Sejarah Panjang Hajar Aswad dan Ka'bah

Hajar aswad sebagaimana ka'bah telah melewati sejarah yang panjang selama ribuan tahun. Sejarah hajar aswad yang tercatat dimulai saat Ibrahim as diperintahkan Allah swt untuk membangun kembali ka'bah. Sekembalinya dari Syam, Ibrahim diperintah Allah untuk membangun ka'bah. Ia memenuhi perintah itu dibantu putranya, Ismâ’il as. Saat hampir selesai mengerjakannya, Ibrâhim as merasa ada yang kurang pada Ka’bah. Kemudian ia memerintahkan putranya, “Pergilah engkau mencari sebuah batu lagi yang akan aku letakkan di Ka’bah sebagai penanda bagi manusia.” Ismâ’il as mematuhi perintah ayahnya. Ia pergi dari satu bukit ke bukit lain untuk mencari batu yang paling baik. Ketika sedang mencari, malaikat Jibril datang pada Ismâ’il as dan memberinya sebuah batu yang cantik. Dengan senang hati ia menerima batu itu dan segera membawa batu itu untuk diberikan pada ayahnya. Ibrâhim as pun gembira dan mencium batu itu beberapa kali.

Kemudian Ibrâhim as bertanya pada putranya, “Dari mana kamu peroleh batu ini?” Ismâ’il as menjawab, “Batu ini aku dapat dari yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu.” Ibrâhim as mencium batu itu lagi dan diikuti juga oleh Ismâ’il as. Begitulah, sampai saat ini banyak yang berharap bisa mencium batu yang dinamai Hajar Aswad itu. Umar bin Khathab pernah menyampaikan bahwa Rasulullah saw sendiri pernah menciumnya. Saat Umar bin Khaththab berada di hadapan Hajar Aswad dan menciumnya ia berkata, “Demi Allah, aku tahu bahwa engkau hanyalah sebongkah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah Saw menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu.” [Hadits no 228 Kitab Sahih Muslim].

Baca Juga


Biodata Pamela Safitri dan Tubuh Sexy nya


Biodata Dinar Candy dan Foto Hot nya



Karena sangat bersejarahnya, ada juga orang yang ingin mencuri Hajar Aswad. Di akhir bulan Muharram 1351 H, datanglah seorang laki-laki ke Ka’bah. Ia mencungkil Hajar Aswad, mencuri potongan kain Kiswah, dan membawa sepotong perak dari tangga Ka’bah. Untunglah, penjaga masjid mengetahuinya, laki-laki itu pun ditangkap dan dihukum. Tanggal 28 Rabi’ul Akhir tahun yang sama, dilakukan penempelan kembali bongkahan batu itu ke tempat asalnya. Sebelumnya perekatan itu, dilakukan penelitian oleh para ahli mengenai bahan perekat yang digunakan. Akhirnya ditemukan perekat berupa bahan kimia yang dicampur dengan minyak misik dan ambar.

Potongan batu hajar aswad bisa kita jumpai (selain di Makkah,kabah ), juga di jumpai di :

1.Potongan Hajar Aswad Makam Sulaiman di Masjid Sulaiman.

2.Potongan Hajar Aswad di Masjid Biru (Masjid Sultan Ahmed)

3.Potongan Hajar Aswad di Masjid Sokullu Mehmet Pasa Camii.

Periode Yang Dilalui Hajar Aswad


1850-1820 SM: Nabi Ibrahim meletakkan Hajar Aswad di Ka’bah, ketika membangun Ka’bah.

400 M: Amr bin Harits bin Madhadh al-Jurhum memasukkan ke dalam sumur Zamzam.

400 M: Qushay bin Kilab (kakek Rasul SAW yang kelima) meletakkan kembali ke tempatnya di Ka’bah.

606 M: terjadi kerusakan pada Ka’bah akibat banjir, dan Nabi Saw (Nabi saat itu belum diangkat menjadi Nabi) meletakan di tempat yang ada sekarang setelah terjadi perdebatan antarkabilah Quraisy.

180-an H: Abdullah bin Zubair memasang lingkaran pita perak di sekeliling Hajar Aswad.

