Sejarah Makanan Kerak Telor Jakarta

        Sejarah Makanan Kerak Telor Jakarta     Putih kerak Makanan ibu ke wilayah Jakarta (Batavia), dan komponen nasi putih lengket, telur ayam, ebi (kering) dibumbui udang, selain bawang merah panggang goreng kering, tumbuk dan berpengalaman dalam bentuk panggang kelapa, lada merah, kencur , jahe dan merica butir garam dan gula. Cerah ceria malam itu. Purnama tidak mengintip bulat sepenuhnya di antara blok puing.  Didampingi oleh tangan-tangan terampil Kecantikan (52), taburi sesendok nasi di atas ketel panas ecil, dan kemudian menutupnya.  Setelah beberapa menit, serpihan ketan. Giliran dia pecah bebek campuran telur sampai merata. Serundeng, dan datang cabai, kencur, jahe, irisan cabai, udang kering, garam, dan gula. Tangan kanannya memainkan Maher sama berasal penggemar bambu untuk menjaga api di anglo yang benar benar diterangi. Jamal adalah salah satu dari banyak pedagang kerak putih yang tetap hidup di Monumen Nasional (Monas). Betawi manusia telah mengakui, setiap hari dari hari perdagangan di atraksi yang telah menjadi simbol dari Jakarta. "(I) dan kedatangan Betty di Buncit, Jakarta Selatan sore.," Katanya keindahan Okezone, beberapa waktu lalu.  Memilih untuk menjual di sore sampai malam, karena rupee naik lebih dari pada hari perdagangan. Jamal rumah baru setelah malam merayap di pagi hari

Putih kerak Makanan ibu ke wilayah Jakarta (Batavia), dan komponen nasi putih lengket, telur ayam, ebi (kering) dibumbui udang, selain bawang merah panggang goreng kering, tumbuk dan berpengalaman dalam bentuk panggang kelapa, lada merah, kencur , jahe dan merica butir garam dan gula. Cerah ceria malam itu. Purnama tidak mengintip bulat sepenuhnya di antara blok puing.
 Didampingi oleh tangan-tangan terampil Kecantikan (52), taburi sesendok nasi di atas ketel panas ecil, dan kemudian menutupnya.

Setelah beberapa menit, serpihan ketan. Giliran dia pecah bebek campuran telur sampai merata. Serundeng, dan datang cabai, kencur, jahe, irisan cabai, udang kering, garam, dan gula. Tangan kanannya memainkan Maher sama berasal penggemar bambu untuk menjaga api di anglo yang benar benar diterangi. Jamal adalah salah satu dari banyak pedagang kerak putih yang tetap hidup di Monumen Nasional (Monas). Betawi manusia telah mengakui, setiap hari dari hari perdagangan di atraksi yang telah menjadi simbol dari Jakarta. "(I) dan kedatangan Betty di Buncit, Jakarta Selatan sore.," Katanya keindahan Okezone, beberapa waktu lalu.

Memilih untuk menjual di sore sampai malam, karena rupee naik lebih dari pada hari perdagangan. Jamal rumah baru setelah malam merayap di pagi hari. "Jika Anda memiliki banyak melalui penjualan dan sangat tenang (pengunjung)," katanya. 

Ayah dari tiga anak, juga mengaku kadang-kadang dijual di daerah lain. Namun, hal itu dilakukan pada saat-saat tertentu. Maksud tahunan saat Pekan Raya Jakarta (PRJ) menjelang ulang tahun Batavia.  "Mungkin tahun ini aku juga kios terbuka di sana." Mengapa kulit telur? Jamal menyatakan bahwa membuang-satunya keahlian kuliner. Telur menjual keindahan kerak dapat uang saku 150-200000 setiap malam. Salah satu bagian diberi tanda Rp15 ribu.

Tidak banyak referensi yang jelas menjelaskan asal-usul makanan. Meski telah menjual kulit telur sejak tahun 1990-an, tidak diketahui dengan pasti kecantikan asal camilan ini. Dia mengaku sebagai telur campuran keterampilan kerak keluarga. "Dulu waktu kecil untuk melihat orang-orang akhirnya 
belajar untuk hari ini untuk sesuatu untuk dimakan," katanya.

