BOGOR (Alumniipb.org ) – Dr. Muhammad Said Didu lahir di Pinrang, Sulawesi Selatan, 2 Mei 1962. Alumni lulusan S1 dari jurusan teknik industri tahun 1985 ini menyelesaikan jenjang sarjana strata 1 hingga strata 3 di Institut Pertanian Bogor (IPB). Said Didu meraih gelar Doktor di Universitas yang sama dengan predikat Summa Cum Laude. Karir beliau di bidang birokrasi, politik, dan organisasi tidak diragukan lagi dengan jabatan saat ini sebagai staf khusus menteri ESDM. Setelah lulus S1 IPB tahun 1985, beliau memulai karirnya di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Karir di birokrasi ditempuh secara berjenjang mulai dari pimpinan proyek umur 26 tahun, pejabat eselon III pada umur 31 tahun, pejabat eselon II pada umur 41 tahun, dan menjadi pejabat eselon I pada umur 43 tahun.
Said Didu dikenal sebagai perancang utama perundangan-undangan yang terkait dengan pembenahan birokrasi di kementerian BUMN dan pernah dipercaya untuk menjadi komisaris utama beberapa BUMN.
Karirnya di bidang politik dan organisasi terbilang cemerlang, Puncak karir politiknya adalah ketika ia terpilih menjadi anggota MPR pada periode 1997-1999. Selain itu beliau memiliki pengalaman memegang pucuk pimpinan organisasi nasional, diantaranya Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Pusat, dan tentunya Himpunan Alumni IPB periode 2008-2013. Kepada alumniipb.org , Said Didu menuturkan bahwa berbagai perjalanan mencapai jenjang karir yang telah ia raih selama ini sangat terbantu dari pengalamannya selama menjadi mahasiswa IPB.
“Selama menjadi mahasiswa IPB, ketatnya persaingan dan tuntutan akademis yang tinggi melatih mahasiswa untuk memiliki daya tarung dan kemampuan individual yang tinggi dan itu melekat menjadi karakter. Ditambah lagi dengan ilmu dasar dan ilmu kemasyarakatan yang kuat membuat alumni IPB mampu unggul di semua bidang pekerjaan, terlebih lagi di pertanian.” Ujar sosok yang yang aktif menulis baik di media massa ataupun media sosial itu.
Semangat bertarungnya bahkan sudah dibuktikan sejak awal karirnya. Sebagai contoh, memiliki mimpi bekerja sebagai insinyur di BPPT, Namun seorang Said Didu harus menerima kenyataan pahit bahwa insinyur pertanian saat itu tidak bisa diterima. Tak patah arang, Birokrat yang juga aktif di dunia maya dan sosial media ini segera menulis surat kepada bapak Habibie selaku Menristek saat itu menunjukan ketidaksetujuannya beserta argumen bahwa masa depan bangsa Indonesia adalah bioteknologi. Beliau kemudian dipanggil dan berhasil diterima menjadi insinyur di BPPT.
Atas penglamana panjang dirinya selama ini, Said Didu menyampaikan pesan khusus kepada para alumni IPB junior, agar setiap alumni IPB harus memiliki minimalnya 5 dasar sebagai modal dalam kehidupan setelah selesai mengecap pendidikan tinggi di Kampus IPB.
“Pertama, harus disadari saudara sebagai alumni IPB adalah orang hebat dan harus menjadi nomor satu dimanapun itu. Tiap alumni harus menanamkan nilai itu dalam dirinya bahkan sebelum selesai kuliah,” katanya. Menurutnya, itulah modal dasar utama yang harus tertanam didiri mahasiswa hingga alumni.
Kedua menurutnya, setiap alumni harus ingat pentingnya persaingan untuk menunjukan kualitas kita. “Jangan merasa ataupun menjadi rendah diri sebagai alumni IPB, karena kita tidak kalah hebat dari alumni perguruan tinggi lainnya,” tegasnya.
Adapun yang Ketiga, jangan pernah menikmati sebuah jabatan apapun itu. “Menikmati jabatan akan membuat kita mencintai jabatan, yang akhirnya dapat menjerumuskan kita melakukan hal macam-macam untuk mempertahankan jabatan itu,” kata Said Didu. Selama ini, meski dirinya sudah mengenyam berbagai jabatan tinggi di pemerintahan tak lantas menjadikan dirinya jumawa (sombong) terhadap orang lain, khususnya rakyat kecil. “Saya seringkali marah, kalau ada orang yang memperlakukan saya secara spesial hanya karena saya pejabat. Padahal, bisa jadi ada orang lain yang membutuhkan pelayanan itu dibanding saya,” jelasnya.
Keempat, Said Didu meminta agar tiap Alumni IPB mampu membangun kompetensi, integritas, sikap struggle, jaringan, dan kecepatan. “Ciri khas alumni IPB adalah disaat yang lain berbicara, kita sudah selesai menulis, dan apabila berbicara perhatikan sistematika,” ujar Said Didu.
Adapaun yang Kelima, Said menegaskan ungkapan bahwa alumni IPB orang yang pintar dan jujur. “Maka orang yang pintar dan jujur harus bisa kaya. Jangan terjebak ungkapan orang yang pintar dan jujur itu biasanya tidak kaya,” katanya menutup wawancara dengan alumniipb.org.
Referensi
(Adhiet Y Utomo)
0 Comments
Post a Comment