Sejarah Fiorentina

Profil


Nama lengkap : Associazione Calcio Firenze Fiorentina SpA
Julukan Viola : (ungu), Gigliati (Lilies)
Didirikan : 1926 (AC Fiorentina)
2002 (ACF Fiorentina)
Stadion Stadio : Artemio Franchi
(Kapasitas: 47,290)
Pemilik : Diego and Andrea Della Valle
Presiden : Mario Cognigni
Pelatih kepala : Vincenzo Montella
Liga : Serie A
Posisi 2012–13 : Serie A, 4th



Awal Pendirian


Associazione Calcio Fiorentina didirikan pada musim gugur 1926 oleh petinggi lokal yang merupakan Partai Fasis Nasional ( National Fascist Party) Luigi Ridolfi, yang mengusulkan merger dua klub Florentine terdahulu, CS Firenze dan PG Libertas. Dengan tujuan untuk membuat klub yang tangguh di kota Firenze dan mampu untuk lebih dominan di kejuaraan sepakbola Italia. Dan juga memberikan perngaruh dalam kebangkitan sepakbola modern Calcio Fiorentino, yang merupakan asal usul sepakbola modern yang dimainkan oleh keluarga Medici.

Setelah bersusah payah di tiga musim pertama di Divisi bawah, Fiorentina promosi ke Serie A pada tahun 1931. Pada tahun yang sama pula diresmikan Stadion baru, yang diberi nama Giovanni Berta, yang diambil dari nama seorang tokoh fasis. Namun sekarang lebih dikenal dengan nama Stadio Artemio Franchi. Pada saat itu, stadion tersebut merupakan stadion terbaik dan dinobatkan sebagai stadion paling monumental. Agar mampu bersaing dengan tim-tim terbaik di Italia, Fiorentina memperkuat tim dengan pemain-pemain baru, yakni penyerang Uruguay Pedro Petrone, yang dijuluki el Artillero.

Meskipun berhasil menempati posisi empat pada musim tersebut, namun Fiorentina harus terdegradasi pada musim berikutnya. Namun kembali promosi ke Serie A dengan cepat. Pada Tahun 1940 Fiorentina meraih gelar Coppa Italia mereka yang pertama. Namun mereka tidak dapat membangun kesuksesan selama tahun 1940-an, karena Perang Dunia II dan masalah lainnya.

Scudetto pertama dan era 1950-60an


Fiorentina meraih Scudetto pertama pada tahun 1950. Saat itu Fiorentina mulai konsisten menempati lima besar di liga domestik. Pada saat itu tim terdiri dari Giuliani Sarti, Sergio Cervato, Francesco Rosella, Guido Gratton, Giuseppe Chiappella dan Aldo Scaramucci. Disamping pemain
tersebut terdapat pula duet penyerang Brasil, Julinho dan penyerang asal Argentina, Miguel Montuori. Tim ini berhasil meraih Scudetto pertama bagi Fiorentina pada tahun 1955-56 dengan selisih 12 poin dari posisi kedua AC Milan.

Fiorentina menjadi tim Italia pertama yang berlaga di Final Piala Champions dan kalah 0 - 2 dari Real Madrid melalui tendangan penalti Alfredo Di Stefano. Fiorentina kembali menempati posisi runner-up tiga musim berikutnya.

Pada musim 1960-61 Fiorentina kembali meraih Coppa Italia dan juga sukses di Eropa dengan memenangi Piala Winners melawan Rangers. Setelah beberapa tahun menempati posisi runner-up. prestasi Fiorentina menurun pada tahun 1960-an, terlempar ke posisi 4 dan 6. Namun kembali menjuarai Coppa Italia dan Piala Mitropa pada tahun 1966.

Scudetto Kedua dan Era 1970-an
Selama di era 1960-an Fiorentina meraih beberapa trofi dan menempati posisi yang memuaskan di Serie A. Tidak ada yang percaya mereka dapat meraih itu.

