Mulai hari ini tanggal 2 September 2017 bertepatan dengan tanggal 11 Dzulhijah 1438 H, akan mulai menulis tentang sejarah Sumedang, silsilah, keturunan dan pengaruhnya di tatar Sunda. Sangat sayang memang, mumpung masih banyak tokoh yang masih hidup dan juga masih eksis menulis, atau masih bisa ditanya. Sebelum terputus mungkin kita harus berusaha untuk membuat sambungan.
Salah satu dari bangsa beradab adalah memelihara kesinambungan peradaban, termasuk pemikiran dan juga silsilah. Karena tanpa kesinambungan kita hanya akan berkutik pada bangsa yang memulai berpikir dari nol ke nol, tanpa berkesudahan. Tadisi sunda mengajarkan kepada kita harus hidup rancage, yaitu hidup yang berkesinambungan menuju ketinggian martabat / derajat, dengan melakukan perbaikan perbaikan yang bertahap, seumpama naik tangga kebaikan. Karena itu jika kita bisa memulainya, agar supaya generasi berikutnya, tidak memulai berpikir dari nol ke nol, maka adalah suatu kesempatan.
Baca Juga
Biodata Pamela Safitri dan Tubuh Sexy nya
Biodata Dinar Candy dan Foto Hot nya
Mungkin kita pernah membaca perkataan dari Al Biruni, seorang intelektual muslim yang dianggap sebagai salah satu tokoh ensiklopedis. Ia berkata yang intinya bahwa fungsi sebuah tulisan adalah memberi tahu kepada yang tidak tahu, atau generasi sesudah kita yang memang belum mengetahuinya. Dan yang kedua adalah mengkritik atau memperbaiki jika perlu diperbaiki. Sebagai suatu upaya dinamisasi cara berpikir tiap zaman.
Sumedang sebagai pewaris tahta Pajajaran tentu pengaruhnya sangat besar dalam peradaban di tanah Sunda. Dan untuk itu, dalam tulisan ini dicoba dicari jejaknya melalui keturunan dari Pangeran pangeran Sumedang, dan keturunannya, yang tersebar di tatar sunda.
Dari sekian tahun membaca sejarah tentang sumedang, mungkin sudah saatnya mencoba ikut meramaikan kajian tentang Sumedang ini. Tulisan ini merupakan ringkasan, cuplikan dari berbagai referensi yang ada kaitannya dengan Sumedang. Sayang memang jika tidak ikut mencatat atau menulis. Karena mungkin hal ini minimal bisa bermamfaat untuk diri sendiri sebagai pengingat untuk disampaikan kepada generasi berikutnya, atau untuk membangkitkan suatu kebanggaan atau identitas sebagai seorang yang pernah lahir atau dibesarkan di daerah Sumedang, dan juga yang marasa keturunan Sumedang.
Meskipun pernah mengalami berbagai kekuasaan yang panjang. Tetapi yang menjadi ciri orang Sumedang adalah tentang egaliterisme, atau kemerdekaan individu dan tidak terlalu terjebak pada budaya feodalistik. Dan tentu setelah era Pangeran santri, Sumedang telah menjadi pusat islamisasi di tatar sunda, yang nyunda. Karena itu kemungkinan nantinya Sumedang bisa menjelma menjadi pusat Islamisasi yang modern dan egaliter untuk berbagai negeri. Meskipun hal ini masih belum terjadi. Jika merunut sejarah bahwa Pangeran Santri adalah cicit dari Syekh Datuk Kahfi, salah seorang penyebar Islam di tanah sunda, guru dari Pangeran Walansungsang, termasuk pengaruhnya sangat besar terhadap Sunan Gunung Jati.
Sumedang meskipun luas wilayah Sumedang kata sebuah lagu dikatakan “ngarangrangan” tetapi pada kelanjutannnya akan tetap menjadi sari (pusat intelektualitas) dan juga berujung dengan kejayaan (istilahnya “Ujung Jaya”). Sekarang sebagian wilayah Sumedang, seperti Wilayah Jatinangor telah berubah menjadi kawasan pendidikan, meskipun pada awalnya Bandung juga dulunya merupakan bagian dari Sumedang. Dan nama Ujung jaya sekarang telah menjadi nama suatu tempat di ujung daerah Sumedang berbatasan dengan Majalengka dan juga Indramayu, yang nantinya juga diprediksi akan menjadi kota masa depan, karena di sekitar daerah tersebut nantinya akan di bangun Bandara Kertajati yang ada di Majalengka, yang tidak begitu jauh dari Ujung Jaya.
Sari adalah intisari bunga yang nantinya akan berubah menjadi buah. Jadi intinya jika menginginkan suatu hasil buah yang bagus berarti kita harus mendidik manusia dengan suatu paradigma yang bisa dipertanggungjawabkan. Dan hal itu hanya bisa diraih dengan pendidikan. Pendidikan yang berkelanjutan dan modern.
Mungkin bukan nama tempat yang jadi tujuan dari sasakala Sumedang ke depan. Tetapi harusnya menjadi program jangka panjang, menjadikan Sumedang sebagai sari atau pusat pendidikan untuk suatu ujung yang namanya kejayaan. Demikian tulisan ini dibuat, mudah mudahan sebagai pengingat.
