Borussia Dortmund adalah salah satu klub dari Jerman,yang berdiri pada tanggal 19 Desember 1909 dengan nama lengkap Ballspiel-Verein Borussia 1909 e. V. Dortmund. Klub ini berasal dari nama Preusen (Prussia) nama kerajaan bangsa Jerman. Dikarenakan kata “kerajaan” bersifat feminim secara tata bahasa, maka Prussia menjadi Borussia,dan nama ini sesungguhnya diambil dari tempat pembuatan bir di wilayah setempat,dan diyakini menjadi simbol pemberontakan lebih jauh dari tim terdahulu.
Tim yang berbasis di kota Dortmund ini pertama kali dibentuk atas asar ketidaksenangan sekelompok anak muda dengan mantan klub mereka, Trinity Youth, yang dikelola seorang pendeta lokal yang otoriter. Para pendiri klub adalah Franz dan Paul Braun, Henry Cleve, Hans Debest, Paul Dziendzielle, Julius dan Wilhelm Jacobi, Hans Kahn, Gustav Muller, Franz Risse, Fritz Schulte, Hans Siebold, August Tönnesmann, Heinrich dan Robert Unger, Fritz Weber, serta Franz Wendt.
Kabarnya si pendeta sempat berusaha mencegah pembentukan klub baru ini, yang dilakukan lewat sebuah pertemuan di pub, namun upayanya gagal setelah dihalangi di pintu masuk. Pada awal pembentukan, tim bermain menggunakan seragam bersetrip vertikal biru-putih dengan garis diagonal merah. Mereka kemudian beralih ke setrip hitam-kuning pada tahun 1913, dan kombinasi warna tersebut menjadi kebanggaan Dortmund hingga sekarang.
Pada akhir tahun 1950-an menandai masa kejayaan pertama Die Schwarzgelben, dengan memenangi dua trofi juara liga -- Oberliga West -- secara beruntun pada tahun 1956 dan 1957. Dortmund tercatat sebagai satu dari 16 kontestan yang mengikuti musim perdana penyelenggaraan Bundesliga musim (1963/1964), namun mereka baru dapat mencicipi gelar juara pada pertengahan 1990-an.
Terlepas dari puasa gelar liga hingga lebih dari tiga dekade, Dortmund tetap berprestasi dengan memenangi DFB-Pokal musim 1964/1965, sebelum merebut trofi Piala Winners semusim berselang. Sukses menundukkan Liverpool 2-1 lewat perpanjangan waktu pada final di Hampden Park menjadikan BVB klub Jerman pertama yang meraih titel internasional.
Sempat "tertidur", Dortmund bangkit kembali seiring kedatangan Ottmar Hiztfeld pada 1991. Pelatih legendaris Jerman satu ini sangat berjasa membangun periode keemasan klub dengan mempersembahkan dua gelar Bundesliga, dua DFB-Supercup, dan yang terpenting: mahkota Liga Champions pada tahun 1997.
Terkecuali kepemimpinan Matthias Sammer yang awet selama empat tahun (2000-2004) dan sempat menghasilkan satu titel Deutscher Meister, Die Borussen limbung sepeninggal HItzfeld dan kerap menggonta-ganti pelatih. Bahkan pengelolaan finansial yang buruk membuat Dortmund sempat dua kali berada di ambang kebangkrutan pasca pergantian milenium. Klub rival, Bayern Munich, turut mengulurkan tangan di masa krisis dengan memberikan pinjaman €2 juta pada 2003 untuk membantu pembayaran gaji Dortmund.
Orang Jerman begitu menghormati Dortmund - tentu saja fans Schalke 04 belum tentu demikian, maklum, mereka adalah revierderby alias rival sewilayah. Derby mereka selalu panas. Tetapi secara umum, Dortmund adalah tolok ukur kesuksesan klub Jerman. Kesuksesan yang bukan hanya diukur dari deretan trofi di hall of fame mereka.
Tahun 2003, Dortmund hampir masuk dalam administrasi. Sebuah tahap mengerikan bagi klub yang sudah dinyatakan "menuju pailit" oleh pengadilan. Publik Jerman, mungkin juga sebagian Eropa, terhenyak. Dortmund, klub pertama dan satu-satunya di Jerman yang sudah go public, terancam gulung tikar.
Westfalenstadion, sebelum ganti nama menjadi Signal Iduna Park adalah stadion terbesar di Jerman dengan kapasitas 80.700 penonton, stadion tersebut terpaksa dilego ke kelompok real estate. Dana yang bisa dijaring dari bursa efek juga menciut drastis. Tahun 2005, situasinya makin buruk. Untuk membayar gaji personil yang sangat besar, mereka harus berutang ke lembaga finance Stanley Morgan.
