Sejarah Kabupaten Tolitoli


Kabupaten Tolitoli adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah Indonesia. Kabupaten Tolitoli sebelumnya bernama Kbaupaten Buol Tolitoli (semenjak 1964-1999 ), namun pada tahun 2000 berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 daerah ini dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu kabupaten Tolitoli sebagai kabupaten induk dan Kabupaten Buol sebagai kabupaten hasil pemekaran.



Nama Tolitoli sendiri berasal dari kata Totolu yang berarti tiga. Nama ini diambil berdasarkan asal mula Bangsa/masyarakat Tolitoli, dimana Bangsa Tolitoli berasal dari 3 manusia kahyangan yang menjelma ke bumi melalui olisan Bulan (Bumbu Emas), Bumbung Lanjat (Puncak Pohon Langsat) dan Ue Saka (Sejenis Rotan). Jelmaan Olisan Bulan dikenal sebagai Tau Dei Baolan atau Tamadika Baolan, kemudian yang menjelma melalui Ue Saka yang dikenal sebagai Tau Dei Galang atau Tamadika Dei Galang. Sedangkan seorang putri yang menjelma sebagai bumbung Lanjat dikenal sebagai Boki Bulan.

Seiring perkembangan Zaman, nama Totoli/Totolu berubah menjadi Tontoli sebagaimana tertulis dalam Lange-Contrack 5 Juli 1858 yang ditandatangani pihak Belanda antara Dirk Francois dengan Raja Bantilan Syaifuddin. Kemudian pada tahun 1918 nama Tontoli kembali berubah menjadi Tolitoli seperti terlihat dalam penulisan Korte Verklaring yang ditandatangani Raja Haji Mohammad Ali dengan pemerintah Belanda yang berpusat di Nalu, dan nama Toiltoli inilah yang dikenal sampai sekarang.

Bahasa sehari-hari yang dipakai adalah bahasa Gelga. Bahasa ini menurut ahli Bahasa AC. Kryut dan Dr. Adriani termasuk dalam kelompok Bahasa Tomini yang tersebar antara desa towera di daerah kabupaten Donggala sampai Dengan Desa Molosipat di perbatasan Gorontalo.


Kabupaten Tolitoli adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah Indonesia. Kabupaten Tolitoli sebelumnya bernama Kbaupaten Buol Tolitoli ( semenjak 1964-1999 ), namun pada tahun 2000 berdasarkan UU No.51 Tahun 1999 daerah ini dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu kabupaten Tolitoli sebagai kabupaten induk dan Kabupaten Buol sebagai kabupaten hasil pemekaran.
Namun Tolitoli berasal dari kata Totolu yang berarti tiga. Bangsa Tolitoli berasal dari 3 manusia kahyangan yang menjelma ke bumi melalui olisan Bulan (Bumbu Emas), Bumbung Lanjat (Puncak Pohon Langsat) dan Ue Saka (Sejenis Rotan). Jelmaan Olisan Bulan dikenal sebagai Tau Dei Baolan atau Tamadika Baolan yang menjelma melalui Ue Saka yang dikenal sebagai Tau Dei Galang atau Tamadika Dei Galang. Sedangkan seorang putrid yang menjelma sebagai bumbung Lanjat dikenal sebagai Boki Bulan.

Kemudian nama Totoli berubah menjadi Tontoli sebagaimana tertulis dalam Lange-Contrack 5 Juli 1858 yang ditandatangani pihak Belanda antara Dirk Francois dengan Raja Bantilan Syaifuddin. Tahun 1918 berubah menjadi Tolitoli seperti terlihat dalam penulisan Korte Verklaring yang ditandatangani Raja Haji Mohammad Ali dengan pemerintah Belanda yang berpusat di Nalu.
Bahasa yang dipakai sebagai alat komunikasi sehari-hari adalah bahasa Geiga. Bahasa ini menurut ahli bahasa AC kruyt dan Dr Adriani termasuk dalam kelompok bahasa-bahasa Tomini, yang daerah sebarnya antara desa Towera di wilayah kabupaten Donggala samapi ke desa Molosipat yang berbatasan dengan kabupaten Gorontalo.

Sepanjang sejarah yang diketahui, Tolitoli mempunyai pemerintahan yang bersifat kerajaan. Puncak kejayaannya dicapai setelah masuknya agama islam, sekitar abad ke-17, yang dibawa mubalig dari kesultanan ternate. Pada waktu itu masyarakat benar-benar merasakan keamanan dan ketentraman dalam wilayah kerajaan. Sejak itu hubungan kerajaan Tolitoli dengan Kesultanan Ternate terjalin baik, hingga kerjaan Tolitoli masuk dalam wilayah kekuasaan Kesultanan Ternate. Mulai saat itu Raja yang berkuasa di Tolitoli sudah di nobatkan di Ternate.

0 Comments

Post a Comment