Sejarah Rivalitas Partizan Dan Red Star Belgrade




Sepakbola Klasik - Rivalitas Partizan dan Red Star Beograd adalah kisah penuh darah yang memilukan, kebencian yang aneh serta kekerasan tanpa henti. Dua tim terkuat Serbia itu harus segera berbenah atau mereka akan tertinggal modernitas olahraga yang tak lagi suka pertumpahan darah nan sia-sia.

Sejarah Partizan Beograd


Partizan didirikan pada 4 Oktober 1945 di Beograd, sebagai bagian divisi sepakbola Markas Besar Komando Pasukan Yugoslavia. Nama "Partizan", diberikan untuk menghormati Partisan, nama sebuah kelompok pejuang Yugoslavia yang mati-matian bertempur melawan pasukan agresor Nazi era Perang Dunia 2.

Dari nama ini saja, bisa kita lihat bahwa Partizan Beograd sangat bersejarah dan kental dengan nuansa komunisme dan patriotisme khas Yugoslavia.

Baca Juga


Biodata Pamela Safitri dan Tubuh Sexy nya


Biodata Dinar Candy dan Foto Hot nya



lambang klub partizan beograd

Logo Partizan Beograd

Klub ini dibentuk dan pada awalnya dikelola oleh sekelompok perwira muda Tentara Rakyat Yugoslavia dan veteran Perang Sipil Spanyol. Beberapa nama terkenal di antara mereka adalah Svetozar "Tempo" Vukmanović, Koča Popović, Peko Dapčević, Bogdan Vujošević senior, Mijalko Todorović , Otmar Kreačić , Božo čvarc dan Ratko Coce. Dua hari setelah pendiriannya, Partizan membuat langkah pertama di kancah sepak bola, dengan melangsungkan pertandingan persahabatan melawan Zemun yang berakhir 4-2.

Florijan Matekalo mencatatakan namanya buku rekor sebagai pencetak gol pertama dalam sejarah Partizan, sementara Jovan Zebic adalah manajer pertama.

Hanya tiga minggu kemudian, Partizan melakukan tur internasionalnya yang pertama dengan melawan tim kuat Cekoslowakia, Slovak Army. Hasilnya 3-1 untuk Partizan. Pada saat itu, hanya beberapa bulan setelah Perang Dunia II di Yugoslavia berakhir, belum ada kompetisi sepakbola yang terorganisir, sehingga Partizan hanya memainkan pertandingan persahabatan dan turnamen baik di dalam maupun luar negeri. Selanjutnya pada tahun 1975, Partizan juga terlibat bentrok dengan sesama klub kuat Eropa Timur lainnya. Kali ini mereka menjajal kekuatan dari CSKA Moskow, tim tangguh milik Tentara Angkatan Darat Uni Soviet.


Sejarah Red Star Beograd


Pada bulan Februari 1945, selama Perang Dunia II, sekelompok pemuda dan pelajar dari organisasi Liga Pemuda Antifasis Serbia, memutuskan untuk membentuk suatu perkumpulan olahraga yang bertujuan untuk menjalin kekompakan serta memperkokoh solidaritas di antara mereka. Inilah cikal bakal Red Star Belgrade.

Sebelu perang, sebenarnya ada ribuan klub olahraga di Serbia / Yugoslavia. Naun pada Desember 1944, semua klub Serbia sebelum perang dihapuskan. Ini diteguhkan dengan dekrit yang dikeluarkan pada 5 Mei 1945 oleh Sekretaris Olahraga pemerintahan komunis, Mitra Mitrovic-Djilas yang membubarkan secara resmi semua klub sebelum perang di wilayah Republik Sosialis Serbia.

Klub dibubarkan karena selama pendudukan Jerman, ada upaya untuk mengatur liga sehingga semua klub diberi label kolaborator oleh rezim komunis Josip Broz Tito. Dua klub paling populer dari Beograd adalah SK Jugoslavija dan BSK Belgrade. Red Star dibentuk dari sisa-sisa SK Jugoslavija dan mereka diberi stadion, kantor, pemain, dan bahkan warna merah putih putih SK Jugoslavija, beserta logo dengan tambahan bintang merah. Selain itu seluruh skuat BSK Belgrade juga bergabung bersama dengan beberapa pemain lain dari Beograd dan Serbia Tengah di klub baru tersebut.

Walau dibentuk oleh Tito, tetapi kemudian Slobodan Milosevic, presiden Yugoslavia era pemboman NATO menyebut jika Red Star adalah klub kolaborator Amerika yang bertujuan menghancurkan Serbia serta seluruh Yugoslavia.


Eternal Derby, Red Star Vs Partizan Beograd




Eternal Derby menjadi sebutan kala dua tim 'merah' bentrok di Belgrade, Serbia, yakni Red Star Belgrade dan Partizan Belgrade. Banyak fakta kelam dan memilukan seputar bentrok tersebut.

