seperti layaknya kebanyakan musik Reggae. Sejak berdiri tahun 2005, album mereka adalah The Other Side (2005), Easy Going (2006), dan Good Atmosphere (2008). Pada 18 Desember 2007, Steven and Coconuttreez harus kehilangan salah satu personilnya, Teddy (perkusi)yang tutup usia karena menderita sakit paru-paru kronis. Teddy sempat dirawat di rumah sakit dan koma, namun sempat sembuh. Gaya hidup Teddy yang sangat tergantung dengan rokok dan kopi membuatnya harus meninggalkan teman-temannya setelah cukup lama sakit paru-paru.

             Biografi Steven And Coconut Treez Steven and Coconut treez adalah sebuah konsep solo beraliran musik Reggae asal Indonesia. Band ini ada karena obsesi Steven, yang juga kakak Micky AFI untuk berkarya. Dengan dukungan banyak musisi, Steven and Coconuttreez berhasil menghasilkan karya-karya yang diangkat dari tema keseharian, baik itu sosial maupun cinta. Walaupun musik Reggae cenderung minoritas di Indonesia, namun Steven and Coconuttreez dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia, terbukti dengan banyaknya fans mereka. Band ini dibentuk pada 2005 oleh 5 orang pria, yaitu Steven (vokal), A Ray (gitar), Teguh (gitar), Rival (bass), Iwan (keyboard), Teddy (perkusi), dan Aci (drum). Mereka sudah menelurkan 3 buah album yang rata-rata bertema sosial, seperti layaknya kebanyakan musik Reggae. Sejak berdiri tahun 2005, album mereka adalah The Other Side (2005), Easy Going (2006), dan Good Atmosphere (2008). Pada 18 Desember 2007, Steven and Coconuttreez harus kehilangan salah satu personilnya, Teddy (perkusi)yang tutup usia karena menderita sakit paru-paru kronis. Teddy sempat dirawat di rumah sakit dan koma, namun sempat sembuh. Gaya hidup Teddy yang sangat tergantung dengan rokok dan kopi membuatnya harus meninggalkan teman-temannya setelah cukup lama sakit paru-paru. Pertarungan yang keras tidak mematahkan semangatnya

Pertarungan yang keras tidak mematahkan semangatnya untuk terus bermain musik Reggae. Hingga akhirnya Steven bisa menelurkan album keduanya. Meski menurutnya band di mana tempat dia berkarya bisa dibilang ilegal karena tidak punya kontrak dengan perusahaan manapun. Kebersamaannya dengan personil Band Steven & Coconuttreez tidak dibangun di atas secarik kertas atau ikatan kontrak. Intensitas dalam keseharian bersama grupnya telah membentuk ikatan moral yang diyakininya lebih kuat dari kekuatan apapun. Steven menyebut hubungan itu dengan kata gentlemen agreement. Album perdananya di tahun 2005, The Other Side ditegaskan Steven adalah sebagai sebuah album solo dengan nama Steven & Coconuttreezz. Kesepakatan untuk mengganti Steven & Coconuttrezz dari solo menjadi sebuah band justru baru diwujudkan pada tahun 2006. Di saat mengeluarkan album keduanya. Hingga kini Steven & Coconuttreez sudah memiliki tiga buah album. Sebagai album yang paling terakhir bertajuk Good Atmosphere.

Steven memastikan bahwa sampai saat ini Band Steven & Coconuttreez masih ada. Hanya saja sedang break untuk sementara waktu. ”Sedang refresh”, begitu Steven menggambarkan. Beberapa personilnya sedang mencoba untuk membuat solo album. Ketika ditanyakan kapan Steven & Coconuttreez akan kembali, Steven menerangkan ”Belum tau kapan kumpul lagi. Waktunya refresh itu kan biasa dalam berkesenian. Refresh itu sangat tergantung pada mood, masing-masing tunggu mood-nya pas. Dan menurut feeling gue, pasti ada kangennya. Saat rasa kangen itu datang, kan enak tuh! Kalaupun dipaksakan, misalnya tahun depan, iya kalau mood-nya sudah bagus. Kalau belum bagus, juga gak bakalan menghasilkan apa-apa”.

Reggae sebagai musik yang awalnya dianggap bagian dari dunia kelam dan minoritas, bahkan major label memandang remeh karena dianggap tidak membawa keuntungan finansial, tiba-tiba terbang ke udara dan menciptakan suasana pertemanan. Musik ini juga menyampaikan cukup kritik, bercerita sesuatu yang berada di sekitar dunia sosial kita dengan cukup santun dan mudah didengarkan. Semua orang bisa berdendang dan ikut berdansa.  Seketika pikiran kebanyakan orang menjadi terbuka, setidaknya membuka mata dan lebih jauh merasakan kedahsyatan musik yang terlahir dari Negara Jamaika ini. Reggae meng-influence di kehidupan masyarakat Indonesia. Walaupun tidak menciptakan ledakan namun banyak sudah yang merasakan, adanya daya tersendiri dari musik Reggae dan komunitas yang menjadi bagiannya.Steven yakin semua terjadi memang karena sudah ada kerja-kerja dan karya yang dilakukan orang di waktu-waktu sebelumnya. Itu sebab kenapa ia menolak disebut sebagai pelopor Reggae di Indonesia.