Pada musim 1968-69 dimulai dengan AC Milan sebagai kandidat juara. Namun pada pertandingan ketujuh mereka kalah oleh Bologna dan diambil alih Cagliari. Setelah awal musim yang kurang memuaskan, Fiorentina kembali menempati posisi puncak Serie A. Namun di akhir paruh
musim pertama mereka ditahan seri oleh Varese, dan terpaksa merelakan posisi puncak pada Cagliari.

Pada paruh kedua musim itu, terdapat tiga tim yang memperebutkan gelar yaitu AC Milan, Fiorentina dan Cagliari. AC Milan akhirnya menyerah dan mengalihkan fokus ke Piala Champions dan kelihatannya Cagliari-lah yang akan menjadi juara.

Namun ternyata Cagliari dikalahkan oleh Juventus dan Fiorentina berhasil meraih puncak klasemen. Fiorentina memenangi semua sisa pertandingan, mengalahkan rival mereka Juventus, dan mereka berhasil meraih gelar seri A yang kedua.

Pada tahun yang sama di Piala Champions, Fiorentina memetik hasil yang bagus, termasuk menang melawan FC Dynamo Kiev. Namun akhirnya kalah di perempat final setelah kalah tandang melawan Celtic.

Era Flavio Pontello


Pada tahun 1980, Fiorentina dibeli
oleh Flavio Pontello, seorang kontraktor rumah mewah. Pontello langsung mengganti logo dan hymne Fiorentina, yang menyebabkan protes dari fans. Namun Pontello juga mulai merekrut pemain-pemain berkualitas seperti Francesco Graziani dan Eraldo Peci dari Torino, Daniel Bertoni dari Sevilla, Danielle Massaro dari Monza dan pemain muda Sampdoria, Piettro Vierchowod.

Pada tahun 1982, di masa Giancaro Antognoni, Fiorentina terlibat duel menarik dengan Juventus. Fiorentina gagal meraih gelar Serie A di akhir musim karena cidera parah yang dialami Antognoni dan gol ke gawang Cagliari dianulir, sehingga Juventus juara melalui tendangan penalti. Sejak itu, perseteruan antara kedua klub tak terelakkan. Tahun-tahun berikutnya prestasi Fiorentina kembali pasang surut, terkadang di puncak klasemen namun kadang hampir terdegradasi.

Fiorentina juga membeli dua pemain bintang, El Puntero Ramon Diaz dan yang paling menarik Roberto Bagio. Pada tahun 1990, Fiorentina harus berjuang menghindari jurang degradasi. Namun berhasil mencapai final Piala UEFA melawan Juventus. Tim asal Turin berhasil meraih trofi. namun Tifosi Fiorentina kembali memiliki alasan untuk protes, karena pertandingan leg kedua dimainkan di Avellino ( Kandang Fiorentina di skors ), sebagian besar penduduk kota tersebut adalah fans Juventus dan sang calon bintang Roberto Baggio dijual ke Juventus di hari Final.

Pontello mengalami krisis ekonomi dan mulai menjual beberapa pemain. Ini menyebabkan protes dan kekacauan di jalanan kota Firenze. Fiorentina lalu dibeli oleh produser film Mario Cecchi Gori.

Era Mario Cecchi Gori


Di awal musim dibawah kepemilikan Mario Cecchi Gori, Posisi Fiorentina mulai stabil. Dan sang presiden klub mulai merekrut pemain bagus seperti Brian Laudrup, Stefan Effenberg, Francesco Baiano dan Gabriel Batistuta, yang menjadi legenda Fiorentina pada tahun 1990-an.

Pada tahun 1993, Mario Cecchi Gori meninggal dan posisinya digantikan oleh anaknya, Vittorio. Meskipun mengawali musim dengan baik, Cecchi Gori memecat pelatih Forentina saat itu, Luigi Radice, setelah kalah melawan Atalanta dan menggantinya dengan Aldo Agroppi. Hasilnya justru semakin mengerikan, Fiorentina terdampar di dasar klasemen dan terdegradasi di akhir musim.

