Associazione Calcio Fiorentina didirikan oleh seorang bangsawan Italia dan member National Fascist Party Luigi Ridolfi, yang menyatukan 2 klub di kota Florence, yaitu CS Firenze dan PG Libertas. Tujuannya adalah menyaingi klub – klub dari sebelah barat Italia. Faktor lainnya karena Calcio Fiorentino adalah salah satu klub yang berperan memperkenalkan sepakbola modern di Italia, waktu itu masih beranggotakan keluarga Medici, salah satu keluarga mafia Italia.
Setelah 3 musim, Fiorentina bermain di Serie A pd tahun 1931. Pada tahun itu pula dibangun stadium Giovanni Berta, atau biasa dikenal Franchi. Pada saat itu, stadium ini merupakan salah satu yg terbaik dan monumental. Agar dapat berkompetisi dengan tim lainnya, Fiorentina mendatangkan bintang sepakbola Pedro Pertone, berjulukan el Artillero. Walau berkompetisi dgn baik, namun tahun berikutnya terdegradasi, namun tahun berikutanya kembali lagi. Tahun 1941 mereka memenangkan Trofi Coppa Italia, Akan tetapi karena perang dunia I dan II, prestasi tim ini terhambat.
Tahun 1950 – 1970
Mulai tahun 1950, Fiorentina mulai konsisten dengan masuk 5 besar kompetisi Serie A. dua bintang mereka yang paling terkenal adalah Julinho dan Miguel Mintori. Akhirnya, scudetto pertama mereka menangkan pada musim 55/56. Kemudian Fiorentina menjadi tim pertama dari Italia yang bermain di final Liga Champions Eropa, akan tetapi kalah 2 – 0 dari Real Madrid. Pada musim 60/61, Fiorentina juara Coppa Italia serta Winner's Cup (kalo sekarang disebut UEFA Cup).
Pada saat itu, Fiorentina menjadi runner-up Serie A selama beberapa musim, serta memenangkan Coppa Italia dan Mitroca Cup pada tahun 1966.
Baca Juga Si Sexy Dinar Candy
Pada musim 68/69 Fiorentina memenangkan scudetto kedua mereka. Akan tetapi, pada musim – musim berikutnya mereka hanya finis di papan tengah, bahkan beberapa kali pernah hampi terdegradasi. Pemain mereka yg terkenal pada masa ini ialah Giancarlo Antognoni.
Era Pontello
Pada tahun 1980 Fiorentina dibeli oleh Flavio Pontello, seorang pengusaha properti. Dia mengubah logo tim serta melakukan beberapa perubahan manajemen tim. Setelah itu, dia membeli beberapa pemain berkualitas seperti Francesco Graziani, Eraldo Pecci, Daniel Bertoni, dan Pietro Vierchowod. Pada musim 81/21, Juventus menyalip Fiorentina pada saat – saat terakhir untuk merebut scudetto. Sejak saat itulah, pesaingan antara 2 tim ini makin meruncing hingga saat ini. Tahun - tahun berikutnya, Fiorentina bersaing untuk scudetto akan tetapi ada saat – saat mereka berjuang untuk lolos dari degradasi. Pada era ini, nama Ramon Diaz serta Roberto Baggio muda mencuat.
Pada tahun 1990, mereka berjuang menghindari degradasi serta melawan Juventus di final UEFA Cup. Pada hari final tersebut, Roberto Baggio dijual ke Juventus sehingga akhirnya tim tersebut yang menjadi juara. Akibat peristiwa ini, terjadi demonstrasi besar – besaran di kota Florence yang mengakibatkan mundurnya Pontella sebagai presiden klub. Kemudian, tim tersebut diambil alih oleh Mario Cecchi Gori.