"Rivalitas Belgrade ini membuat Serbia terpecah menjadi dua," ujar Darko Nikolic, wartawan kawakan dari salah satu kantor berita Serbia, Blic. Kedua tim memiliki stadion yang cuma berjarak 12 menit jalan kaki satu sama lain. Terletak di lingkungan yang bernama Autokomanda, wilayah itu akan memanas ketika Red Star dan Partizan bentrok.

"Ini adalah derby antara dua klub Serbia paling terkenal saat ini, yang merupakan dua klub paling terkenal Yugoslavia dahulu kala. Derby ini sungguh spesial buat banyak orang, dan lebih dari sekadar pertandingan sepak bola buat sejumlah orang," kata Jokanovic, mantan pelatih Fulham.

Dahulu Penuh dengan Kekerasan, Sekarang?

Derby ini selalu diasosiasikan dengan kekerasan, vandalisme, bahkan kematian. Insiden paling memilukan terjadi tahun 1999 kala pendukung remaja Red Star tewas akibat sebuah roket yang dilontarkan fan Partizan.

Tahun 2013, 104 suporter dari kedua belah tim ditahan akibat bentrok yang terjadi sebelum, selama, dan sesudah pertemuan Red Star dengan Partizan. Masih di tahun yang sama, bentrokan tak sampai menahan orang, namun kursi berterbangan di dalam stadion.

Selanjutnya tahun 2015, derby ini tertunda selama 45 menit. Bisa dtebak, adanya kerusuhan di luar dan dalam stadion. Menariknya, kali ini kedua suporter menyerang polisi dengan melemparkan kursi, suar, sampai kembang api. Tak sampai di situ, saat pertandingan tersebut dilanjutkan, sebuah granat tangan dilemparkan. Beruntung tidak meledak di tengah lapangan. Tapi kata Nikolic, "Sekarang sudah jauh lebih kalem dari pada dahulu".

"Setidaknya tak seperti 1990-an atau awal 2000-an. Polisi sekarang sudah lebih siap terhadap peluang bentrok. Selain itu, hukuman dari penggiat olahraga di negeri ini juga sudah sangat berat terhadap pelanggar hukum di kegiatan keolahragaan, termasuk suporter," tuturnya lagi.

Pengalaman berbeda diutarakan Jokanovic sang arsitek Fulham. Menurutnya, ada perbedaan saat Yugoslavia masih berideologikan komunisme. Tapi, ia tak mampu menjelaskannya.

"Saya tidak tahu kenapa. Saya dulu menyaksikan pertandingan dari tribun ultras. Saat itu lebih tenang, lebih kalem meski lebih banyak orang ketimbang sekarang. Menariknya, nyaris tidak pernah ada kekerasan," kenangnya.

Pertandingan Sepak Bola yang Berujung Perang

Baik Red Star maupun Partizan sama-sama dibentuk usai Perang Dunia II tahun 1945 silam. Red Star dibentuk oleh orang-orang berlatar belakang kepolisian, sementara Partizan dari kemiliteran.

"Waktu itu orang-orang di lingkungan militer dan komunis Yugoslavia adalah pendukung Partizan. Bisa dibilang mereka akhirnya adalah orang Serbia. Sementara orang-orang Yugoslavia beraliran republik selalu mendukung Red Star," jelas Nikolic.

Akan tetapi, Nikolic membantah kalau sepak bola di Serbia (atau negara-negara pecahan Yugoslavia) terlalu berkaitan dengan politik. Memang banyak hal terjadi karena sepak bola, tapi politik tak lantas memiliki kekuatan tersendiri.

Periode 1991 sampai 1995 merupakan momen kelam buat negara-negara Balkan. Sepak bola dimanfaatkan sejumlah suporter untuk mengidentifikasikan diri mereka dan mengasosiasikan kebangsaan mereka.

"Yugoslavia masih ada di peta, tapi di lapangan sepak bola, yang ada adalah Serbia, Kroasia, dan sebagainya," tutur Nikolic lagi.

"Dulu pendukung Serbia dan Kroasia tiap bertemu di liga selalu mengusung negaranya masing-masing. Jadi misalkan Red Star bersua Dinamo Zagreb, itu seakan-akan Serbia vs Kroasia. Semua orang termasuk pendukung Partizan berharap Red Star bisa mengalahkan Kroasia demi harga diri," sambungnya.

Pertemuan Red Star dengan Dinamo Zagreb pada tahun 1990 pernah melahirkan laga bertajuk Pertandingan Sepak Bola yang Berujung Perang. Momen paling diingat adalah ketika Zvonimir Boban (eks AC Milan) menyerang polisi usai sebelumnya terjadi bentrok.

Apa Pelajaran Dari Semua Itu?

Referensi


https://majalahsepakbolaklasik.blogspot.com/2019/08/rivalitas-parizan-vs-red-star-beograd.html?m=1

0 Comments

Post a Comment