Claudio Ranieri dipanggil melatih Fiorentina pada musim 1993-94, dan di musim itu, Fiorentina mendominasi Serie B. Setelah kembali promosi ke Serie A, Ranieri membangun tim yang berpusat pada sang top skorer Batistuta. Merekrut gelandang muda berbakat Rui Manuel Costa dari Benfica dan defender dari Brasil, Marcio Santos. Pemain pertama menjadi idola fans. Fiorentina mengakhiri musim itu di posisi 10. Musim berikutnya, Vittorio Cecchi Gori ( VCG ) membeli pemain penting lainnya seperti Stefan Scwarz. Dan kembali membuktikan ketangguhannya di kompetisi Italia dengan menjuarai Coppa Italia setelah mengalahkan Atalanta dan menempati posisi ke-3 di Serie A. Di musim panas, Fiorentina menjadi klub pertama yang menang di kejuaraan non nasional, Super Coppa Italiana dengan melawan Milan dan menang 2-1 di San Siro.

Di Musim 1995-96 prestasi Fiorentina mengecewakan di Liga. Namun mereka berhasil mencapai perempat final di Piala Winners dengan mengalahkan Gloria Bistrita, Sparta Prague dan Benfica. Mereka kalah di SemiFinal oleh Barcelona ( tandang 1-1, kandang 0-2 ) yang kemudian menjadi jawara kompetisi tersebut. Pemain utama musim ini adalah Luis Oliveira dan Andrei Kanchelskies yang sering menderita cidera.

Di Akhir musim, Ranieri meninggalkan Fiorentina dan pindah ke Valencia. Posisinya kemudian diisi oleh Alberto Malesani. Fiorentina bermain bagus namun tidak konsisten saat melawan tim kecil. Meskipun begitu mereka berhasil lolos ke Piala UEFA. Malesani meninggalkan Fiorentina setelah melatih selama semusim dan digantikan oleh Giovanni Trapattoni.

Dibawah kepelatihan Trapattoni, Fiorentina menguasai paruh musim 1998-99 namun akhirnya berada di posisi ketiga di akhir musim. Mereka pun lolos ke Liga Champions. Musim berikutnya Fiorentina kembali menjalani musim yang mengecewakan di Serie A. La Viola memainkan beberapa pertandingan bersejarah di Liga Champions dengan mengalahkan Arsenal 1-0 di Wembley Lama dan mengalahkan Manchester United di Artemio Franchi. Mereka akhirnya tersingkir di penyisihan grup kedua. Di akhir musim Trapattoni meninggalkan klub yang kemudian digantikan oleh pelatih asal Turki, Fatih Terim.

Yang paling mengejutkan adalah penjualan Batistuta ke AS Roma yang kemudian menjuarai Serie A musim itu. Fiorentina bermain cukup bagus musim 2000-01 dan berakhir di papan tengah dan pelatih Fiorentina kembali berganti. Fatih Terim digantikan oleh Roberto Mancini.

Mereka juga memenangi Coppa Italia untuk yang keenam kalinya dan trofi mereka yang terakhir. Perubahan terbesar terjadi pada tahun 2001, masalah keuangan yang melanda mulai terungkap. Mereka tak mampu membayar gaji pemain dan hutang-hutang klub yang mencapai $50juta. Pemilik klub, Vittorio Cecchi Gori tidak mampu mengumpulkan uang lagi dan tak mampu lagi mempertahankan klub.

Fiorentina terdegradasi pada akhir musim 2001-02 dan masuk kontrol hukum administrasi pada Juni 2002. Di dalam kebangkrutan ( perusahaan olahraga di Italia tidak bisa bangkrut begitu saja, tapi harus menjalani beberapa prosedur ) yang berarti klub ditolak di Serie B untuk musim 2002-03 dan Fiorentina dianggap tidak ada.

