berdakwah hanya berbekal kecintaan kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Nuangan adalah sebuah kota kecamatan di Kabu-paten Bolaang Mangon-douw Timur (Boltim), Provinsi Sulawesi Utara. Untuk menuju Nuangan, diperlukan enam jam perjalanan darat dari kota Manado. Sebagian besar penduduknya beragama Islam.
Pada tahun 2000, Habib Abubakar bin Abdullah B.S.A. mendirikan Majelis Ta’lim dan Dzikir Ittihadul Ummah, yang memberikan pelajaran agama kepada penduduk Nuangan yang masih awam dalam soal agama. Majelis ini berkembang pesat, setiap ta’lim dan dzikir dihadiri empat ribuan jama’ah.
Pada tahun 2006 Habib Abubakar dipanggil oleh Yang Maha Kuasa, sehingga terjadi kevakuman kegiatan di majelis itu. Alhamdulillah, pada tahun 2010, Habib Umar bin Ali bin Abdul Qadir Assegaf datang ke Nuangan dari Pontianak. Habib Umar memutuskan untuk terjun membina kembali Majelis Ittihadul Ummah, yang mengalami kekosongan aktivitas selama kurang lebih empat tahun.
Habib muda yang energik ini sebenarnya asli Manado, ia dibesarkan di kampung Arab, kota Manado, dan menuntut ilmu di Pesantren Al-Khairat, Manado. Setelah selesai, ia berkeliling ke berbagai tempat untuk menambah ilmu dan wawasan. Di Surabaya ia sempat berguru kepada Habib Alwi bin Idrus Baagil. Setelah itu ia hijrah ke Pontianak dan berdakwah di sana cukup lama.
Habib Umar mempersatukan majelis yang ada di Nuangan dan menghidupkan majelis dzikir dan shalawat setiap malam. Tiap malam dari rumah ke rumah ia menghidupkan dzikir Asmaul Husna, pembacaan Maulid dan shalawat.
“Kebanyakan umat Islam kurang dalam pengetahuan agama mereka, jadi harus ada yang memberi pengajaran. Sentuhan ilmu dan dzikir itu amat penting bagi mereka,” tuturnya dengan mantap.
Ia merasakan dan mengalami sendiri bahwa jalan dakwah bukanlah jalan mulus penuh kemudahan, melainkan jalan mendaki yang terjal dan penuh kesulitan, apalagi di wilayah-wilayah pelosok seperti di Nuangan. “Kadang tantangan internal jauh lebih kompleks dibandingkan tantangan dari luar,” ujarnya.
Namun menurutnya apa yang dialami dan dihadapi oleh pendakwah zaman sekarang tidaklah sesulit pendakwah zaman dahulu, yang kadang harus bersabung nyawa untuk menegakkan kalimah Allah di muka bumi ini. “Kalau niat kita baik, insya Allah akan selalu diberi kemudahan oleh Allah SWT. Dia yang memberi hidayah, Dia yang memberi keberkahan, dan Dia yang memberi makhraja atau solusi dalam suatu masalah,” katanya.
Ia berdakwah hanya berbekal kecintaan kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Ia merasa bersyukur kalau apa yang disampaikannya bermanfaat dan bisa mengubah sesuatu yang gelap menjadi terang. “Dakwah yang sejati itu adalah yang berasal dari Rasulullah SAW. Apa yang Rasulullah SAW lakukan kita sampaikan, lalu diikuti dengan shalawat dan berdzikir. Begitulah terus dilakukan secara istiqamah dari rumah ke rumah tiap malam, dan semua penduduk merasakan manfaatnya. Insya Allah keberkahan didapat,” ujarnya.
Habib Umar mengaku, ia bukan ahli dalam mengupas kitab-kitab, sehingga kalau ada ta’lim untuk urusan membahas kitab ia serahkan kepada ahlinya, sedangkan bagiannya adalah membimbing dzikir Asmaul Husna dan membaca shalawat. Di luar Nuangan, ia sering dipanggil menjadi khatib Jum’at.
Berbicara tentang kerukunan umat yang berlainan agama, apalagi di Sulawesi Utara, yang mayoritas nonmuslim, Habib Umar mengatakan bahwa hal itu tidak menjadi masalah. “Kita berdakwah kepada umat kita, mereka pun berdakwah kepada umat mereka...,” katanya.
“Tujuan kita berdakwah adalah ikhlas karena Allah SWT, mengharapkan umat Islam nantinya wafat dalam keadaan Islam. Yang dulunya tidak kenal Rasulullah SAW kita kenalkan, yang dulunya belum berakhlaq baik kita bimbing menjadi baik, sehingga mereka bisa mengenal agama dengan utuh dan tidak mudah diombang-ambingkan.”
Habib Umar mengingatkan, mereka yang memecah belah umat Islam bukanlah Islam. Diingatkan kepada mereka yang mencaci maki para sahabat, “Kami tetap istiqamah di jalur Ahlusunnah wal Jama’ah. Itulah yang diwariskan oleh abah kami, enjit kami, terus sampai ke Rasulullah SAW,” katanya.
Habib Umar berdoa agar suatu saat majelisnya dikunjungi Habib Umar Bin Hafidz. “Mudah-mudahan doa saya dikabulkan oleh Allah SWT.
0 Comments
Post a Comment