Secara jujur Steven mengakui, bahwa ia tidak menginginkan adanya ledakan yang sangat dahsyat dalam musik Reggae di Indonesia. Kecenderungan tren musik di Indonesia diilustrasikan Steven seperti bunyi ledakan yang mudah hilang. Menurutnya Indonesia memiliki standar tren musik yang mudah berubah-ubah. Ketika Indonesia sedang dilanda musik indie, maka para musisi dan penggemar musik di Indonesia akan menggandrungi indie. Tapi begitu trennya berganti haluan menjadi pop, sedikit demi sedikit kebanyakan dari mereka akan menepi ke pop. ”Sekarang trennya mungkin agak lama, terus yang seragam sekarang ini sedang mengekspos cinta-cintaan”, begitu Steven menjelaskan.

                  Biografi Steven And Coconut Treez Steven and Coconut treez adalah sebuah konsep solo beraliran musik Reggae asal Indonesia. Band ini ada karena obsesi Steven, yang juga kakak Micky AFI untuk berkarya. Dengan dukungan banyak musisi, Steven and Coconuttreez berhasil menghasilkan karya-karya yang diangkat dari tema keseharian, baik itu sosial maupun cinta. Walaupun musik Reggae cenderung minoritas di Indonesia, namun Steven and Coconuttreez dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia, terbukti dengan banyaknya fans mereka. Band ini dibentuk pada 2005 oleh 5 orang pria, yaitu Steven (vokal), A Ray (gitar), Teguh (gitar), Rival (bass), Iwan (keyboard), Teddy (perkusi), dan Aci (drum). Mereka sudah menelurkan 3 buah album yang rata-rata bertema sosial, seperti layaknya kebanyakan musik Reggae. Sejak berdiri tahun 2005, album mereka adalah The Other Side (2005), Easy Going (2006), dan Good Atmosphere (2008). Pada 18 Desember 2007, Steven and Coconuttreez harus kehilangan salah satu personilnya, Teddy (perkusi)yang tutup usia karena menderita sakit paru-paru kronis. Teddy sempat dirawat di rumah sakit dan koma, namun sempat sembuh. Gaya hidup Teddy yang sangat tergantung dengan rokok dan kopi membuatnya harus meninggalkan teman-temannya setelah cukup lama sakit paru-paru. Pertarungan yang keras tidak mematahkan semangatnya

Sedangkan dalam musik Reggae di Indonesia hal itu tidak akan terjadi. Steven menegaskan, ”Reggae setidaknya memiliki line tersendiri”. Karena Reggae di Indonesia kuat pada tataran komunitas. Komunitas yang fanatik dalam musik Reggae tidak akan terpengaruh terhadap kecenderungan tren yang ada.  Bob Marley dipastikan tetap mengispirasi dalam setiap album yang digarap Steven, namun bukan berarti hal itu menjadikan ia sebagai Marley centris. Menurut Steven, kebanyakan namun bukan suatu kesalahan, banyak band Reggae baru di Indonesia yang terlalu Marley centris. ”Mau jadi Bob Marley? ngedeketin (menyamakan-RI) aja susah. Sekarang mereka memang bisa mirip Marley pada akhirnya, kasarnya seperti mukjizat. Tapi kan orang mendingan dengar Bob Marley. Mereka cuma mirip doang, mending mereka dengar aslinya (Bob Marley-RI)”, begitu Steven menceritakan.

Steven mengharapkan band-band Reggae Indonesia yang ada sekarang ini untuk bermain lebih jujur, untuk mengeluarkan semua yang dimiliki. Sehingga akan dihasilkan musik yang lebih orisinil. Kalaupun dianggap tidak orisinil dalam genrenya, setidaknya orisinil dalam style-nya. Pria yang pernah mengamen di kawasan Bulungan, Jakarta selama 2 tahun ini menjelaskan bahwa ia mengadaptasi Bob Marley hanya sebatas pada spirit dan proses bermusiknya, dalam hal musikalitas belaka. Tapi kalau bicara masalah kepercayaan, ia tidak mengikuti apa yang telah Bob Marley lakukan, yaitu mengikuti Ajaran Rastafarian. Dikarenakan ia akan tetap memeluk agama yang sudah dianutnya sejak lahir. Dengan tegas ia mengatakan, ”Bagi gue, Marley bukan nabi”.

Steven menjelaskan bahwa dalam keseharian, kultur, dan jaman sekarang ini sudah berbeda dengan apa yang dialami Bob Marley saat ia bermain musik. ”Jamannya Reggae, jamannya Bob Marley itu lagi revolusi. Sedangkan gue, kasarnya jamannya lagi survive. Jamannya sudah beda. Itu akhirnya berpengaruh ke lirik-lirik yang gue bikin”, Steven menambahkan.

0 Comments

Post a Comment