Giring tiba di bumi ini tanggal 14 Juli 1983 di Jakarta. Cowok kriwil yang bernama lengkap Giring Ganesha Djumaryo ini adalah bungsu dari tiga bersaudara.Dia tumbuh di keluarga yang cukup mempunyai cara pandang yang luas tetapi tetap menerapkan kedisplinan. Keluarganya pun cukup harmonis, nggak pernah ada apa pun yang menyebabkan perpecahan. Tapi namanya anak cowok pasti ada bandelnya, Giring pun nggak luput dari omelan yang pasti diterimanya saat dia ketahuan bandel.Dia juga ngerasain mainan tradisional kayak main petak umpet, petak jongkok, galasin dan semua permainan anak-anak tradisional lain. Tinggal di daerah pojok perumahan dan menjorok ke daerah belakang kompleks membuatnya lebih banyak bergaul dengan anak-anak belakang kompleks.Pas menginjakkan kakinya di lingkungan SMP, dimulailah petualangan barunya. Dia jadi jarang banget bergaul dengan teman-teman di sekitar rumahnya. Waktunya lebih banyak dihabiskan bersama teman-teman sekolahnya. Masa awal bersekolah di sebuah sekolah swasta sempet membuatnya minder. Teman-temannya yang termasuk orang “punya” selalu saja membuatnya canggung. Maklum aja, sejak kecil Giring emang nggak pernah dikasih uang jajan yang berlebih. Lain dengan teman-teman SMP-nya yang selalu saja mempunyai uang lebih sehingga bebas untuk melakukan apa pun.Efek uang berlebih itu membuat pergaulannya semakin gawat. Giring tergiring (halah!) masuk ke lingkungan teman-teman yang hobi mengonsumsi narkoba. Untungnya keterbatasan dana membuatnya enggan untuk ikut-ikutan mengonsumsi narkoba.
Tumbuh Bareng Musik
Beruntung banget Giring punya keluarga yang semuanya begitu mencintai musik. Terutama almarhum bokapnya, Djumaryo Imam Muhni yang memperkenalkan musik padanya.Sang ibu, Irmawati Djumaryo, adalah orang yang paling bertanggung jawab atas perkenalannya dengan The Beatles, yang notabene jadi influens utamanya sampe saat ini. Beliaulah yang ngebeliin Giring kaset band legendaris itu.Nggak cuma itu, oleh kedua ortunya itu, Giring juga sempet diikutkan les piano dan gitar. Jadi modal bermusiknya terbilang lumayan.Semasa SMA, selain jadi jago tawuran, Giring juga mulai terlibat beberapa proyek musik. Dia sempet ngebentuk Circle Symphony, bareng beberapa temen nongkrongnya. Emang dari pertama doi udah jatahnya jadi vokalis.Mainin musik yang lagi nge-hype saat itu seperti Kula Shaker, New Order, dan The Doors membuat mereka lumayan dikenal orang-orang. Mulai dari manggung di ulang tahun temen, sampe manggung di pensi gede pernah dicobain sama Giring cs waktu itu.
Tapi, dasarnya nggak nasib, Circle Symphony nggak bertahan lama. Diawali perginya bassis mereka yang harus masuk pusat rehabilitasi, satu persatu personil pun berguguran. Biar begitu, Circle Symphony sempet ninggalin "warisan" berupa beberapa lagu buatan sendiri. Salah satunya adalah yang sekarang jadi single Nidji, Bila Aku Jatuh Cinta.Selepas Circle Symphony, lantaran udah keasikan ngeband, Giring langsung ngebentuk band lagi. Kali ini bareng temen-temen sekolahnya. Termasuk Run-D, keyboardis Nidji, yang saat itu masih jadi gitaris. Band barunya ini bernama FIN.
Dari awal band ini latihan, mereka udah bikin lagu sendiri. Job-nya pun lumayan lancar. Berbekal kenalan yang banyak, mereka pun sering manggung di tempat yang berbeda. FIN bertahan cukup lama, sekitar dua tahun. Band ini bubar karena drummernya saat itu mempunyai visi yang beda.
Saat FIN bubar, Giring sempet vakum ngeband. Saat itulah dia ketemu sama Ariel dan Andro yang lagi nyari vokalis untuk band mereka. Abis itu so they say, the rest is history....!
Music For Life
Musik akhirnya jadi jalan hidup Giring. Sebagian cita-cita udah bisa diraihnya bareng Nidji. Sadar betul sama hal itu, nggak heran kalo buat Giring, Nidji adalah segalanya. Sejak gabung, Giring udah berkomitmen kalo dia akan serius ngejalanin band ini. Nggak heran juga jadinya, kalo udah ngomongin soal Nidji, dia bakalan total seratus sepuluh persen.Saat ini aja contohnya. Nggak hanya sekedar vokalis, Giring juga berperan sebagai pencipta lagu dan konseptor klip. Dia tuh yang paling cerewet kalo Nidji udah punya rencana mau ngebuat klip.Seiring nanjaknya karir Nidji, perlahan hidup Giring pun berubah. Nggak ada yang namanya nongkrong di kampus, atau pergi hang out ke mall. Dia lebih sering di studio, latihan, bikin lagu di rumah pake pianonya, bahkan dia pun ambil cuti untuk kuliahnya di Universitas Paramadina. Pokoknya nggak ada deh kegiatan di luar Nidji. Waktunya lebih tersita jadwal manggung yang padet banget.Hari-harinya sekarang ini pun sudah ada jadwalnya sendiri. Jadi Giring nggak bisa seenaknya membuat jadwal pribadinya. Setiap hari Giring harus memeriksa dulu jadwalnya di hari itu dan keesokan harinya. Toh semua itu dianggapnya sebagai sebuah konsekuensi. Dia nggak terlalu mempermasalahkan hal itu.Bagusnya, segala puja-puji itu nggak membuat sifat dasarnya berubah. Giring tetep rendah hati dan ramah sama semua orang. Cowok yang mengaku baru enam kali pacaran ini ngerasa kalo semua ini adalah hasil dari kerja keras Nidji selama ini. Bukan lantaran dia seorang. Dan tentu aja, dia bersyukur banget atas itu. (atha)
0 Comments
Post a Comment