Sebagian besar pelajar dan mahasiswa di Indonesia belum mengetahui adanya Hari Puisi Indonesia. Padahal, Hari Puisi Indonesia itu sudah dideklarasikan 4 tahun lalu, tepatnya tanggal 22 November 2012. Pengetahuan tentang Hari Puisi Indonesia ini penting terutama bagi mahasiswa yang mengambil jurusan ilmu budaya atau bahasa dan sastra Indonesia.
Beberapa waktu lalu, tepatnya 28 April 2016, media sosial ramai dengan topik puisi. Sebuah tagar menjadi trending topik, yaitu: Selamat Hari Puisi Nasional. Netizen (masyarakat internet) lalu ramai-ramai menulis puisi. Di dinding-dinding jejaring, berhamburan kata-kata indah yang mereka namai puisi, atau kalimat-kalimat memorial pada penyair legendaris kita: Chairil Anwar.
Memang, penyair Chairil Anwar wafat tanggal 28 April. Chairil lahir di Medan, Sumatera Utara, tanggal 26 Juli 1922 dan wafat di Jakarta tangal 28 April 1949 pada usia 26 tahun. Penyair ‘Si Binatang Jalang’ ini hijrah ke Jakarta (Batavia) mengikut ibunya yang bercerai dengan sang suami. Hingga kini, pengagum Chairil Anwar terus bertambah. Puisi-puisi Anwar yang hanya berjumlah 70-an judul itu, juga sangat dikagumi oleh generasi lintas zaman, bahkan hingga era digital ini.
Kita tidak tahu siapa orang yang mencetuskan Hari Puisi Nasional tanggal 28 April. Padahal sejauh ini, tidak ada deklarasai atau penetapan soal itu. Ucapan-ucapan Selamat Hari Puisi Nasional dengan demikian bisa menjadi informasi yang membingungkan. Sejumlah media-online bahkan menulis secara terang-terangan bahwa hari wafatnya Chairil Anwar diperingati sebagai Hari Puisi Nasional.
Agar kebingungan tersebut tidak melebar, sebaiknya dijelaskan bahwa Indonesia memang benar sudah memiliki Hari Puisi. Namanya Hari Puisi Indonesia, bukan Hari Puisi Nasional. Peringatan Hari Puisi Indonesia juga bukan pada tanggal wafatnya Chairil Anwar, tapi pada hari lahirnya, yaitu 26 Juli.
Deklarasi dan penetapan Hari Puisi Indonesia itu dilakukan oleh puluhan penyair Indonesia di Pekanbaru, Riau, 22 November 2012 silam. Setelah ditandatangani para penyair, teks deklarasi dibacakan oleh presiden penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri.
Sejumlah penyair yang ikut mendeklarasikan Hari Puisi Indonesia antara lain Sutardji Calzoum Bachri (Jakarta), Rida K Liamsi (Riau), John Waromi (Papua), D. Kemalawati (Aceh), Ahmadun Yosi Herfanda (Jakarta), Kazzaini KS (Riau), Rahman Arge (Sulawesi Selatan), Micky Hidayat (Kalimantan Selatan), Isbedy Stiawan ZS (Lampung), Fakhrunnas MA Jabbar (Riau), Anwar Putra Bayu (Sumatera Selatan), Dimas Arika Mihardja (Jambi), Pranita Dewi (Bali), Bambang Widiatmoko (Jakarta), Fatin Hamama (Jakarta), Sosiawan Leak (Jawa Tengah), Agus R Sarjono (Jakarta), dan Jamal D Rahman (Jakarta), Chavcay Syaefullah (Banten), Husnu Abadi (Riau), Hasan Albana (Sumatera Utara), Hasan Aspahani (Riau), Iyut Fitra (Sumatera Barat), Marhalim Zaini (Riau), Panda MT Siallagan (Sumatera Utara), Jefri Al-Malay (Kepulauan Riau), dan Samson Rambahpasir (Kepulauan Riau).
Setelah dideklarasikan, peringatan Hari Puisi Indonesia telah berlangsung rutin mulai tahun 2013, 2014 dan 2015. Bahkan, untuk menyokong konsistensi perayaan Hari Puisi Indonesia, Yayasan Hari Puisi telah didirikan atas inisiatif penyair Rida K Liamsi. Yayasan ini telah menggelar perayaan Hari Puisi Indonesia setiap tahun dengan berbagai acara, termasuk menyelenggarakan Anugerah Hari Puisi, yaitu penghargaan atas buku puisi terbaik. Demikianlah! (panda mt siallagan)
Teks Deklarasi Hari Puisi Indonesia
Indonesia dilahirkan oleh puisi yang ditulis secara bersama-sama oleh para pemuda dari berbagai wilayah tanah air. Puisi pendek itu adalah Sumpah Pemuda. Ia memberi dampak yang panjang dan luas bagi imajinasi dan kesadaran rakyat nusantara. Sejak itu pula, sastrawan dari berbagai daerah menulis dalam bahasa Indonesia, mengantarkan bangsa Indonesia meraih kedaulatan sebagai bangsa yang merdeka.
Bahasa Indonesia adalah pilihan yang sangat nasionalistis. Dengan semangat itu pula para penyair memilih menulis dalam bahasa Indonesia, sehingga puisi secara nyata ikut membangun kebudayaan Indonesia. Nasionalisme kepenyairan ini kemudian mengental pada Chairil Anwar, yang dengan spirit kebangsaan berhasil meletakkan tonggak utama tradisi puisi Indonesia modern.
Sebagai rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah menganugerahi bangsa Indonesia dengan kemerdekaan dan kesusastraan, sekaligus untuk mengabadikan kenangan atas puisi yang telah ikut melahirkan bangsa ini, kami mendeklarasikan tanggal lahir Chairil Anwar, 26 Juli, sebagai Hari Puisi Indonesia.
Dengan ditetapkannya Hari Puisi Indonesia, maka kita memiliki hari puisi nasional sebagai sumber inspirasi untuk memajukan kebudayaan Indonesia yang modern, literat, dan terbuka.
0 Comments
Post a Comment