Fenomena Tahun Kabisat


Tahun kabisat dalam bahasa inggris disebut dengan Leap Year. Bulan yang unik pada tahun kabisat adalah bulan Februari. Jika kita perhatikan pada Februari ini, bulan ini memiliki 29 hari, berbeda dengan Februari pada tiga tahun terakhir yang hanya memiliki 28 hari. Tahun yang memiliki 29 hari pada bulan Februari adalah yang disebut dengan tahun kabisat.

Tahun kabisat dalam bahasa inggris disebut dengan Leap Year. Bulan yang unik pada tahun kabisat adalah bulan Februari. Jika kita perhatikan pada Februari ini, bulan ini memiliki 29 hari, berbeda dengan Februari pada tiga tahun terakhir yang hanya memiliki 28 hari. Tahun yang memiliki 29 hari pada bulan Februari adalah yang disebut dengan tahun kabisat.



Tahun kabisat berawal dari kegusaran Kaisar Julius Caesar, pemimpin Romawi, terhadap penanggalan yang tidak bisa menunjukkan musim dengan tepat. Bulan Desember misalnya, kadang musim dingin, kadang tidak. Kemudian, ia memerintahkan ahli perbintangan kerajaan bernama Sosigenes, untuk membuat penanggalan baru.

Sosigenes lalu mempresentasikan kalender baru berdasarkan waktu yang diperlukan Bumi untuk mengitari Matahari satu kali. Perhitungan Sosigenes, Bumi butuh 365,25 hari untuk mengitari Matahari. Supaya mudah, digenapkan menjadi 365 hari. Kekurangannya akan digabung dalam satu hari, setiap empat tahun sekali. Satu hari tersebut ditambahkan pada Bulan Februari untuk menggenapi 0,25 hari pembulatan tadi. Sebab, Februari memiliki jumlah hari paling sedikit, yaitu 29.

Setiap empat tahun, Februari memiliki 29 hari. Itulah Tahun Kabisat. Sistem kalender baru ini digunakan di semua wilayah Romawi mulai tahun 45 sebelum Masehi (SM). Beberapa waktu kemudian, Julius Caesar digantikan oleh Kisar Agustus. Pada masa itu, kalender kembali diutak-atik. Ia mengganti Bulan Hexelius menjadi Bulan Agustus. Ia juga menambahkan satu hari pada Bulan Agustus, menjadi 31 hari.

Kaisar Agustus mengambil satu hari dari Bulan Februari. Maka, Februari memiliki 28 hari pada tahun biasa, dan 29 hari pada Tahun Kabisat. Sekitar 1.500 tahun berlalu, ternyata kalender Masehi itu kembali membingungkan. Perayaan Paskah yang lazimnya terjadi di musim semi bergeser. Apa lagi yang salah?

Akhirnya, Paus XIII, pemimpin Umat Kristiani saat itu, memerintahkan ahli perbintangan Christopher Clavius untuk mencari jawabannya. Christopher menemukan, bahwa lama satu tahun adalah 365,24219 hari, pembulatannya menjadi 365,24 hari. Perhitungan Sosigenes meleset 11 menit 14 detik setiap tahunnya. Akibatnya, setelah sekitar 1.500 tahun, kesalahannya menjadi 10 hari.

Christopher mengusulkan, Tahun Kabisat tetap terjadi empat tahun sekali, kecuali pada tahun yang berakhiran 00. Pada tahun itu, Tahun Kabisat hanya berlaku jika angka tahunnya habis dibagi 400, sehingga dalam 2.500 tahun hanya perlu penyesuaian satu hari.

Paus setuju dan meresmikan perhitungan baru itu pada 1582. Dengan penetapan seperti itu, orang yang lahir pada 29 Februari berulang tahun setiap empat tahun sekali. Walaupun demikian, usianya tetap saja bertambah tua.

Berikut Alasannya :


Kalender masehi atau kalender Gregorian menggunakan sistem matahari (solar system). Artinya, waktu setahun kalender masehi adalah waktu yang diperlukan bumi untuk mengelilingi matahari (revolusi bumi), yakni selama 365,242199 hari atau 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik, atau sedikit lebih kecil dari 365¼ hari.
Karena waktu revolusi bumi tidak tepat selama 365 hari atau 366 hari maka jumlah hari dalam setahun dibuat 365 hari dan setiap 4 tahun sekali dibuat 366 hari. Tahun dimana jumlah harinya 366 inilah yang disebut tahun kabisat (leap year).
Mungkin Anda sekarang sudah memahami kenapa ada tahun kabisat.
Tapi sudah selesaikah masalahnya jika setiap 4 tahun ditambahkan 1 hari menjadi 366 hari?
Ternyata belum.
Penambahan 1 hari setiap 4 tahun justru menimbulkan masalah baru karena ternyata waktu revolusi bumi pun tidak tepat 365¼ hari, namun kurang sedikit. Akibatnya adalah akan ada kelebihan sekitar 0,007801 hari (11 menit 14 detik) setiap 4 tahun.

Bagaimanakah cara mengatasinya?

Caranya adalah dengan mengurangkan 1 (satu) hari pada tahun kabisat setiap 100 tahun sekali. Artinya pada tahun 1900 yang lalu dan pada tahun 2100, 2200 yang akan datang. meskipun kelipatan 4 (habis dibagi 4) namun bukanlah tahun kabisat.

