Keprihatinan Leimena atas kurangnya kepedulian sosial umat Kristen terhadap nasib bangsa, merupakan hal utama yang mendorong niatnya untuk aktif pada "Gerakan Oikumene". Pada tahun 1926, Leimena ditugaskan untuk mempersiapkan Konferensi Pemuda Kristen di Bandung. Konferensi ini adalah perwujudan pertama Organisasi Oikumene di kalangan pemuda Kristen. Setelah lulus studi kedokteran STOVIA, Leimena terus mengikuti perkembangan CSV yang didirikannya saat ia duduk pada tahun ke 4 di bangku kuliah. CSV merupakan cikal bakal berdirinya GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) tahun 1950. Dengan keaktifannya di Jong Ambon, ia ikut mempersiapkan Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928, yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Perhatian Leimena pada pergerakan nasional kebangsaan semakin berkembang sejak saat itu.
Setelah menempuh pendidikan kedokterannya di STOVIA Surabaya (1930), ia melanjutkan pendidikan di Geneeskunde Hogeschool (GHS - Sekolah Tinggi Kedokteran) di Jakarta yang diselesaikannya pada tahun 1939. Ia juga dikenal sebagai salah satu pendiri Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Pidato beliau yang sangat dikenang pada saat pembentukan GMKI tanggal 9 Februari 1950 : "Tindakan ini adalah suatu tindakan historis bagi dunia mahasiswa umumnya dan masyarakat Kristen pada khususnya.
GMKI menjadilah pelopor dari semua kebaktian yang akan dan mungkin harus dilakukan di Indonesia. GMKI menjadilah suatu pusat sekolah latihan (leershool) dari orang-orang yang mau bertanggungjawab atas segala sesuatu yang mengenai kepentingan dan kebaikan negara dan bangsa Indonesia. GMKI bukanlah merupakan Gesellschaft, melainkan ia adalah suatu Gemeinschaft, persekutuan dalam Kristus Tuhannya. Dengan demikian ia berakar baik dalam gereja, maupun dalam Nusa dan Bangsa Indonesia. Sebagai bagian dari iman dan roh, ia berdiri di tengah dua proklamasi: Proklamasi Kemerdekaan Nasional dan Proklamasi Tuhan Yesus Kristus dengan Injilnya, ialah Injil Kehidupan, Kematian dan Kebangkitan"
Leimena mulai bekerja sebagai dokter sejak tahun 1930. Pertama kali diangkat sebagai dokter pemerintah di "CBZ Batavia" (kini RS Cipto Mangunkusumo). Tak lama ia dipindahtugaskan di Karesidenan Kedu saat Gunung Merapi meletus. Setelah itu dipindahkan ke Rumah Sakit Zending Immanuel Bandung. Di rumah sakit ini ia bertugas dari tahun 1931 sampai 1941.
Salah satu karya Almarhum dalam bidang Kesehatan adalah “Bandung Plan” tahun 1951 yang ditingkatkan tahun 1954 dan dikenal sebagai “Leimena Plan”, yang merupakan cikal bakal dari “PUSKESMAS” yang kita kenal sekarang. Menjadi Direktur Rumah Sakit Cikini hingga Tahun1973 dan menjadi Penasihat Umum pada Dewan Direksi dan Direktur
Emiritus Rumah Sakit Cikini hingga wafatnya
Sebagai seorang negarawan ia duduk dalam pemerintahan, memegang berbagai jabatan di antaranya yang paling lama ialah menduduki jabatan Menteri Kesehatan RI yaitu selama delapan kali masa jabatan dan tujuh kali menjadi pejabat Presiden RI. Dialah satu-satunya orang yang berhasil jadi menteri selama 21 tahun berturut-turut. Hebatnya lagi, dalam 18 kabinet yang berbeda pula. Bahkan Leimena pernah sampai tujuh kali memegang fungsi Pejabat Presiden RI.
Apa yang membuat Leimena dipercaya baik oleh kalangan Nasionalis, Islam, dan Komunis? Berbagai nara sumber menyebut karakter Leimena yang menonjol, yaitu sederhana, jujur, dan tenang. Roeslan Abdulgani, mantan wakil perdana menteri menulis, “Mengenang Dr.Leimena atau Om Jo adalah mengenang seorang pribadi sederhana. Sederhana dalam cara berpikirnya dan sederhana dalam cara hidupnya. Sederhana tidak dalam arti dangkal tapi secara mendalam. Lurus dan tidak berliku-liku. Wajar seadanya dan tidak dibuat-buat".
Sumbangsih Leimena sebagai hati nurani juga dituturkan oleh Ridwan Saidi, mantan Ketua Umum PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ketika itu Presiden Soekarno berniat membubarkan Masyumi dan HMI karena kedua organisasi ini mengkritik Bung Karno. Ternyata Leimena berprakarsa mencegah Bung Karno membuat keputusan itu.