7 Zulhijah 317 H: Abu Tahir Al Qarmuthi mencopot Hajar Aswad.

22 Tahun Hajar Aswad tidak ditempatnya.

10 Dzulhijjah 339 H: Hajar Aswad berhasil dikembalikan ke tempatnya.

363 H: Hajar Aswad dipukul oleh seorang laki-laki dari Romawi, namtm ia tidak berhasil membawanya.

413 H: seorang laki-laki dari Bani Fatimiyyah, memecahkan Hajar Aswad.

990 H: seorang laki-laki asing memukul Hajar Aswad.

1268 H: Sultan Abdul Majid mengganti lingkaran perak dengan emas.

1293 H: Sultan Abdul Aziz mengganti lingkaran emas dengan perak.

Muharram 1351 H: seorang laki-laki dari Afghanistan mencungkil pecahan Hajar Aswad dan mencuri potongan kain Kiswah Ka’bah.

28 Rabiul Akhir 1351 H: Raja Abdul Aziz bin Abdur Rahman As-Saud merekatkan kembali Hajar Aswad yang telah pe cah dan memberinya lingkaran perak di sekelilingnya.

Riwayat Ka'bah


Ka'bah awalnya dibangun oleh Adam dan kemudian anak Adam, Syist, melanjutkannya. Saat terjadi banjir Nabi Nuh, Ka'bah ikut musnah dan Allah memerintahkan Nabi Ibrahim membangun kembali. Al-Hafiz Imaduddin Ibnu Katsir mencatat riwayat itu berasal dari ahli kitab (Bani Israil), bukan dari Nabi Muhammad saw.

Ka'bah yang dibangun Ibrahim pernah rusak pada masa kekuasaan Kabilah Amaliq. Ka'bah dibangun kembali sesuai rancangan yang dibuat Ibrahim tanpa ada penambahan ataupun pengurangan. Saat dikuasai Kabilah Jurhum, Ka'bah juga mengalami kerusakan dan dibangun kembali dengan meninggikan fondasi. Pintu dibuat berdaun dua dan dikunci.

Di masa Qusai bin Kilab, Hajar Aswad sempat hilang diambil oleh anak-anak Mudhar bin Nizar dan ditanam di sebuah bukit. Qusai adalah orang pertama dari bangsa Quraisy yang mengelola Ka'bah selepas Nabi Ibrahim. Di masa Qusai ini, tinggi Ka'bah ditambah menjadi 25 hasta dan diberi atap. Setelah Hajar Aswad ditemukan, kemudian disimpan oleh Qusai, hingga masa Ka'bah dikuasai oleh Quraisy pada masa Nabi Muhammad.

Nabi Muhammad membantu memasangkan Hajar Aswad itu pada tempat semestinya.


Dari masa Nabi Ibrahim hingga ke bangsa Quraisy terhitung ada 2.645 tahun. Pada masa Quraisy, ada perempuan yang membakar kemenyan untuk mengharumkan Ka'bah. Kiswah Ka'bah pun terbakar sehingga juga merusak bangunan Ka'bah. Kemudian, terjadi pula banjir yang juga menambah kerusakan Ka'bah. Peristiwa kebakaran ini yang diduga membuat warna Hajar Aswad yang semula putih permukaannya menjadi hitam.

Untuk membangun kembali Ka'bah, bangsa Quraisy membeli kayu bekas kapal yang terdampar di pelabuhan Jeddah, kapal milik bangsa Rum. Kayu kapal itu kemudian digunakan untuk atap Ka'bah dan tiga pilar Ka'bah. Pilar Ka'bah dari kayu kapal ini tercatat dipakai hingga 65 H. Potongan pilarnya tersimpan juga di museum.

Empat puluh sembilan tahun sepeninggal Nabi (yang wafat pada 632 Masehi atau tahun 11 Hijriah), Ka'bah juga terbakar. Kejadiannya saat tentara dari Syam menyerbu Makkah pada 681 Masehi, yaitu di masa penguasa Abdullah bin Az-Zubair, cucu Abu Bakar, yang berarti juga keponakan Aisyah.

Kebakaran pada masa ini mengakibatkan Hajar Aswad yang berdiameter 30 cm itu terpecah jadi tiga.


Untuk membangun kembali, seperti masa-masa sebelumnya, Ka'bah diruntuhkan terlebih dulu. Abdullah AzZubair membangun Ka'bah dengan dua pintu. Satu pintu dekat Hajar Aswad, satu pintu lagi dekat sudut Rukun Yamani, lurus dengan pintu dekat Hajar Aswad. Abdullah bin Az-Zubair memasang pecahan Hajar Aswad itu dengan diberi penahan perak. Yang terpasang sekarang adalah delapan pecahan kecil Hajar Aswad bercampur dengan bahan lilin, kasturi, dan ambar.

Jumlah pecahan Hajar Aswad diperkirakan mencapai 50 butir.