Era Cecchi Gori
Inilah saat – saat pemain hebat seperti Brian Laudrup, Stefan Effenberg, Francesco Baiano and Gabriel Batistuta, ikon klub Fiorentina tahun 1990an. Pada tahun 1993 Matteo Cecchi Gori meninggal sehingga digantikan oleh anaknya, Vittorio. Pada akhir musim pertama Matteo sebagai presiden, Fiorentina degradasi ke Serie B. Pada musim 93/94, Claudio ranieri menjabat sebagai pelatih dan membawa Fiorentina menjuarai Serie B dan naik ke serie A. Untuk mendukung Batistuta menjadi top scorer, dia mendatangkan Rui Costa dan Marcio Santos. Pada akhir musim Viola berada di posisi 10.
Kemudian Stefan Schwarz didatangkan untuk mewujudkan ambisi menjuarai Serie A. Hasilnya lumayan, pada musim itu Fiorentina menjuarai Coppa Italia serta finish di peringkat 3. Pada akhir musim, Fiorentina menjadi klub bukan juara Serie A pertama yang menjuarai Supercoppa Italia atas AC Milan di San Siro.
Pada musim 95/96, Pencapaian Fiorentina agak mengecewakan. Akan tetapi, Viola berhasil mencapai semifinal UEFA Cup pada tahun itu. Akhir musim itu, Claudio Ranieri pindah melatih Valencia FC, dan sebagai gantinya ditunjuk Alberto Malesani. Dia hanya bertahan selama satu tahun, kemudian sebagai suksesor ditunjuklah Giovanni Trappattoni. Pada akhir musim, Fiorentina finish di posisi 3, sebagai syarat mereka bermain di UEFA Champions League. Walaupun pencapaian mereka mengecewakan di Serie A, namun pada kompetisi Champions League mereka berhasil lolos ke babak 16 besar.
Pada akhir musim Trappattoni pergi dan digantikan oleh Fatih Terim, yang menjual gabriel Batistuta ke AS Roma, yang menjuarai Serie A pada kompetisi berikutnya. Pada saat ini, mereka menjuarai Coppa Italia untuk yang keenam. Pada awal 2001, Krisis financial melanda klub ini. Dengan total utang 50 juta dolar, fiorentina dinyatakan bangkrut.
Era Della Vale
Pada agustus 2002, Fiorentina kembali dibentuk dengan nama Associazione Calcio Fiorentina e Florentia Viola dengan Diego Della Valle, pengusaha kulit dan sepatu, sebagai pemilik baru dan berkompetisi di Serie C2. Satu – satunya pemain yang masih bertahan adalah Angelo di Livio. Dengan bantuan Angelo di Livio dan Cristian Rigano, Tim ini berhasil menjuarai Serie C2 dan masuk Serie C1. Tetapi, Fiorentina langsung mengikuti kompetisi Serie B akibat kasus Catania. Fiorentina naik untuk menambah jumlah klub yang bertanding di Serie B. Pada akhir musim 2003, klub ini membayar hak penggunaan nama ACF Fiorentina dan membuat desain kaos yg baru.
Pada musim berikutnya, Fiorentina mengikuti playoff untuk promosi ke Serie A. Dibantu oleh 2 gol dari Enrico Fantini, Fiorentina berhasil naik ke Serie A. Di musim pertama, Fiorentina berjuang untuk tidak mengalami degradasi dan berhasil melakukannya di akhir musim. Pada musim 05/06, Fiorentina merekrut Cesare Prandelli sebagai pelatih, yang kemudian merekrut Sebastien Frey dan Luca Toni. Dengan Dario Dinelli sebagai kapten, Tomas Ujfalusi sebagai defender, Christian Brocchi sebagai jangkar,Martin Jorgensen sebagai sayap, Stefano Fiore sebagai playmaker dan targetman Luca Toni serta kiper hebat Sebastien Frey, Fiorentina menjadi salah satu kekuatan yang patut diperhitungkan di Serie A.Sehingga, tim ini mampu finish di peringkat 4 dan ikut Liga Champions melalui babak kualifikasi.
