Sejarah Bandara Kertajati


Bandar Udara Internasional Kertajati (masih nama sementara) merupakan Bandara Internasional yang diproyeksikan menjadi gerbang utama masuk dan keluar Provinsi Jawa Barat yang akan resmi beroperasi mulai Juni 2018.

Bandar Udara (bandara) ini terletak di Kabupaten Majalengka sekitar seratus kilometer di timur kota Bandung. Bandara Kertajati dibangun oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Jawa Barat, PT. Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB). BUMD ini sendiri lahir lewat instruksi langsung Gubernur DR. (HC).H. Ahmad Heryawan, Lc, M. Si melalui Peraturan Daerah no.22 tahun 2013 yang ditandatangi pada 24 november 2014. PT BIJB sendiri bertanggung jawab dalam pembangunan sisi darat serta pengembangan dan pengoperasian Bandara Internasional Jawa Barat, serta pengembangan kawasan Aerocity.

Total pembiayaan pembangunan sisi darat sebesar Rp 2,6 T (Rp 2.600 Milyar). Skema pembiayaan bandara ini dipuji oleh Menteri Perhubungan karena sama sekali tidak mengandalkan kocoran dana dari pemerintah pusat (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN).

Skema pembiayaan melalui skema Pembiayaan Investasi Non Pemerintah (PINA). Investasi Rp 906 Milyar berasal dari gabungan perbankan syariah, yaitu Bank Jabar Banten, Bank Jateng Syariah, Bank Sumut Syariah, Bank Sulbar Syariah, Bank Kalbar Syariah, Bank Jambi Syariah, dan Bank Kalsel Syariah.

Investasi Rp 808 Milyar berasal dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat selaku pemegang saham mayoritas, sisanya berasal dari ekuitas reksadana penyertaan terbatas (RDPT) [sumber https://bijb.co.id/menhub-apresiasi-pola-pembiayaan.../].

Dari sini, pemerintah provinsi Jawa Barat memberikan keteladanan bahwa pembangunan infrastruktur dapat dilakukan tanpa utang luar negeri, bahkan melalui sinergisitas sesama anak bangsa. Negara ini baru bisa maju menjadi negara adidaya bila mampu berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) sesuai nasihat emas Presiden Soekarno dahulu. Pembangunan Bandara Internasional Kertajati ini sejatinya didesain dengan mengolaborasikan kearifan lokal Sunda dengan gaya arsitektur modern. Hal ini bisa dilihat dari desain Main Roof (terinspirasi dari pakaian Tari Merak) dan Air Traffic Control-nya (terinspirasi dari senjata tradisional Sunda, Kujang).

Pembangunan bandara ini melalui dua fase, fase 1A dan fase ultimate. Pada fase IA ini akan selesai pada bulan Juni 2018. Landasan pacu (runway) yang akan beroperasi pada tahap 1A ini memiliki luas 2500 x 60 meter persegi, sedangkan pada tahap ultimate akan memiliki luas 3500 x 60 meter persegi yang menyebabkan landasan pacu bandara ini setara dengan landasan pacu terluas di Indonesia, Bandara Hang Nadim, Batam, Provinsi Riau Kepualauan.

Kapasitas terminal penumpang pada tahap IA mencapai 5 juta penumpang per tahun, sedangkan pada tahap ultimate mencapai 29,3 juta penumpang per tahun. Kapasitas penumpang tahap ultimate ini hampir setara dengan 50% kapasitas Bandara Soekarno-Hatta (63 juta per tahun 2017).
Luas keseluruhan lahan bandara ini hampir setara dengan luas keseluruhan Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang menyebabkan Bandara Internasional Kertajati sebagai Bandara Internasional terbesar kedua setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Provinsi Banten. Alhamdulillah, tidak heran bahwa Provinsi Jawa Barat kini diakui sebagai salah satu provinsi termaju di NKRI berkat manajemen yang baik dari pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daaerah kota/kabupaten se-Jawa Barat. Hatur nuhun kang Aher yang bekerja dalam senyap, tanpa pencitraan, sepi dari pemberitaan media massa, tetapi namamu akan selalu harum bagi warga Jawa Barat sampai kapan pun.

0 Comments

Post a Comment