Berkenaan dengan asal kulit telur masih membingungkan. Masyarakat informasi canggih, makanan ini lahir segelintir orang Betawi Menteng yang ingin mencampur makanan yang terbuat dari beras ketan dan parutan kelapa dan rempah-rempah lainnya. Tindakan ini penipuan pada respon positif dari masyarakat telah diterima. Pada tahun 1970 sekelompok orang Betawi kemudian mencoba peruntungan dengan menjual resep unik di Monas dan menjual, dan bahkan makanan ini dalam makanan seperti Betawi.

Menurut para ahli budaya Betawi, Indra Sutrisna, telah menemukan telur makanan kerak sejak masa penjajahan Belanda di Indonesia. Terlalu sering makanan ini dikonsumsi oleh Belanda. "Saya menemukan kulit telur Batavia di Belanda," kata Indra.

Tim Belanda memenangkan pembuka kerak telor. Orang Belanda, pada waktu itu ingin makan yang sama untuk omelet mie, yang bersama dengan campuran masakan Betawi gaya. Orang Betawi nilai tercatat kesehatan kerak dalam campuran telur. Akibatnya, dan diganti dengan mie beras ketan, serta menambah bumbu di dalamnya. Namun, selama berabad-abad, kulit telur hidangan sekarang populis yang dapat dinikmati oleh siapa saja. Perkembangan lainnya, menurut Indra, adalah keragaman rasa dari sama kerak telor. Saat kerang pedagang telur menyediakan berbagai rasa makanan. "Banyak inovasi yang dibuat. Di masa lalu, kulit telur rasa pedas Betawi tidak, dan tidak menggunakan robek. Jika Anda bertanya khas kerak putih telur Betawi saja, udang kering, serundeng, dan bawang goreng saja," katanya.

Pada saat yang sama, berdasarkan situs resmi Institut budaya Betawi, sejarah atau aset kerak putih tidak bisa menjelaskan dengan jelas. Hal ini diyakini sesepuh Betawi, dan munculnya telur makanan kerak tidak dapat dipisahkan dari proses akulturasi antara negara-negara, mengingat 5 abad Jakarta telah menjadi salah satu koleksi pusat pedagang dari luar nusantara. Kulit telur, dan diyakini campuran India, Arab, Cina, budaya kuliner Portugis. Hal ini juga membatasi akulturasi dalam panci kerak telor.

Budaya kuliner negara-negara ini yang pedagang yang terkadang membawa juga berfungsi sebagai efek koki. Biasanya, mereka menawarkan berbagai hidangan yang disiapkan dengan bahan-bahan asli negara seperti rempah-rempah, yang berasal dari Indonesia. Terlepas dari sejarah atau asal yang benar sehubungan dengan kulit telur, yang harus saat ini adalah untuk terus menjaga kerak dari satu produk telur, dan budaya Betawi di tengah penyebaran hidangan makanan di Barat gaya di Indonesia.