Walaupun memulai musim 06/07 dengan minus 15 point akibat kasus Calciopoli, Fiorentina mampu mengikuti UEFA Cup pada musim 07/08 dengan dibantu oleh duet striker tersubur waktu itu dengan 31 gol, yaitu Luca Toni dan Adrian Mutu. Walau banyak yang meragukan kemampuan Fiorentina pada musim 07/08 akibat perginya Toni, pada awal musim klub ini menunjukkan hasil yang luar biasa hingga Marcello Lippi menyebutkan bahwa Fiorentina adalah salah satu kandidat scudetto. Akan tetapi, pada pertengahan musim klub ini mengalami penurunan hingga akhirnya tidak berhasil merebut juara Serie A.
Pada musim 08/09. Fiorentina berhasil lolos di 4 besar Serie A dan mengikuti Liga Champions 09/10. Pada Liga Champions edisi ini, seperti yang telah kita ketahui, Fiorentina berhasil lolos dengan menjadi juara grup dan menghadapi Bayern Muenchen pada bakak 16 besar. namun akhirnya fiorentina harus tersingkir dari gelaran Liga Champion...
Fiorentina belum puas mendatangkan pemain, karena di tahun 1992 nama-nama beken masuk ke Fiorentina tanpa filter sekalipun. Nama bintang Jerman, Stefan Effenberg dan Denmark, Brian Laudrup adalah nama yang hadir di Artemio Franchi atas dasar banyaknya uang yang dimiliki Cecchi Gori pada saat itu.
Tapi sebuah petaka datang ke Fiorentina. Petaka? Iya, petaka bagi siapa saja yang sudah menyukai Fiorentina saat itu. Sebuah klub yang lebih dari lima puluh tahun berada di Serie A harus mengalami degradasi. Fiorentina belum siap untuk menjadi salah satu dari AC Milan, Juventus, Inter Milan atau AS Roma pada saat itu. Bahkan pertunjukan yang disuguhkan Fioren seperti biasa-biasa saja walau dengan skuad yang bisa dibilang 'wah' pada masannya.
Sudah jelas Cecchi Gori murka, maka ditunjuklah pelatih asal kota Roma bernama Claudio Ranieri yang diserahi tugas membawa kembali Fiorentina ke Serie A. Fiorentina beruntung mempunyai sosok Gabriel Omar Batistuta yang setia bersama Fiorentina walau terdegradasi ke Serie B sekalipun. Atas kesetiaannya, Batistuta menjadi pemain yang disayangi oleh para pendukung Fiorentina.
Fiorentina kembali ke Serie A tahun 1993-1994 dan langsung memboyong bintang kembali dalam wujud, Manuel Rui Costa, Francesco Toldo dan Francesco Baiano. Penampilan mereka memang belum memenuhi ekspetasi tim yang menjadi tempat berkumpulnya pemain bintang. Tapi 'Batigol' menjadi salah satu pemain tersubur yang pernah hadir di Fiorentina.
Keberhasilan pertama Cecchi Gori dan Claudio Ranieri di Fiorentina adalah menjuarai Coppa Italia tahun 1995-1996. Fiorentina mengalahkan Atalanta dua kali dalam Final Coppa Italia yang saat itu masih memakai sistem tandang-kandang-ini sistem termacho yang pernah saya lihat dipertandingan Final.
Keberhasilan Fiorentina di Coppa membuat warga Florence, yang menyaksikan pertandingan dari layar lebar di pusat kota sontak meluapkan kegembiraan yang luar biasa. Mereka melihat era yang kembali bersinar seperti era 60-an. Mereka juga melihat sosok seperti ‘Dewa’ dalam diri Gabriel Omar Batistuta. Bahkan Fiorentina mempunyai rekor yang bagus di Coppa Italia dengan menyapu bersih delapan pertandingan dengan kemenangan dan memasukan 17 gol dan hanya kebobolan 3 gol, jelas itu adalah musim yang indah untuk La Viola.
Kesenangan terus berlanjut di Piala Super Italia dimana Fiorentina harus merasakan bertanding di ajang pemubka Serie 1996-1997 dengan jawara Serie A sebelumnya, AC Milan. Fiorentina sudah bosan jadi ‘miskin’ gelar, maka dihajarlah AC Milan dengan skor 2-1, dan lemari trofi Fiorentina pun kembali diisi dengan trofi yang bergengsi untuk ukuran domestik.