Pada 693 Masehi, Hajjaj bin Yusuf Ath-Taqafi berkirim surat ke Khalifah Abdul Malik bin Marwan (khalifah kelima dari Bani Umayyah yang mulai menjadi khalifah pada 692 Masehi), memberitahukan bahwa Abdullah bin Az-Zubair membuat dua pintu untuk Ka'bah dan memasukkan Hijir Ismail ke dalam bangunan Ka'bah.

Hajjaj ingin mengembalikan Ka'bah seperti di masa Quraisy; satu pintu dan Hijir Ismail berada di luar bangunan Ka'bah. Maka, oleh Hajjaj, pintu kedua yang berada di sebelah barat dekat Rukun Yamani--ditutup kembali dan Hijir Ismail dikembalikan seperti semula, yakni berada di luar bangunan Ka'bah.

Akan tetapi, Khalifah Abdul Malik belakangan menyesal setelah mengetahui Ka'bah di masa Abdullah bin AzZubair dibangun berdasarkan hadis riwayat Aisyah. Di masa berikutnya, Khalifah Harun Al-Rasyid hendak mengembalikan bangunan Ka'bah serupa dengan yang dibangun Abdullah bin Az-Zubair karena sesuai dengan keinginan Nabi.

Namun, Imam Malik menasihatinya agar tidak menjadikan Ka'bah sebagai bangunan yang selalu diubah sesuai kehendak setiap pemimpin. Jika itu terjadi, menurut Imam Malik, akan hilang kehebatannya di hati kaum Mukmin.

Pada 1630 Masehi, Ka'bah rusak akibat diterjang banjir. Sultan Murad Khan IV membangun kembali, sesuai bangunan Hajjaj bin Yusuf hingga bertahan 400 tahun lamanya pada masa pemerintahan Sultan Abdul Abdul Aziz. Sultan inilah yang memulai proyek pertama pelebaran Masjidil Haram.

Sebagai tempat mustajab dikabulkan doa, batu ini juga terletak di salah satu bucu Kaabah dimana apabila orang yang ingin mengerjakan haji memulakan tawaf mereka. Maka mereka hendaklah memulai tawaf itu dengan membetulkan bahu kiri mereka ke arah Hajarul Aswad berpusing sebanyak tujuh kali dan berakhir di Hajarul Aswad juga. Batu bundar berwarna hitam dan berlubang ini, terletak di sudut timur Kaabah atau sebelah kiri Multazam (antara Hajar Aswad dan pintu Kaabah), tingginya sekitar 150 cm di atas tanah. Batu ini mempunyai lingkaran sekitar 30 cm dan garis tengah 10 cm lebih besar daripada lingkaran muka seseorang. Kerana itu, seseorang yang ingin mencium batu ini harus memasukkan mukanya ke dalam lubang itu. 

Terdiri dari lapan gugusan yang terkumpul dan diikat dengan lingkaran bingkai perak. Ia dikatakan pecah kepada beberapa bahagian pada Zaman Pertengahan (Zaman Qaramithah), iaitu satu mazhab daripada Syiah Islamiyah al-Batiniyah daripada pengikut Abu Thahir al-Qarmathi di Jazirah Arab bahagian Timur. Pada musim haji tahun 317H itu, ketika dunia Islam sangat lemah Abu Thahir Al-Qurmuthi telah mengambil kesempatan menyerang Kaabah, Masjidil Haram dan merampas Hajar Aswad dengan lengkap 700 anggota bersenjata lengkap. Mereka membawa ke negaranya yang terletak di kota Ahsa’ yang terletak di wilayah Bahrain, kawasan Teluk Persia sekarang. Setelah 22 tahun (tahun 339 H) batu itu dikembalikan ke Mekah oleh Khalifah Abbasiyah Al-Muthi’ lillah setelah ditebus dengan jumlah 30.000 Dinar. Mereka membawanya ke Kufah, lalu menggantungkannya ke tiang ke tujuh Masjid Jami’. Setelah itu, mereka mengembalikannya ke tempat semula. Gugusan terbesar dikatakan sebesar buah kurma dan tertanam di batu besar yang lain dikelilingi oleh ikatan perak dan diperkuatkan lagi dengan paku perak. Batu itulah yang dianjurkan untuk dikucup oleh jemaah haji, bukannya batu di sekitarnya diliputi perak.  Tidak semua yang terdapat di dalam bingkai adalah Hajar Aswad. Butiran Hajar Aswad tepat berada di tengah bingkai. 