Setelah penyesuaian ini apakah masalahnya sudah selesai?

Ternyata belum juga selesai.
Pengurangan 1 hari setiap 100 tahun menyebabkan jumlah hari menjadi berkurang lagi selama 0,2199 hari atau sekitar 5 jam 16 menit 39 detik setiap 100 tahun sekali.

Bagaimanakah cara mengatasinya?
Caranya adalah dengan menambahkan kembali 1 (satu) hari setiap 400 tahun sekali sehingga tahun 2400, 2800 yang akan datang kembali menjadi tahun kabisat.

Sudah selesaikah masalahnya sekarang?
Sebenarnya belum, karena akan kembali terjadi kelebihan hari selama 0,1204 hari atau sekitar 2 jam 53 menit 23 detik setiap 400 tahun sekali.
Kelebihan hampir 3 jam setiap 400 tahun atau sekitar 26 detik per tahun saat ini masih dapat ditoleransi.

Tahun kabisat berawal dari kegusaran Kaisar Julius Caesar, pemimpin Romawi, terhadap penanggalan yang tidak bisa menunjukkan musim dengan tepat. Bulan Desember misalnya, kadang musim dingin, kadang tidak. Kemudian, ia memerintahkan ahli perbintangan kerajaan bernama Sosigenes, untuk membuat penanggalan baru.

Sosigenes lalu mempresentasikan kalender baru berdasarkan waktu yang diperlukan Bumi untuk mengitari Matahari satu kali. Perhitungan Sosigenes, Bumi butuh 365,25 hari untuk mengitari Matahari. Supaya mudah, digenapkan menjadi 365 hari. Kekurangannya akan digabung dalam satu hari, setiap empat tahun sekali. Satu hari tersebut ditambahkan pada Bulan Februari untuk menggenapi 0,25 hari pembulatan tadi. Sebab, Februari memiliki jumlah hari paling sedikit, yaitu 29.

Setiap empat tahun, Februari memiliki 29 hari. Itulah Tahun Kabisat. Sistem kalender baru ini digunakan di semua wilayah Romawi mulai tahun 45 sebelum Masehi (SM). Beberapa waktu kemudian, Julius Caesar digantikan oleh Kisar Agustus. Pada masa itu, kalender kembali diutak-atik. Ia mengganti Bulan Hexelius menjadi Bulan Agustus. Ia juga menambahkan satu hari pada Bulan Agustus, menjadi 31 hari.

Kaisar Agustus mengambil satu hari dari Bulan Februari. Maka, Februari memiliki 28 hari pada tahun biasa, dan 29 hari pada Tahun Kabisat. Sekitar 1.500 tahun berlalu, ternyata kalender Masehi itu kembali membingungkan. Perayaan Paskah yang lazimnya terjadi di musim semi bergeser. Apa lagi yang salah?

Akhirnya, Paus XIII, pemimpin Umat Kristiani saat itu, memerintahkan ahli perbintangan Christopher Clavius untuk mencari jawabannya. Christopher menemukan, bahwa lama satu tahun adalah 365,24219 hari, pembulatannya menjadi 365,24 hari. Perhitungan Sosigenes meleset 11 menit 14 detik setiap tahunnya. Akibatnya, setelah sekitar 1.500 tahun, kesalahannya menjadi 10 hari.

Christopher mengusulkan, Tahun Kabisat tetap terjadi empat tahun sekali, kecuali pada tahun yang berakhiran 00. Pada tahun itu, Tahun Kabisat hanya berlaku jika angka tahunnya habis dibagi 400, sehingga dalam 2.500 tahun hanya perlu penyesuaian satu hari.

Paus setuju dan meresmikan perhitungan baru itu pada 1582. Dengan penetapan seperti itu, orang yang lahir pada 29 Februari berulang tahun setiap empat tahun sekali. Walaupun demikian, usianya tetap saja bertambah tua.

Berikut alasannya 

Kalender masehi atau kalender Gregorian menggunakan sistem matahari (solar system). Artinya, waktu setahun kalender masehi adalah waktu yang diperlukan bumi untuk mengelilingi matahari (revolusi bumi), yakni selama 365,242199 hari atau 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik, atau sedikit lebih kecil dari 365¼ hari.

Karena waktu revolusi bumi tidak tepat selama 365 hari atau 366 hari maka jumlah hari dalam setahun dibuat 365 hari dan setiap 4 tahun sekali dibuat 366 hari. Tahun dimana jumlah harinya 366 inilah yang disebut tahun kabisat (leap year).

Mungkin Anda sekarang sudah memahami kenapa ada tahun kabisat.

Tapi sudah selesaikah masalahnya jika setiap 4 tahun ditambahkan 1 hari menjadi 366 hari?

Ternyata belum.

Penambahan 1 hari setiap 4 tahun justru menimbulkan masalah baru karena ternyata waktu revolusi bumi pun tidak tepat 365¼ hari, namun kurang sedikit. Akibatnya adalah akan ada kelebihan sekitar 0,007801 hari (11 menit 14 detik) setiap 4 tahun.

Referensi


http://azharmind.blogspot.com/2016/02/fenomena-tahun-kabisat.html#ixzz6FJj46n7g

http://azharmind.blogspot.com/2016/02/fenomena-tahun-kabisat.html#ixzz6FJj46n7g

0 Comments

Post a Comment