Dan sebagai pengingat juga, Prabu Tajimalela yang dianggap sebagai sumedang telah memberikan patokan yang jelas kita hidup di dunia, yaitu sebagai penerang atau pencerah. Prabu Tajimalela berkata Insun Medal Insun Madangan, dalaam artian bebas berarti sayaa dilahirkan saya menerangi. Menerangi dalam artian sekarang bisa diartikan sebagai pencerah. Jadi orang sumedang telah diberi bimbingan oleh sang founding father agar menjadi pencerah. Berarti segala argumen atau apapun yang dilakukan oleh kita harus dapat dipertangung jawabkan dan berwawasan masa depan. Bukan sebagai penghayal atau penjaga mitos, yang justru menjebakan diri kepada kejumudan atau stagnan.
Sambil menyelam minum air. Karena secara silsilah penyusun tulisan ini masih mempunyai silsilah yang ada sangkut pautnya, dengan silsilaah raja raja sumedang. Dalam catatan yang tercatat turun temurun, bahwa masyarakat Desa Hariang dimana penulis berasal didirikan oleh Raden Wangsawijaya (anak dari bupati bandung pertama) dan Nyi Mas Bayun, putri dari Pangeran Rangga Gede bin Prabu Geusan Ulun. Dari silsilah pihak ayah, maka penyusun merupakan keturunan Nyi Mas Bayun diurutan ke-11 atau masih turunan Prabu Geusan Ulun ke-13. Dan dari pihak ibu, kakeknya Raden Sacabrata atau dikemudian hari dikenal juga dengan nama Raden Supardi (yang bermukim di Cihayam) merupakan salah seorang dari turunan Bangsawan Sumedang. Dan juga dari pihak ibunya ayah (nenek) juga silsilahnya masih tersambung dengan Pangeran Rangga Gempol III.
Daftar bupati Sumedang
Berikut adalah nama-nama bupati Sumedang:
Pangeran Koesoemahdinata I (Pangeran Santri) : 1530-1578
Pangeran Koesoemahdinata II (Prabu Geusan Ulun) : 1578-1601
Pangeran Koesoemahdinata III (Pangeran Rangga Gempol I) : 1601-1625
Pangeran Koesoemahdinata IV (Pangeran Rangga Gede) : 1625-1633
Raden Bagus Weruh (Pangeran Rangga Gempol II) : 1633-1656
Pangeran Koesoemahdinata V (Pangeran Panembahan/Pangeran Rangga Gempol III) : 1656-1706
Dalem Adipati Tanoemadja : 1706-1709
Raden Tumenggung Koesoemahdinata VII (Pangeran Rangga Gempol IV/Pangeran Karuhun) : 1709-1744
Dalem Istri Radjaningrat : 1744-1759
Dalem Adipati Koesoemahdinata VIII (Dalem Anom) : 1759-1761
Dalem Adipati Soerianagara II : 1761-1765
Dalem Adipati Soerialaga : 1765-1773
Dalem Adipati Partakoesoemah (Tusschen Bestur Parakanmuncang) : 1773-1789
Dalem Aria Satjapati III : 1789-1791
Raden Tumenggung Soerianagara (Pangeran Koesoemahdinata IX/Pangeran Kornel) : 1791-1828
Dalem Adipati Koesoemahjoeda (Dalem Ageung) : 1828-1833
Dalem Adipati Koesoemahdinata (Dalem Alit) : 1833-1834
Raden Tumenggung Soeriadilaga : 1834-1836
Pangeran Soeria Koesoemah Adinata (Pangeran Sugih) : 1836-1882
Pangeran Aria Soeriaatmadja (Pangeran Mekkah) : 1882-1919
Adipati Aria Koesoemadilaga : 1919-1937
Tumenggung Aria Soeria Koesoema Adinata : 1937-1946
Tumenggung Hasan Satjakoesoemah : 1946-1947
Tumenggung Mohamad Singer : 1947-1949
Tumenggung Hasan Satjakoesoemah : 1949-1950
Raden Abdoerachman Kartadipoera : 1951-1958
Sulaeman Soemitakoesoemah : 1951-1958
Antam Sastradipura (Kepala Daerah) dan R. Enoh Soeriadikoesoemah (Pj. Bupati) : 1958-1960
Mohamad Chafil : 1960-1966
Adang Kartaman : 1966-1970
Drs. Supian Iskandar (Pj. Bupati) : 1970-1972
Drs. Supian Iskandar : 1972-1977
Drs. Soeyoed (Pj. Bupati) : 1977-1978
Drs. H. Kustandi Abdoerachman : 1978-1983
Drs. H. Sutardja : 1983-1993
Drs. H. Moch Husein Jachjasaputra : 1993-1998
Drs. H. Misbach : 1998-2003
H. Don Murdono, S.H., M.Si : 2003-sekarang
Referensi
https://siabahlukmantara.blogspot.com/2017/09/sejarah-sumedang-silsilah-keturunan-dan.html
https://desacilayung.blogspot.com/2012/05/sejarah-sumedang.html
0 Comments
Post a Comment