Fiorentina dirudung masalah kembali, tim menjadi tidak stabil setelah keluarga Cechhi Gori mengalami kebangkrutan tahap awal. Pesta menjadi tidak semarak lagi setelah gelar Coppa ketujuh mereka diraih dengan mayoritas pemain yang punya pengaruh kuat di Fiorentina. Pesta mereka tidak akan berlanjut ketika musim 2000-2001 dimulai, karena klub kuat dari ibukota bernama AS Roma, mampu membayar sang ‘dewa’ Batistuta untuk berganti kostum menjadi merah-putih-hitam. Ya, sekali betul atawa betul sekali kawan, Batigol pergi meninggalkan Fiorentina selain klub mendapat uang yang cukup oke, sang pemain pun akhirnya merasakan gelar juara Serie A yang sudah diimpikannya. La Viola mulai menjadi klub besar yang meras asing ditengah derajatnya sebagai klub besar. Satu persatu pemain yang membawa Fiorentina mencapai era suksesnya di jaman modern ini pergi. Manuel Rui Costa membawa idung mancungnya dan keahliannya keluar dari Artemio Franchi menuju AC Milan. Begitu juga Francesco Toldo yang berlabuh ke Inter Milan bersama rambut kritingnya. Mereka semua seakan berlomba untuk meninggalkan Fiorentina yang memang mulai tidak sehat. Tapi bagaimana pun itu mereka tetaplah pemain yang ikut andil menancapkan namanya dalam sejarah Fiorentina. Fiorentina benar-benar mengalami masa suram di bulan Mei dan Juli 2002. Miskin menjadi embel-embel dari klub yang mempunyai sejarah paling lama di sepakbola Italia ini. Mereka tidak mampu membayar gaji pemainnya, hmm.. memang wajar jika kejadian ini berlangsung di Indonesia tapi Italia bukannya sepakbola toleransi atau sepakbola yang baru memulai masa profesionalnya. Italia ada sepakbola yang tegas terhadap hak-hak pemain.
Hal ini membuat Fiorentina bergejolak laksana cincau yang ditepak tangan. Adu argumen dan adu bacot kerap terjadi tatkala pemain, staff dan pelatih meminta haknya kepada manajemen Cecchi Gori untuk sekedar membeli susu atau membeli jersey Pro Duta. Penderitaan ini harus diputuskan bahwa Fiorentina benar-benar dinyatakan bankrut sebangkrut-bangkrutnya. Bahkan Fiorentina tidak diizinkan bermain di Serie B dan harus bubar terlebih dahulu jika ingin bermain di Serie C.
Tapi ada penyelamat muka Florence yaitu dua saudara Diego dan Andrea Della Valle. Bagai terulang dinasti Cecchi Gori yang juga bisnis keluarga dua orang saudara, maka Della Valle pun mendirikan klub baru bernama Florentia Viola. Nama tersebut masih berbau Fiorentina, dan jelas saja mereka mendaftarkan diri ke Serie C sebagai klub baru. Florentia Viola berangkat dari nol, karena mereka tidak mempunya sponsor jersey, pemain, bola, sponsor gede bahkan untuk lapangan saja mereka mengusahakan membeli beberapa asset yang pernah dimiliki Fiorentina. Namun mereka mendapat kepercayaan dari seluruh warga Florence.
Gairah serta antusiame warga Florence kembali terulang seperti tahun-tahun awal lahirnya sepakbola di Florence. Mereka benar-benar berada dibelakang Florentia Viola, memberikan dukungannya kepada klub dan tetap mempertahankan ciri khas kota Florence dan Fiorentina yang sudah bertahun-tahun ada di dada warga Florence.
