NAMA gunung ini familier, terutama bagi para pendaki gunung. Ya, Gunung Burangrang di ketinggian 2.050 mdpl dan berbatasan antara Kabupaten Bandung Barat (KBB) dengan Kabupaten Purwakarta ini unik. Banyak yang mengatakan gunung ini cocok untuk para pendaki pemula, tantangannya tidak terlalu berat, jalur tempuh cukup mudah, tak perlu banyak membawa perlengkapan, dan juga waktunya tidak terlalu lama.
Tapi jangan remehkan gunung ini. Terlepas dari banyaknya cerita mistik yang lekat dengan gunung yang sering disebut saudaranya Tangkubanparahu ini, secara ilmu pendakian, kawasan ini ampuh dan cocok sebagai ajang latihan, uji fisik, kekompakan tim, navigasi, survival dan tak lupa, pemandangannya yang sangat mempesona. Itulah Burangrang, setidaknya, di puncak gunung ini para pendaki bisa mencicipi pemandangan Situ Lembang yang dikelilingi pegunungan. Selain itu, Tangkubanparahu dan panorama sejumlah wilayah di Bandung Raya dapat dinikmati. Bagi penikmat alam, tentu bukan puncak saja yang menjadi tujuan, namun perjalanan yang menyejukan mata juga tersaji selama perjalanan pendakian. Bagi para pendaki, baik profesional maupun pemula, akan menikmati pengalaman indah bersama rangkaian perbukitan selama pendakian.
Berbicara keindahan dan sederhananya pendakian, sejumlah komunitas anak muda banyak memanfaatkan keindahan gunung ini. Salah satu komunitas yang menarik perhatian adalah Balad Cahaya, mereka melakukan pendakian belum lama ini, tanpa perlengkapan komplet dan khusus, para pendaki muda ini terlihat bersemangat. Awalnya melihat mereka hendak mendaki, seperti yang akan pergi tamasya. Namun ternyata, mereka akan mendaki.
"Itulah yang kami suka mendaki Burangrang, perjalanannya tidak terlalu melelahkan, persiapan bekal dan peralatan juga bisa seadanya. Disana (puncak gunung) pemandangan Situ Lembang akan jelas terlihat dari puncak yang dikelilingi oleh perbukitan, indah sekali," terang Arif Muhammad S (24), salah satu pendaki.
Sebenarnya banyak rute yang bisa ditempuh untuk mendaki Gunung yang berada di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua KBB ini. Namun yang sudah lazim, pendaki memulai perjalanan di Pos Komando. Pos ini berada di Desa Kertawangi. Karena trek yang akan dilalui tergolong bersahabat bagi pemula. Pemandangan yang disajikan Burangrang memang bukan main, saat berada di langkah-langkah awal saja panorama Kota Bandung sudah terlihat. Apalagi jika berjalan terus ke atas dan ke atas lagi, bahkan pemandangan Gunung Tangkubanparahu dan berbagai perbukitan sudah tersaji. Jika cuaca sedang cerah lebih mempesona lagi, yang pasti, rangkaian bukit, pohon pinus yang berjajar rapi, perkebunan teh, suara aneka burung dan samar-samar gemericiknya air di sela-sela pepohonan. Semuanya seolah mengajak para pendaki untuk bersenandung bersama memuji Sang Pencipta.
"Nah, kemampuan untuk survival tadi, juga menghadapi tantang akan dihadapi ketika memasuki area hutan. Jalannya mulai menanjak, mulai ada liku-liku, tanjakan berbatu, ranting dan rumput yang besar. Memasuki kawasan hutan ini kekompakan tim juga diuji," jelas Arif.
Pasalnya, pendaki akan melalui jalan sempit dengan ancaman jurang di bawah, kemiringan punggungan gunung juga lumayan, sekitar 60-75 derajat Celsius. Pendaki juga harus cekatan memanjat, melompat, atau merangkak. Bagi pemula tentu ini bisa menjadi masalah, namun ternyata, medan ini adalah indahnya perjalanan.
Antara Fakta dan Mitos
Tidak ada yang memungkiri keindahan Gunung Burangrang. Namun, tak sedikit berbagai cerita berkembang menghiasi kokohnya singgasana Burangrang. Burangrang termasuk gunung api parasit tua, sehingga telah memiliki lembah-lembah dengan sayatan dalam dan lereng yang curam. Konon, dahulu kala ada Gunung Sunda, namun meletus dan membentuk dua buah, yaitu Gunung Burangrang dan Tangkubanparahu. Pun dalam legenda Sangkuriang, Gunung Burangrang ini terbentuk dari ranting-ranting pohon yang digunakan Sangkuriang untuk membuat perahu. Kala Sangkuriang marah lantaran gagal menyelesaikan misinya membuat perahu, akhirnya Sangkuriang menendang perahu itu hingga menjelma sebagai Gunung Tangkubanparahu, sementara ranting-ranting pohonnya menjelma sebagai Gunung Burangrang.