Era Della Valle


Fiorentina kembali berdiri pada Agustus 2002 dengan nama Associazione Calcio Fiorentina e Florentia Viola dengan Diego Della Valle sebagai pemilik baru dan mulai terdaftar di Liga Serie C2, yang merupakan Divisi Empat dari Liga Italia. Satu-satunya pemain yang masih bertahan di klub sampai proses reinkarnasinya adalah Angelo Di Livio yang berkomitmen untuk tetap berada di klub demi Fans. Bersama Di Livio dan Top Skorer Christian Rigano. Florentia Viola berhasil menjuarai Serie C2 dengan mudah. Florentia Viola yang seharusnya promosi ke Serie C1 justru langsung loncat ke Serie B, karena kasus Catania CaSo yang menyebabkan pemekaran jumlah tim di Serie B dari 20 tim menjadi 24 tim. demi menyelamatkan Catania dari jurang degradasi Serie B. Federasi Sepakbola Italia mempromosikan

Florentia Viola ke Serie B pada tahun 2003. Klub pun membeli kembali hak untuk menggunakan nama Fiorentina beserta desain kostumnya, dan menggunakan nama ACF Fiorentina. Promosi ganda yang dialami Florentia Viola menyebabkan protes di beberapa pihak. Tapi bagaimanapun juga Fiorentina tetap berada di Serie B dan berhasil menempati posisi 6 di akhir musim 2003-04. Fiorentina menghadapi Perugia ( Perugia menempati posisi ke-15 di Serie A saat itu ) di laga Playoff untuk bisa promosi ke Serie A di musim berikutnya. Fiorentina berhasil memenangi laga tersebut dengan agregrat skor 2-1, dimana kedua gol dicetak oleh Enrico Fantini.

Mereka harus berjuang menghindari jurang degradasi pada musim pertama di Serie A dan hanya mampu menghindari laga playoff di akhir musim melawan Bologna dan Parma. Pada tahun 2005, Della Valle menunjuk Pantaleo Corvino sebagai direktur olahraga yang baru di Fiorentina. Pada musim 2005-06, Fiorentina mendatangkan Cesare Prandelli sebagai pelatih dan merekrut beberapa pemain baru seperti top skorer Palermo, Luca Toni dan Sebastian Frey. Kombinasi kapten Dario Dainelli dan bek asal Rep. Ceko, Tomas Ujfalusi di bagian pertahanan. Cristian Brocchi sebagai gelandang bertahan. Martin Jorgensen di posisi sayap, Stefano Fiore sebagai playmaker dan Luca Toni sebagai Striker Utama, dengan Sebastian Frey di bawah mistar gawang. Fiorentina berhasil membuktikan diri di Serie A dengan menempati posisi ke-4 dengan 74 poin dan meraih tiket kualifikasi Piala Champions. Luca Toni berhasil mencetak 31 gol dari 38 penampilan, menjadi pemain pertama yang berhasil mencetak 30 gol di Serie A sejak Antonio Valentin Angelillo di musim 1958-59. Dan Toni pun mendapat sepatu emas Eropa.

Pada 14 Juli 2006, Fiorentina terancam kembali terdegradasi ke Serie B karena terlibat dalam skandal pengaturan skor pertandingan Serie A dan mendapat pengurangan 12 point. Fiorentina berhasil bertahan di Serie A melalui banding, namun dengan pengurangan 19 poin di musim 2006-07. Tiket menuju Liga Champions juga dibatalkan. Pengurangan poin Fiorentina akhirnya berkurang menjadi 15 poin setelah kembali melakukan banding di Pengadilan Italia.

Meskipun mengawali musim 2006-07 dengan minus 15 poin, Fiorentina tetap berhasil mengamankan tiket menuju Piala UEFA 2007-08. Duet penyerang, Adrian Mutu dan Alberto Gilardino terbukti sebagai duet penyerang tersubur di Serie A, dengan menghasilkan 31 gol. Di saat banyak yang meragukan potensi La Viola di musim 2007-08 karena kepergian Toni, Fiorentina justru mengejutkan di awal musim dan Marcello Lippi berkomentar kalau Fiorentina adalah penantang scudetto yang paling mengejutkan. Fiorentina mengakhiri musim di papan tengah klasemen. Fiorentina mencapai semifinal Piala UEFA, setelah kalah secara dramatis dari Rangers melalui adu penalti.

