Sejarah Fulham


                                  

Fulham merupakan tim profesional tertua di Kota London. Fulham didirikan pada 1879 oleh jemaat Gereja Inggris di West Kensingtondengan nama Fulham St Andrew’s Church Sunday School. Hingga dikala ini gereja tersebut masih ada dengan sebuah plakat di pintu masuk untuk mengenang pendirian tim tersebut. Nama klub lalu dipersingkat semenjak tahun 1888 dengan nama Fulham. Fulham mulai bermain di Craven Cottagesejak tahun 1896 dan mulai menanggalkan seragam amatirnya pada tahun 1907 ketika sukses meraih tiket berlaga di Football Leaguedengan meraih gelar sebagai juara Liga Selatan untuk kali kedua.

Kemenangan pertama Fulham di kompetisi tertinggi sepak bola Inggris diukir di sangkar Derby County, Baseball Ground, dengan skor 1-0 pada tanggal 7 September 1907. Pada masa ini, klub sempat dipimpin Henry Norris, yang juga tercatat sebagai penyandang dana tak pribadi Chelsea. The Cottagers bermain dengan baju putih dan celana hitam yang diketahui telah dipakai semenjak tahun 1903.

Selama bertahun-tahun, Fulham lebih dikenal sebagai tim divisi bawah sepak bola Inggris. Saat tim ditangani oleh manajer Alec Stock, Fulham tampil mengejutkan dengan lolos ke final Piala FA tahun 1975. Di final, mereka dikalahkan oleh West Ham United

Pada masa Liga Primer prestasi klub mengalami pasang surut. Mereka sempat terdegradasi sampai divisi tiga pada 1994 dan dua tahun lalu berada pada urutan 17 dari 24 tim. Setelah ditunjuknya Mickey Adams sebagai manajer, The Cottagers sanggup promosi kembali dan selanjutnya sehabis ditangani oleh Kevin Keegan dan Jean Tigana membawa Fulham menanjak dengan cepat ke posisi lever teratas.

Pada tahun 1997 klub dibeli oleh pengusaha asal Mesir Mohamed Al Fayed. Kedatangan Al-Fayed membawa perubahan ke Craven Cottage. Milyarder asal Mesir ini merombak skuat dan melaksanakan revolusi yang mengubah wajah klub menyerupai dikala kini ini.

Al-Fayed mengangkat duet Ray Wilkins, sebagai manajer tim, dan Kevin Keegan, sebagai Chief Operating Officer, dengan sasaran menembus Liga Primer dalam waktu lima tahun. Saat itu, Fulham masih berkutat di Divisi Dua. Setelah terjadi perbedaan pendapat ihwal pemilihan pemain, Wilkins karenanya mundur dan Keegan memegang penuh kendali tim. Fulham sukses menjuarai Football League Championship pada demam isu 2000-01 dan berhak promosi untuk bermain di Liga Primer. Setelah promosi, Fulham tak pernah terdegradasi sampai demam isu ini.

Meskipun belum pernah menjuarai Liga Inggris, tahun 2010 Fulham nyaris menjadi Juara Liga Eropa UEFA namun dikalahkan oleh Atletico Madrid di babak pemanis waktu. Hingga dikala ini final di Hamburg tersebut merupakan raihan terbaik Fulham di kompetisi Eropa.

STADION UTAMA FULHAM FC


Craven Cottage ialah stadion sepak bola yang terletak di Fulham, London. Stadion ini telah menjadi rumah Fulham FC semenjak tahun 1896. Kapasitas arus dikala ini ialah 25.700, penuh, meskipun kehadiran catatan tersebut ialah 49.335, untuk pertandingan melawan Millwall, 8 Oktober 1938.

Terletak di samping Bishop's Park di tepi sungai Thames, 'Craven Cottage' pada awalnya ialah sebuah pondok berburu kerajaan dan mempunyai sejarah lebih dari 300 tahun.

Revolusi Al Fayed



Dari 1968 sampai 2001 Fulham benar-benar tidak pernah merasakan lagi divisi satu liga. Namun pada tahun 1997 seorang miliuner berdarah Mesir, Mohamed Al-Fayed, datang membeli Fulham, ketika itu Fulham masih berada di divisi 3. Manager Micky Adams kemudian dipecatnya dan mengangkat Ray Wilkins menjadi penggantinya. Kevin Keegan juga ditarik menjadi Direktur Operasional klub. Al Fayed langsung mencanangkan target 5 tahun masuk divisi premier. Setelah adanya perselisihan paham soal pemilihan tim utama, Ray Wilkins mundur pada Mei 1998 dan Al Fayed memberikan posisi manager sepenuhnya kepada Kevin Keegan. Keegan mulai menangani klub saat berada divisi 3 dan menorehkan rekor yang cukup mencengangkan, mereka meraup 101 poin dari kemungkinan 138 poin. Tidak beberapa lama Keegan diangkat menjadi manager tim nasional Inggris, Paul Bracewell didatangkan untuk menggantikannya.