Sangkuriang sendiri merupakan legenda orang Sunda. Legenda tersebut berkisah tentang terciptanya danau Bandung, Gunung Tangkubanparahu, Gunung Burangrang, dan Gunung Bukit Tunggul. Jika ditelusuri singkat legenda itu, sebenarnya dapat dihitung sudah berapa lama orang Sunda hidup di dataran tinggi Bandung ini. Dari legenda ini juga, bisa didukung dengan fakta geologi, yang memperkirakan orang Sunda telah hidup di dataran ini sejak beribu tahun sebelum Masehi. Burangrang juga masih satu rangkaian dengan Tangkubanperahu dan merupakan hasil letusan Gunung Sunda Purba waktu zaman prasejarah. Informasi ini memberi keyakinan pada orang Sunda bahwa mereka ini ternyata sudah hidup di Sunda jauh sebelum masa tahun masehi. Karena buktinya, perjalanan gunung ini sejak zaman prasejarah telah ada. Dunia lainnya dari Burangrang adalah sering dikaitkan dengan hal-hal yang sifatnya mistis. Terlebih lagi, gunung ini pernah beberapa kali memakan korban pesawat. Yang terbaru, misteri hilangnya pesawat Cessna 172 yang tidak kunjung ditemukan. Ada yang bilang bahwa pesawat itu 'disembunyikan' oleh mahkluk halus penunggu Gunung tersebut.
Bahkan ada yang mengatakan ada segitiga gaib atau segitiga bermuda di sana, yang memiliki magnet luar biasa yang menghasilkan energi supranatural. Menurut kepercayaan beberapa masyarakat, di sekitar Gunung Burangrang itu pun terdapat medan magnet yang sangat besar hingga mengacaukan alat navigasi. Segitiga tersebut berada antara Gunung Burangrang, Gunung Tangkubanparahu, dan Gunung Sunda. Bagi para pendaki, mitos demikian juga tak luput dari warna pemahaman. Misalnya, adanya mitos tentang tanjakan cinta di gunung tersebut. Ada juga kisah tentang Rawa Kunti dan Curug Pocong yang ikut menempel pada keindahan Burangrang.
Bandung adalah kota yang dikeilingi oleh gunung, maka apabila kota bandung dilihat dari ketinggian maka akan tampak seperti mangkuk. Salah satu gunung yang berada di sekitar bandung ialah gunung Burangrang. Gunung burangrang terletak diantara kabupaten bandurng barat dan purwakarta dengan ketinggian puncak 2065 mdpl. Gunung burangrang merupakan sisa dari gunung sunda purba yang Meletus sekian tahun lalu. Merujuk ke legenda sangkuriang, gunung burangrang merupakan ranting, daun, dan batang bahan perahu yang ditendang oleh sangkuriang. Namun saya tidak memercayai hal tersebut, biarkanlah legenda itu jadi pemanis cerita saja.
Pada tanggal 2 maret 2018 lalu, saya Bersama 5 rekan melakukan perjalanan menuju puncak burangrang, waktu tempuh dari bandung menuju kaki guunung mungkin hanya sekitar 1 jam. Kami memasuki jalur pendakian lewat desa, namun saya lupa nama desa tersebut. Untuk biaya pendakian pun hanya dipungut untuk parkir motor sebesar Rp. 10.000, sedangkan untuk orangnya hanya seikhlasnya saja.
Selama perjalan hingga sampai di puncak, kami diguyur hujuan terus menerus, sehingga track menjadi licin dan membuat tantang untuk berhati-hati. Tak sedikit dari kami yang jatuh terpeleset. Setelah sampai dipuncak, sayang cuaca tak bersahabat. Turun hujan menyebabkan kabut yang cukup tebal disekitar jarak pandang, sehingga menghalangi pemandangan indah yang seharusnya disuguhkan dari ouncak burangrang tersebut. Saran dari saya, apabila ingin ke puncak untuk hunting foto, anda harus memilih saat cuaca kering, selain memudahkan track, agar pemandangan tidak tertutup kabut juga.
Selama perjalanan turun, tak ada tantangan berarti, hanya beberapa kali terpelseset dan tertusuk duri saja. Disekitar gunung burangrang masih banyak makam sesepuh yang berukurapanjang dari orang normal pada biasanya.
Referensi
http://denimulyanasasmita.blogspot.com/2014/02/gunung-burangrang-ajang-uji-coba-para.html
https://mapachjayaselalu.blogspot.com/2018/07/pesona-gurung-burangrang.html
Referensi
http://denimulyanasasmita.blogspot.com/2014/02/gunung-burangrang-ajang-uji-coba-para.html
https://mapachjayaselalu.blogspot.com/2018/07/pesona-gurung-burangrang.html
0 Comments
Post a Comment