Sejak kedatangan keluarga Della Valle di Fiorentina, klub ini mulai kembali membangun kejayaannya. Bahkan setelah memastika diri ke Serie A pada musim 2003-2004, keluarga Della Valle membeli semua sejarah Fiorentina yang pernah bangkrut dan kembali membawa nama, simbol dan sejarah dari Fiorentina.
Hingga saat ini, organisasi Fiorentina benar-benar bangkit dan melawan kepada kemiskinan klub yang pernah melanda Florence. Mereka mengahargai sejarah berdiri klub karena Della Valle sadar dan mengerti untuk apa Fiorentina hadir di Italia tahun 1926 silam. Karena klub Fiorentina berbeda dengan klub langganan juara lainnya. Mereka adalah klub yang mewakili fanatisme dan antusiasme warga Florence
Referensi
https://hasyimsoska.blogspot.com/2011/02/sejarah-klub-ac-fiorentina.html
Walaupun memulai musim 06/07 dengan minus 15 point akibat kasus Calciopoli, Fiorentina mampu mengikuti UEFA Cup pada musim 07/08 dengan dibantu oleh duet striker tersubur waktu itu dengan 31 gol, yaitu Luca Toni dan Adrian Mutu. Walau banyak yang meragukan kemampuan Fiorentina pada musim 07/08 akibat perginya Toni, pada awal musim klub ini menunjukkan hasil yang luar biasa hingga Marcello Lippi menyebutkan bahwa Fiorentina adalah salah satu kandidat scudetto. Akan tetapi, pada pertengahan musim klub ini mengalami penurunan hingga akhirnya tidak berhasil merebut juara Serie A.
Pada musim 08/09. Fiorentina berhasil lolos di 4 besar Serie A dan mengikuti Liga Champions 09/10. Pada Liga Champions edisi ini, seperti yang telah kita ketahui, Fiorentina berhasil lolos dengan menjadi juara grup dan menghadapi Bayern Muenchen pada bakak 16 besar. namun akhirnya fiorentina harus tersingkir dari gelaran Liga Champion...
Era Cecchi Gori Dan Hadirnya ‘Dewa’ Batistuta
Fiorentina belum puas mendatangkan pemain, karena di tahun 1992 nama-nama beken masuk ke Fiorentina tanpa filter sekalipun. Nama bintang Jerman, Stefan Effenberg dan Denmark, Brian Laudrup adalah nama yang hadir di Artemio Franchi atas dasar banyaknya uang yang dimiliki Cecchi Gori pada saat itu.
Tapi sebuah petaka datang ke Fiorentina. Petaka? Iya, petaka bagi siapa saja yang sudah menyukai Fiorentina saat itu. Sebuah klub yang lebih dari lima puluh tahun berada di Serie A harus mengalami degradasi. Fiorentina belum siap untuk menjadi salah satu dari AC Milan, Juventus, Inter Milan atau AS Roma pada saat itu. Bahkan pertunjukan yang disuguhkan Fioren seperti biasa-biasa saja walau dengan skuad yang bisa dibilang 'wah' pada masannya.
Sudah jelas Cecchi Gori murka, maka ditunjuklah pelatih asal kota Roma bernama Claudio Ranieri yang diserahi tugas membawa kembali Fiorentina ke Serie A. Fiorentina beruntung mempunyai sosok Gabriel Omar Batistuta yang setia bersama Fiorentina walau terdegradasi ke Serie B sekalipun. Atas kesetiaannya, Batistuta menjadi pemain yang disayangi oleh para pendukung Fiorentina.
Fiorentina kembali ke Serie A tahun 1993-1994 dan langsung memboyong bintang kembali dalam wujud, Manuel Rui Costa, Francesco Toldo dan Francesco Baiano. Penampilan mereka memang belum memenuhi ekspetasi tim yang menjadi tempat berkumpulnya pemain bintang. Tapi 'Batigol' menjadi salah satu pemain tersubur yang pernah hadir di Fiorentina.
