Terra Australis Incognita” adalah sebutan pertama dari Benua Australia yang tergambar dalam peta karya ahli geografi Eropa pada abad 15-16 masehi. Awalnya sejak abad ke 2 masehi seorang tokoh terkenal bernama Ptolemy mengemukakan ada daratan di daerah selatan yang masih belum dikenal dan dianggap sebagai penyeimbang daratan-daratan bumi bagian utara. Makna kalimat Terra Australis Incognita adalah suatu daratan yang luas, namun daratan ini masih bersifat imajiner karena belum ada yang bisa membuktikan adanya daratan luas di dekat kutub selatan tersebut. Perbedaan pendapat mengenai Terra Australis Incognita terjadi antara kaum Agamawan yang menganggap Bumi itu datar dan kaum ilmuwan yang menganggap bumi itu tidak datar melainkan berbentuk bulat. Perdebatan itulah yang menjadi awal mula sejarah Benua Australia atau saat ini dikenal sebagai Benua Kangguru.
Pasca dominasi agamawan mulai hilang, banyak pelayaran yang dilakukan oleh pelaut Bangsa Eropa untuk menjelajahi Daerah Timur dengan berbagai kepentingan. Pada dasarnya tujuan Bangsa Eropa menjelajah ini adalah untuk melakukan transaksi pedagangan di penjuru daerah supaya memperoleh keuntungan yang sangat besar. Jalur perdaganganpun mulai dicari para pelaut supaya lebih cepat mencapai Daerah Timur. Dengan berbagai misi mencari jalur ini banyak pelaut yang disengaja maupun tidak mulai menemukan daerah baru yang digunakan untuk berdagang atau sekedar sandar saja. Salah satunya adalah Daerah Australia sendiri yang ditemukan oleh pelaut Belanda dan pelaut pelaut Inggris. Sampai saat ini pelaut Inggris bernama James Cook yang dianggap sebagai orang Eropa pertama dalam menemukan serta mengklaim daerah Australia sebagai milik dari Bangsa Inggris. Walaupun sebelum dia ada juga pelaut lain yang menemukannya termasuk pelaut dari Nusantara yang berlayar menggunkan perahu cadik.
Penemu benua Australia pertama yaitu Willem Janszoon (kira-kira 1570-1630), gubernur kolonial dan ahli navigasi Belanda, ialah rang Eropa pertama yang berhasil melihat pantai Australia. Namanya kadang-kadang disingkat menjadi Willem Jansz. (dengan atau tanpa tanda titik). Janszoon bekerja untuk Hindia-Belanda selama beberapa periode (1603–1611, 1612–1616, termasuk periode sebagai gubernur Benteng Henricus di Pulau Solor.
Tidak ada yang diketahui dari kehidupan dini Willem Janszoon. Barangkali dia dilahirkan di Amsterdam, Belanda dan merupakan seorang yatim piatu. Dia adalah yang pertama tercatat memasuki penugasan Oude compagnie (perusahaan lama), salah satu pendahulu Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), sebagai awak kapal Hollandia, bagian dari pelayaran kedua di bawah kendali Jacob Cornelisz. van Neck, dikirimkan oleh Belanda ke Hindia Timur pada tahun 1598. Pada 5 Mei 1601, dia lagi-lagi berlayar ke Hindia Timur sebagai penanggung jawab Lam, salah satu tiga bahtera dalam rombongan pelayaran yang dipimpin oleh Joris van Spilbergen.
Janszoon berlayar dari Belanda menuju Hindia Timur untuk kali yang ketiga pada 18 Desember 1603, sebagai kapten Duyfken (atau Duijfken, yang berarti “Merpati Kecil”), salah satu dari 12 bahtera dalam rombongan besar pelayaran Steven van der Hagen. Ketika bahtera lainnya meninggalkan Pulau Jawa, Janszoon dikirim untuk mencari pasar perdagangan lainnya, terkhusus di “pulau besar Papua dan pulau-pulau lain di Timur dan Selatan”.
Dia juga dikenal sebagai orang Eropa pertama sebagai penemu benua Australia sebelum orang Belanda lainnya. Pada 18 November 1605, Duyfken berlayar dari Banten ke pantai barat Pulau Papua. Janszoon kemudian melintasi ujung timur Laut Arafura, tanpa melihat Selat Torres, menuju Teluk Carpentaria. Pada 26 Februari 1606, dia berlabuh di Sungai Pennefather di pesisir barat Semenanjung Tanjung York di Queensland, di dekat sebuah tempat yang kini menjadi kota Weipa. Inilah pendaratan Eropa pertama ke benua Australia yang tercatat dalam sejarah. Janszoon melanjutkan perjalanannya sejauh kira-kira 320 kilometer dari pesisir ini, yang menurut dugaannya sebagai kelanjutan Pulau Papua.