Pendeknya, menurut analis keuangan Eropa, Dortmund mengalami kegagalan manajemen dan ngawur dalam transfer pemain. Kisahnya mirip dengan Leeds United.Suporter Dortmund kemudian menggelar unjuk rasa besar-besaran. Mereka menuntut klub tidak dijual ke investor baru. Dan itu berhasil. Tetapi syarat dari pemilik saham adalah harga mati: manajemen klub harus dirombak total. Presiden klub diganti oleh seorang lawyer, Reinhard Rauball. CEO dipegang Hans-Joachim Watzke. Dua figur inilah yang sepakat merestrukturisasi keuangan Dortmund.
Titik balik situasi sesungguhnya terjadi setelah Dortmund membuat kampanye "Wir sind die Dortmunder" (Kita adalah Dortmund). Kampanye ini mendapat dukungan dari seluruh komponen kota Dortmund: warga, pebisnis, pemda. Mereka bersatu menyelamatkan klub dari kebangkrutan. Tahun 2008, laporan keuangan tahunan Dortmund dinyatakan "prospektif" dan "sembuh" dari kebangkrutan.
Mulai 2008, kepercayaan diri Dortmund kembali. Lihat bagaimana mereka berani menolak Beate Uhse, jaringan toko seks, yang berniat menjadi sponsor. Padahal saat itu, Dortmund butuh biaya. Lalu, dengan uang pinjaman Stanley Morgan yang tenornya 15 tahun itu, Dortmund membeli kembali (buy back) Westfalenstadion dari konsorsium real estate dan mengikat kontrak dengan Signal Iduna untuk sponsor nama stadion bernilai 4 juta euro per tahun sampai 2016.
Keahlian duet Rauball dan Watzke dalam kebijakan finansial memang jempolan. Mereka memaksa sponsor agar mau mengikat kontrak jangka panjang. Contohnya, mitra komersial Sportfive yang diikat selama 20 tahun.Menurut konsultan sport Stage Up, income tim-tim Jerman dari sponsor kostum lebih tinggi dari klub-klub di Liga Primer Inggris.
Kini, Dortmund punya barisan sponsor Signal Iduna, Evonik, Kappa, Feinkost, AWD, Coca Cola, Raderberger dan Sparda Bank. Nilai total per tahun mencapai 60 juta euro! Angka terbesar yang pernah diraih Dortmund sepanjang sejarah.
Setelah keuangan stabil, mereka mulai membenahi skuad. Pelatih bertangan dingin Juergen Klopp direkrut dari Mainz pada 2008. Asal tahu saja, Klopp saat itu dikejar oleh sedikitnya 6 klub Jerman karena berhasil mengantar Mainz promosi dengan catatan statistik: terbaik dalam hal kesuksesan tekel dan penguasaan bola!
Klopp dijelaskan tentang visi Dortmund. Dia setuju dan mendapat mandat penuh dalam transfer pemain. Barisan pemain lama bergaji besar dibuang. Mulai dari penyerang Alex Frei sampai playmaker Tomas Rosicky. Gantinya, kebijakan beli murah dimulai. Lihat saja bagaimana Dortmund percaya diri membeli pemain usia 21 tahun Shinji Kagawa dari J-League dengan harga 350 ribu euro. Pemain Jepang ini pun akhirnya menjadi favorit suporter Dortmund lantaran sukses mencetak 2 gol ke gawang rival, Schalke!
Bukan cuma Kagawa yang masih belia. Ada Nuri Sahin, Kevin Grosskreutz, Mats Hummels, Mario Goetze, Steve Bender, Marcel Schmelzer, Neven Subotic dan Robert Lewandowski. Mereka, yang usianya di bawah 25 tahun itu, dicampur dengan pemain berpengalaman seperti kapten Sebastian Kehl, Roman Weidenfeller dan Patrick Owomoyela -- pemain yang sudah tampil dalam 600 pertandingan di divisi atas Jerman.
Di bawah tangan dingin Klopp,Dortmund dibawanya meraih kesuksesan,dengan raihan dua gelar Bundesliga pada musim 2010-2011 dan musim 2011-2012.Dengan mematahkan dominasi Bayern Muenchen yang selalu merajai Bundesliga.Bukan cuma sampai disitu saja,Klopp pun berhasil membawa Dortmund ke final Liga Champions,walaupun hanya menjadi runner up pada waktu itu. Namun semenjak Klopp pergi,Dortmund belum pernah mencicip lagi gelar juara, walaupun mereka masih tetap menjadi salah satu kekuatan yang diperhitungkan di Bundesliga maupun di pentas Eropa. Sekarang Borussia Dortmund berada di bawah asuhan Tomas Tuchel, seorang pelatih yang cukup bagus.
Dortmund bukan hanya membenahi manajemen keuangan dan skuad, tetapi juga akademi. Mereka maklum bahwa stabilitas prestasi tidak bisa hanya dibebankan pada pembelian pemain. Mereka juga harus bisa memproduksi pemain sendiri. Saat ini, Akademi Sepakbola BVB fokus membina pemain di rentang usia 19 tahun sampai 23 tahun.
Referensi
http://sportronz.blogspot.com/2016/10/sejarah-borussia-dortmund.html
0 Comments
Post a Comment