Tetapi Bracewell tidak bertahan lama, ia dipecat pada tahun 2000, dimana Fulham sudah berada di divisi championship (satu divisi dibawah Liga Premier). Al Fayed kemudian mengontak bekas pemain legendaris Perancis, Jean Tigana, untuk melatih Fulham. Tigana datang dan membawa serta beberapa pemain muda yang bertalenta, salah satunya adalah Louis Saha. Saha mencetak 90 gol dari 46 kali penampilannya saat itu dan membawa Fulham promosi ke Liga Premier untuk pertama kalinya sejak tahun 1968.

Target 5 tahun masuk Liga Premier pun dicapai lebih cepat dengan hanya 4 tahun saja. Pada tahun itu pula kapten tim, Chris Coleman, mengalami kecelakaan lalu lintas dan terpaksa harus gantung sepatu.

Debut Dan Bertahan Di Premiership

Pada awal musim 2001, media Inggris secara mengejutkan menempatkan Fulham sebagai calon klub yang bisa menghuni papan tengah liga. Bahkan ada yang menempatkan mereka sebagai calon juara liga. Namun di luar pengharapan yang terlalu tinggi itu, pada akhirnya Fulham menempati urutan ke 13 Premiership, tetapi sesungguhnya itu sudah termasuk pencapaian yang bagus bagi sebuah tim promosi.

Musim berikutnya Fulham mulai labil dan terancam degradasi. Al Fayed yang mulai tidak sabar langsung memberitahukan Tigana bahwa kontraknya tidak akan diperpanjang di akhir musim. Penampilan Fulham justru semakin terseok setelah pemberitahuan itu dan setelah kekalahan telak 0-4 dari Blackburn, Tigana langsung meninggalkan klub lebih cepat karena dipecat oleh Al Fayed.

Selama memegang Fulham, Tigana sempat membuat rekor pembelian Steve Marlet dari Lyon seharga 11,5 juta pounds. Marlet justru menjadi kartu mati Fulham dengan penampilan mengecewakannya. Ia hanya tampil 53 kali selama 3 tahun dan mencetak 11 gol. Setelah kepergian Tigana, Chris Coleman ditunjuk menjadi pelatih sementara saat Fulham sudah benar-benar di ujung degradasi.

Dengan hanya menyisakan 5 partai, Coleman bisa membawa Fulham meraup 10 angka dari kemungkinan 15 angka. Fulham pun selamat dari degradasi. Karena penampilan awal yang impresif, Coleman kemudian diberikan jabatan penuh sebagai manager.

Musim 2003-2004, dengan media dan bandar taruhan menempatkan mereka sebagai calon degradasi, Coleman membuat prestasi gemilang dengan memimpin Fulham untuk mencapai rangking ke 9 liga. Padahal waktu itu Fulham sedang dirundung masalah keuangan yang menyebabkan Louis Saha dijual ke Manchester United dengan rekor transfer 13 juta pounds. Ranking ke-9 itu adalah pencapaian tertinggi Fulham saat itu di liga Premier.

Musim 2004-2005, Fulham kembali mampu bertahan di Premiership dengan mencapai urutan ke-13. Musim 2005-2006 yang berat dilalui Fulham dengan penampilan labil, mereka bisa kalah telak 1-6 dari West Bromwich tetapi juga mampu mengejutkan dengan menang atas juara bertahan Chelsea 1-0. Pada akhir musim, Fulham menempati tangga ke 12 liga, naik satu tingkat dibanding musim sebelumnya. Musim 2006-2007 ditandai dengan dipecatnya Coleman karena penampilan buruk Fulham. Lawrie Sanchez datang untuk menggantikannya. Sanchez sebetulnya tidaklah mampu membawa angin segar tetapi keberuntungan berpihak padanya sehingga Fulham selamat dari degradasi. Musim 2007-2008 pun tidaklah berbeda, klub London itu terus berkutat di zona degradasi.

Referensi

http://namabayiislamiterbaik.blogspot.com/2017/12/sejarah-asal-permintaan-lahirnya-fulham.html

http://galeri-sport.blogspot.com/2011/01/sejarah-fulham-fc.html


0 Comments

Post a Comment