Fiorentina mengakhiri musim di posisi ke-4 setelah mengalahkan Torino dengan skor 1-0, berhasil menggeser Milan dan memperoleh tiket menuju kualifikasi Liga Champions. Perjuangan di Liga Champuons berakhir di babak penyisihan grup dengan menempati posisi ke-3 klasemen dan berhak untuk melanjutkan ke Piala UEFA.

Fiorentina kembali melanjutkan suksesnya di musim 2008-09 dengan menempati posisi ke-4 di Serie A dan mendapatkan tiket menuju kualifikasi Piala Champions 2010. La Viola turut serta di Liga Champions 2008-09, berhasil mencapai fase grup setelah mengalahkan Slavia Prague di kualifikasi babak ketiga. namun gagal di babak knockuout setelah dikalahkan oleh Ajax.

Bertolak belakang dengan nasib di Liga Champions,Fiorentina berada di papan atas klasemen Serie A. Titik balik terjadi di musim 2009-10, mereka sukses membuktikan diri sebagai kambing hitam di kancah Eropa dan mengekor pemuncak klasemen Serie A. Inter, Juventus dan Sampdoria di awal musim. namun mereka terlempar dari jalur juara di paruh kedua musim. Di Eropa mereka berhasil melewati Sporting Clube de Portugal di babak kualifikasi dan satu grup dengan Olympique Lyon, Liverpool dan Debrecen. Kalah melawan Lyon di laga pertama. Fiorentina berhasil comeback di pertandingan berikutnya, termasuk

mengalahkan Liverpool di laga kandang dan tandang. La Viola lolos ke babak berikutnya dan kalah gol tandang oleh Bayern Munich serta kepemimpinan wasit yang buruk di laga tersebut. Tom Henning Øvrebø, yang memimpin leg pertama mendapat banyak kritik dari tokoh dan media Italia, karena keputusannya mengesahkan gol offside Miroslav Klose ( yang menyebabkan Bayern lolos ke babak berikutnya ).

Fiorentina tetap konsisten di ajang Coppa Italia, berhasil mencapai semifinal sebelum dikalahkan oleh Inter. Di kompetisi domestik, Fiorentina harus merelakan tiket menuju ajang Eropa. Di periode ini, Andrea Della Valle mengundurkan diri dari posisi Presiden Klub pada 24 September 2009. Tugas untuk sementara di alihkan ke Wakil Presiden klub, Mario Cognini. Pada Juni 2010, Cesare Prandelli meninggalkan Fiorentina untuk melatih TimNas Italia ( Prandelli menjadi pelatih yang paling lama melatih di Fiorentina ). Posisi Prandelli digantikan oleh mantan pelatih Catania, Sinisa Mihajlovic. Dibawah kepelatihan-nya, Fiorentina berakhir di peringkat ke-9.

Di musim 2010-11 Fiorentina semakin terseok-seok di liga, seiring dengan kepergian pemain-pemain kuncinya seperti Alberto Gilardino, Adrian Mutu, Sebastian Frey, Dario Daneilli, Jorge Martinez dan Martin Jorgensen. Dan di pertengahan musim 2011-12 Mihajlovic dipecat dan posisinya digantikan oleh Dellio Rossi. Pergantian pelatih masih belum membuahkan hasil. Dan justru pada pertandingan terakhir Delio Rossi terlibat perseteruan dengan pemainnya sendiri, Adem Ljajic di laga melawan Novara, dimana Fiorentina tertinggal 0-2. Di akhir laga yang berakhir dengan skor 2-2, Fiorentia mengumumkan pemecatan Delio Rossi ( Delio Rossi dihukum larangan bertanding 3 laga oleh FIGC ). Pada tanggal 11 Juni 2012, Fiorentina mengumumkan Vincenzo Montella sebagai pelatih hingga kini musim 2014-2015


Referensi


https://blogpunyaagus.blogspot.com/2014/10/sejarah-fiorentina.html

0 Comments

Post a Comment