Kerak telor merupakan warisan masa lalu. Menurut sejarah Kerak Telor sudah ada pada zaman Belanda menjajah Indonesia pada waktu dulu. Saat itu kota yang bernama Jakarta masih banyak di tumbuhi pohon kelapa . Karena dahulu hasil kelapa sangat melimpah yang membuat Jakarta masa lalu bernama sunda kelapa. Buah kelapa yang pada saat itu sangat berlimpah sangat di manfaatkan oleh penduduk jakarta untuk membuat aneka masakan. Seperti Nasi Uduk, Soto Betawi ,Kerak Telor dan makanan khas Jakarta lainnya. Tidak heran jika kuliner khas Jakarta begitu banyak mengandung santan.
        Sejarah Makanan Kerak Telor Jakarta     Putih kerak Makanan ibu ke wilayah Jakarta (Batavia), dan komponen nasi putih lengket, telur ayam, ebi (kering) dibumbui udang, selain bawang merah panggang goreng kering, tumbuk dan berpengalaman dalam bentuk panggang kelapa, lada merah, kencur , jahe dan merica butir garam dan gula. Cerah ceria malam itu. Purnama tidak mengintip bulat sepenuhnya di antara blok puing.  Didampingi oleh tangan-tangan terampil Kecantikan (52), taburi sesendok nasi di atas ketel panas ecil, dan kemudian menutupnya.  Setelah beberapa menit, serpihan ketan. Giliran dia pecah bebek campuran telur sampai merata. Serundeng, dan datang cabai, kencur, jahe, irisan cabai, udang kering, garam, dan gula. Tangan kanannya memainkan Maher sama berasal penggemar bambu untuk menjaga api di anglo yang benar benar diterangi. Jamal adalah salah satu dari banyak pedagang kerak putih yang tetap hidup di Monumen Nasional (Monas). Betawi manusia telah mengakui, setiap hari dari hari perdagangan di atraksi yang telah menjadi simbol dari Jakarta. "(I) dan kedatangan Betty di Buncit, Jakarta Selatan sore.," Katanya keindahan Okezone, beberapa waktu lalu.  Memilih untuk menjual di sore sampai malam, karena rupee naik lebih dari pada hari perdagangan. Jamal rumah baru setelah malam merayap di pagi hari

Cara membuat masakan ini cukup unik saat Kerak Telor ini sudah setengah matang maka wajan di biarkan terkena barah api sambil di kipas-kipas dan bara api tetap menyala. Setelah agak kering dan matang barulah Kerak Telor siap untuk di sajikan. Dan bahan-bahan makanan ini terbuat dari nasi,ketan aron setengah matang yang di campurkan dengan telor ayam atau telor bebek beserta bumbunya Mudah-mudahan makanan khas Jakarta ini bisa tetap bertahan di tengah-tengah persaingan dan serbuan fast food barat. Meskipun hingga kini keberadaan pedagang kerak telor tidak menjamur namun masyarakat tapi dapat mengunjungi beberapa lokasi di Jakarta yang masih dijadikan tempat bagi pedagang kerak telor untuk berjualan. Berikut 5 lokasi pedagang kerak telor yang dapat dikunjungi para penikmat kerak telor:


Kota Tua Jakarta


Kawasan wisata Kota Tua Jakarta merupakan salah satu tempat wisata yang hingga kini masih ramai dikunjungi oleh pengunjung domestik dan turis asing. Peluang untuk mencari rejeki sekaligus memperkenalkan kerak telor sebagai makanan asli Betawi merupakan alasan yang membuat sebagian besar para pedagang tetap bertahan untuk berjualan di kawasan Kota Tua.


Pekan Raya Jakarta (PRJ)


Para pedagang kerak telor dapat dijumpai di salah satu event besar yang sering ditunggu masyarakat kota Jakarta, Pekan Raya Jakarta yang diselenggarakan setahun sekali di kawasan Kemayoran (PRJ Kemayoran) dan di Monas (PRJ Monas).


Kerak Telor Menteng


Abdurrahman atau sering disape Babeh merupakan seorang penjaja kerak telor pikulan yang mangkal di depan supermarket Hero, yang letaknya berada di antara Dunkin Donuts dan Masjid Al-Hakim Menteng. Babeh mulai berjualan pada pukul 17:00-22:00, rasa yang enak dan harga yang bersahabat membuat Kerak Telor Babeh dikenal oleh banyak masyarakat.


Kerak Telor Bang Sape’i


Bang Sape’i berjualan kerak telor di daerah Pasar Minggu. Dengan gaya khas nya bang sape’i menarik perhatian pengunjung apalagi sekarang bang sape’i mulai menjajak dunia online dimana kerak telor bisa di beli menggunakan sistem online.


Kerak Telor Taman Ayudia


Bagi masyarakat yang suka mengunjungi taman di ibukota, cobalah untuk mengunjungi Taman Ayudia, Barito, Jakarta Selatan. Di sekitar Taman Ayudia terdapat warung kerak telor pinggir jalan yang bisa anda kunjungi.

0 Comments

Post a Comment