Keberhasilan pertama Cecchi Gori dan Claudio Ranieri di Fiorentina adalah menjuarai Coppa Italia tahun 1995-1996. Fiorentina mengalahkan Atalanta dua kali dalam Final Coppa Italia yang saat itu masih memakai sistem tandang-kandang-ini sistem termacho yang pernah saya lihat dipertandingan Final.
Keberhasilan Fiorentina di Coppa membuat warga Florence, yang menyaksikan pertandingan dari layar lebar di pusat kota sontak meluapkan kegembiraan yang luar biasa. Mereka melihat era yang kembali bersinar seperti era 60-an. Mereka juga melihat sosok seperti ‘Dewa’ dalam diri Gabriel Omar Batistuta. Bahkan Fiorentina mempunyai rekor yang bagus di Coppa Italia dengan menyapu bersih delapan pertandingan dengan kemenangan dan memasukan 17 gol dan hanya kebobolan 3 gol, jelas itu adalah musim yang indah untuk La Viola.
Kesenangan terus berlanjut di Piala Super Italia dimana Fiorentina harus merasakan bertanding di ajang pemubka Serie 1996-1997 dengan jawara Serie A sebelumnya, AC Milan. Fiorentina sudah bosan jadi ‘miskin’ gelar, maka dihajarlah AC Milan dengan skor 2-1, dan lemari trofi Fiorentina pun kembali diisi dengan trofi yang bergengsi untuk ukuran domestik.
Era Kebangkrutan Dan Sumbangsih Keluarga Della Valle
Hal ini membuat Fiorentina bergejolak laksana cincau yang ditepak tangan. Adu argumen dan adu bacot kerap terjadi tatkala pemain, staff dan pelatih meminta haknya kepada manajemen Cecchi Gori untuk sekedar membeli susu atau membeli jersey Pro Duta. Penderitaan ini harus diputuskan bahwa Fiorentina benar-benar dinyatakan bankrut sebangkrut-bangkrutnya. Bahkan Fiorentina tidak diizinkan bermain di Serie B dan harus bubar terlebih dahulu jika ingin bermain di Serie C.
Tapi ada penyelamat muka Florence yaitu dua saudara Diego dan Andrea Della Valle. Bagai terulang dinasti Cecchi Gori yang juga bisnis keluarga dua orang saudara, maka Della Valle pun mendirikan klub baru bernama Florentia Viola. Nama tersebut masih berbau Fiorentina, dan jelas saja mereka mendaftarkan diri ke Serie C sebagai klub baru. Florentia Viola berangkat dari nol, karena mereka tidak mempunya sponsor jersey, pemain, bola, sponsor gede bahkan untuk lapangan saja mereka mengusahakan membeli beberapa asset yang pernah dimiliki Fiorentina. Namun mereka mendapat kepercayaan dari seluruh warga Florence.
Gairah serta antusiame warga Florence kembali terulang seperti tahun-tahun awal lahirnya sepakbola di Florence. Mereka benar-benar berada dibelakang Florentia Viola, memberikan dukungannya kepada klub dan tetap mempertahankan ciri khas kota Florence dan Fiorentina yang sudah bertahun-tahun ada di dada warga Florence.
Sejak kedatangan keluarga Della Valle di Fiorentina, klub ini mulai kembali membangun kejayaannya. Bahkan setelah memastika diri ke Serie A pada musim 2003-2004, keluarga Della Valle membeli semua sejarah Fiorentina yang pernah bangkrut dan kembali membawa nama, simbol dan sejarah dari Fiorentina.
Hingga saat ini, organisasi Fiorentina benar-benar bangkit dan melawan kepada kemiskinan klub yang pernah melanda Florence. Mereka mengahargai sejarah berdiri klub karena Della Valle sadar dan mengerti untuk apa Fiorentina hadir di Italia tahun 1926 silam. Karena klub Fiorentina berbeda dengan klub langganan juara lainnya. Mereka adalah klub yang mewakili fanatisme dan antusiasme warga Florence
Referensi
https://hasyimsoska.blogspot.com/2011/02/sejarah-klub-ac-fiorentina.html
0 Comments
Post a Comment