Hajarul Aswad berasal daripada batu yang mulia (yaqut) dari syurga yang diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s melalui malaikat Jibril dan diletakkan di satu sudut Kaabah. Ketika Nabi Ibrahim a.s bersama anaknya membina Kaabah, ianya tiada berbumbung dan pintu masuk. Nabi Ibrahim a.s bersama Nabi Ismail mahu meninggikan bangunan itu dan mengangkut batu dari pelbagai gunung. Setelah bangunan Kaabah itu hampir selesai, Nabi Ibrahim a.s merasa kekurangan dengan meletakkan seketul lagi batu untuk diletakkan di Kaabah. 

Nabi Ibrahim berkata pada Nabi Ismail, “Pergilah engkau mencari seketul batu yang akan aku letakkan sebagai penanda bagi manusia.” Kemudian Nabi Ismail a.s pun pergi dari satu bukit ke satu bukit untuk mencari batu yang baik dan sesuai. Ketika Nabi Ismail a.s sedang mencari batu di sebuah bukit, tiba2 datang malaikat Jibril a.s memberikan sebuah batu yang cantik. Nabi Ismail dengan segera membawa batu itu kepada Nabi Ibrahim a.s. Nabi Ibrahim a.s. merasa gembira melihat batu yang sungguh cantik itu, beliau menciumnya beberapa kali. Kemudian Nabi Ibrahim a.s bertanya, “Dari mana kamu dapat batu ini?” Nabi Ismail berkata, “Batu ini kuterima dari yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu (Jibril).”

Pada tahun 606 M, ketika Nabi SAW berusia 35 tahun, Kaabah mengalami bencana besar sehingga perlu dibina kembali oleh Nabi Muhammad SAW dan kabilah2 terdapat di Mekah ketika itu. Semasa pembangunan semula itu selesai, terjadilah perselisihan di antara kabilah2 itu tentang siapa yang paling berhak untuk meletakkan batu Hajar Aswad itu di tempatnya. Melihat keadaan ini, Abu Umayyah bin Mugirah dari suku Makzum, sebagai orang yang tertua, mengajukan usul bahawa yang berhak meletakkan Hajar Aswad di tempatnya adalah orang yang pertama sekali memasuki pintu Safa keesokan harinya. Ternyata orang itu adalah Muhammad yang ketika itu belum menjadi rasul. Dengan demikian, dialah yang paling berhak untuk meletakkan Hajar Aswad itu di tempatnya. Akan tetapi dengan keadilan dan kebijaksanaannya, Muhammad tidak langsung mengangkat Hajar Aswad itu. Baginda melepaskan serbannya dan menghamparkannya di tengah2 anggota kabilah yang ada. Hajar Aswad lalu diletakkannya di tengah2 serban itu. Baginda kemudian meminta para ketua kabilah untuk memegang seluruh tepi serban dan secara bersama2 mengangkat serban sampai ke tempat yang dekat dengan tempat diletakkannya Hajar Aswad. Nabi Muhammad sendiri memegang batu itu lalu meletakkannya di tempatnya. Tindakan Muhammad ini mendapat penilaian dan penghormatan yang besar dari kalangan ketua kabilah yang berselisih faham ketika itu.

Mencium hajar aswad pada masa menunaikan Haji Di Baitullah, menjadi penyedut dosa tanpa kita sedari, alangkah beruntungnya orangyang boleh menyentuh, mengusap dan memegangnya. Walapun ia adalah batu, ia hidup. Siapa yang menciumnya, ia akan menjadi saksi. Kalau tidak dapat mengucupnya, cukuplah sekadar istilam (mencium dari jauh secara isyarat). Quran juga tahu siapa yang membaca dan mengucupnya. 

Hadis Siti Aisyah RA mengatakan bahawa Rasul SAW bersabda:

“Nikmatilah (peganglah) ini sebelum diangkat (dari bumi). Ia berasal dari syurga dan setiap sesuatu yang keluar dari syurga akan kembali ke syurga sebelum kiamat”.

Umar bin Khatab pun juga pernah mengatakan “Aku tahu bahawa kau hanyalah batu, kalaulah bukan kerana aku melihat kekasihku Nabi SAW menciummu dan menyentuhmu, maka aku tidak akan menyentuhmu atau menciummu”

Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: “Demi Allah! Allah akan membangkitkannya (Hajarul Aswad) pada hari kiamat, baginya sepasang mata untuk melihat dan lidah untuk berkata-kata; menjadi saksi kepada sesiapa yang mengusapnya dengan kebenaran.” (Hadis riwayat al-Tirmizi).

Referensi

https://islamwiki.blogspot.com/2011/05/perjalanan-sejarah-hajar-aswad-dan.html

http://warisanizryn4u.blogspot.com/2012/11/sejarah-hajarul-aswad.html

0 Comments

Post a Comment