Menteri Muda Kesehatan pada Kabinet Sjahrir II (12 Maret 1946 - 2 Oktober 1946).
Wakil Menteri Kesehatan pada Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946 - 27 Juni 1947).
Menteri Kesehatan pada Kabinet Amir Sjarifuddin I (3 Juli 1947 - 11 November 1947).
Menteri Kesehatan pada Kabinet Amir Sjarifuddin II (11 November 1947 - 29 Januari 1948).
Menteri Kesehatan pada Kabinet Hatta I (29 Januari 1948 - 4 Agustus 1949).
Menteri Negara pada Kabinet Hatta II (4 Agustus 1949 - 20 Desember 1949).
Menteri Kesehatan pada Kabinet Republik Indonesia Serikat/RIS (20 Desember 1949 - 6 September 1950).
Menteri Kesehatan pada Kabinet Natsir (6 September 1950 - 20 Maret 1951).
Menteri Kesehatan pada Kabinet Sukiman-Suwirjo (27 April 1951 - 3 April 1952).
Menteri Kesehatan pada Kabinet Wilopo (3 April 1952 - 30 Juli 1953)
Menteri Kesehatan pada Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 - 24 Maret 1956).
Menteri Sosial pada Kabinet Djuanda (9 April 1957 - 10 Juli 1959).
Menteri Distribusi pada Kabinet Kerja I (10 Juli 1959 - 18 Februari 1960).
Wakil Menteri Utama merangkap Menteri Distribusi pada Kabinet Kerja II (18 Februari 1960 - 6 Maret 1962).
Wakil Menteri Pertama I pada Kabinet Kerja III (6 Maret 1962 - 13 Desember 1963).
Wakil Perdana Menteri II pada Kabinet Kerja IV (13 November 1963 - 27 Agustus 1964).
Menteri Koordinator pada Kabinet Dwikora I (27 Agustus 1964 - 22 Februari 1966).
Wakil Perdana Menteri II merangkap Menteri Koordinator, dan Menteri Perguruan Tinggi & Ilmu Pengetahuan pada Kabinet Dwikora II (24 Februari 1966 - 28 Maret 1966).
Wakil Perdana Menteri untuk urusan Umum pada Kabinet Dwikora III (27 Maret 1966 - 25 Juli 1966).
Sumbangsih Leimena sebagai hati nurani juga dituturkan oleh Ridwan Saidi, mantan Ketua Umum PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ketika itu Presiden Soekarno berniat membubarkan Masyumi dan HMI karena kedua organisasi ini mengkritik Bung Karno. Ternyata Leimena berprakarsa mencegah Bung Karno membuat keputusan itu.
Jabatan
Wakil Menteri Kesehatan pada Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946 - 27 Juni 1947).
Menteri Kesehatan pada Kabinet Amir Sjarifuddin I (3 Juli 1947 - 11 November 1947).
Menteri Kesehatan pada Kabinet Amir Sjarifuddin II (11 November 1947 - 29 Januari 1948).
Menteri Kesehatan pada Kabinet Hatta I (29 Januari 1948 - 4 Agustus 1949).
Menteri Negara pada Kabinet Hatta II (4 Agustus 1949 - 20 Desember 1949).
Menteri Kesehatan pada Kabinet Republik Indonesia Serikat/RIS (20 Desember 1949 - 6 September 1950).
Menteri Kesehatan pada Kabinet Natsir (6 September 1950 - 20 Maret 1951).
Menteri Kesehatan pada Kabinet Sukiman-Suwirjo (27 April 1951 - 3 April 1952).
Menteri Kesehatan pada Kabinet Wilopo (3 April 1952 - 30 Juli 1953)
Menteri Kesehatan pada Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 - 24 Maret 1956).
Menteri Sosial pada Kabinet Djuanda (9 April 1957 - 10 Juli 1959).
Menteri Distribusi pada Kabinet Kerja I (10 Juli 1959 - 18 Februari 1960).
Wakil Menteri Utama merangkap Menteri Distribusi pada Kabinet Kerja II (18 Februari 1960 - 6 Maret 1962).
Wakil Menteri Pertama I pada Kabinet Kerja III (6 Maret 1962 - 13 Desember 1963).
Wakil Perdana Menteri II pada Kabinet Kerja IV (13 November 1963 - 27 Agustus 1964).
Menteri Koordinator pada Kabinet Dwikora I (27 Agustus 1964 - 22 Februari 1966).
Wakil Perdana Menteri II merangkap Menteri Koordinator, dan Menteri Perguruan Tinggi & Ilmu Pengetahuan pada Kabinet Dwikora II (24 Februari 1966 - 28 Maret 1966).
Wakil Perdana Menteri untuk urusan Umum pada Kabinet Dwikora III (27 Maret 1966 - 25 Juli 1966).
0 Comments
Post a Comment