Menemukan daratan ini berawa-rawa dan penduduknya tidak begitu ramah (sepuluh dari awak kapalnya terbunuh pada beberapa ekspedisi di pesisir ini), di Tanjung Keerweer (“Turnabout”), selatan Teluk Albatross, Willem Janszoon berketetapan hati untuk kembali dan tiba di Banten pada bulan Juni 1606. Dia menyebut daratan yang dia temukan itu sebagai “Nieu Zeland” sebuah nama yang terilhami oleh salah satu provinsi Belanda, Zeeland, tetapi nama itu tidak digunakan dan sebagai gantinya digunakan oleh Abel Tasman untuk menyebut Selandia Baru.
Duyfken sebenarnya mencapai Selat Torres pada bulan Maret 1606, beberapa pekan sebelum Torres berlayar melaluinya. Pada tahun 1607 Cornelis Matelieff de Jonge mengirimnya ke Pulau Ambon dan Banda. Pada tahun 1611 Janszoon kembali ke Belanda dengan kepercayaan bahwa pantai selatan Pulau Papua adalah menyatu dengan daratan yang berhasil dia telusuri, dan peta-peta Belanda memperbanyak kekeliruan ini selama bertahun-tahun. Meskipun terdapat petunjuk bahwa para navigator terdahulu dari Cina, Perancis, atau Portugal mungkin saja telah berhasil menemukan
Janszoon berlayar dari Belanda menuju Hindia Timur untuk kali yang ketiga pada 18 Desember 1603, sebagai kapten Duyfken (atau Duijfken, yang berarti “Merpati Kecil”), salah satu dari 12 bahtera dalam rombongan besar pelayaran Steven van der Hagen. Ketika bahtera lainnya meninggalkan Pulau Jawa, Janszoon dikirim untuk mencari pasar perdagangan lainnya, terkhusus di “pulau besar Papua dan pulau-pulau lain di Timur dan Selatan”.
Dia juga dikenal sebagai orang Eropa pertama sebagai penemu benua Australia sebelum orang Belanda lainnya. Pada 18 November 1605, Duyfken berlayar dari Banten ke pantai barat Pulau Papua. Janszoon kemudian melintasi ujung timur Laut Arafura, tanpa melihat Selat Torres, menuju Teluk Carpentaria. Pada 26 Februari 1606, dia berlabuh di Sungai Pennefather di pesisir barat Semenanjung Tanjung York di Queensland, di dekat sebuah tempat yang kini menjadi kota Weipa. Inilah pendaratan Eropa pertama ke benua Australia yang tercatat dalam sejarah. Janszoon melanjutkan perjalanannya sejauh kira-kira 320 kilometer dari pesisir ini, yang menurut dugaannya sebagai kelanjutan Pulau Papua.
Menemukan daratan ini berawa-rawa dan penduduknya tidak begitu ramah (sepuluh dari awak kapalnya terbunuh pada beberapa ekspedisi di pesisir ini), di Tanjung Keerweer (“Turnabout”), selatan Teluk Albatross, Willem Janszoon berketetapan hati untuk kembali dan tiba di Banten pada bulan Juni 1606. Dia menyebut daratan yang dia temukan itu sebagai “Nieu Zeland” sebuah nama yang terilhami oleh salah satu provinsi Belanda, Zeeland, tetapi nama itu tidak digunakan dan sebagai gantinya digunakan oleh Abel Tasman untuk menyebut Selandia Baru.
Duyfken sebenarnya mencapai Selat Torres pada bulan Maret 1606, beberapa pekan sebelum Torres berlayar melaluinya. Pada tahun 1607 Cornelis Matelieff de Jonge mengirimnya ke Pulau Ambon dan Banda. Pada tahun 1611 Janszoon kembali ke Belanda dengan kepercayaan bahwa pantai selatan Pulau Papua adalah menyatu dengan daratan yang berhasil dia telusuri, dan peta-peta Belanda memperbanyak kekeliruan ini selama bertahun-tahun. Meskipun terdapat petunjuk bahwa para navigator terdahulu dari Cina, Perancis, atau Portugal mungkin saja telah berhasil menemukan
bagian-bagian Australia, tetapi Duyfken adalah bahtera Eropa pertama yang mencapainya.
Referensi
http://www.penemuanterbaru.com/2015/04/penemu-benua-australia.html
http://agusbudipendidikanips.blogspot.co.id/2014/07/awal-penemuan-benua-kangguru-australia.html
0 Comments
Post a Comment