Sejarah Singapura

Museum selalu menyimpan beraneka cerita dan sejarah dalam berbagai rupa. Disini kita bisa menikmati suguhan audio-visual yang modern tentang bagaimana cikal bakal terbentuknya kota Singa ini. sangat menarik melihat berbagai ragam benda bersejarah yang sanggup bercerita bagaimana negeri tetangga Indonesia ini bertransformasi dari sebuah pelabuhan saja menjadi salah satu negara termakmur di dunia. Kekuasaan kolonial Britania  Pada 28 Januari 1819, Thomas Stamford Raffles mendarat di pulau utama di Singapura. Setelah melihat potensinya sebagai pos dagan strategis untuk kawasan Asia Tenggara, Raffles menandatangani perjanjian dengan Sultan Hussein Shah atas nama Perusahaan Dagang Hindia Timur Britania pada tanggal 6 Februari 1819 untuk mengembangkan bagian selatan Singapura sebagai pos dagang dan permukiman Britania. Hingga 1824, Singapura masih menjadi teritori yang dikuasai seorang sultan Melayu. Kemudian, teritori ini menjadi koloni Britania pada 2 Agustus 1824 ketika John Crawfurd, penduduk kedua Singapura, secara resmi menjadikan keseluruhan pulau sebagai kekuasaan Britania dengan menandatangani perjanjian dengan Sultan Hussein Shah yang menyatakan Sultan dan Temenggong menyerahkannya kepada Perusahaan Dagang Hindia Timur Britania. Tahun 1826, Singapura menjadi bagian dari Negeri-Negeri Selat, sebuah koloni Britania. Tahun 1869, 100.000 orang tinggal di pulau ini.  Pada abad ke-14, pulau kecil berlokasi strategis ini mendapatkan julukan baru. Menurut legenda, Sang Nila Utama, seorang Pangeran dari Palembang (ibu kota kerajaan Sriwijaya), sedang berburu ketika ia melihat seekor hewan yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Menganggap ini pertanda yang bagus, beliau kemudian mendirikan kota di mana hewan itu ditemukan, dan menamainya Kota Singa atau Singapura, yang diambil dari bahasa Sansekerta “simha” (singa) dan “pura” (kota).  Kota ini kemudian diperintah oleh lima raja Singapura kuno. Terletak di ujung Semenanjung Malaysia, titik pertemuan alami rute pelayaran, kota ini berkembang menjadi pos perdagangan bagi berbagai kapal laut, mulai kapal layar dari negeri Tiongkok, kapal layar Arab, kapal perang Portugis, hingga perahu Bugis. Tahukah Anda?  Arsitek pertama Singapore, George D. Coleman, tiba di kota ini pada tahun 1822, dan proyek pertamanya adalah Residency House untuk Sir Stamford Raffles. Dia juga membangun banyak rumah bergaya Palladian.

Museum selalu menyimpan beraneka cerita dan sejarah dalam berbagai rupa. Disini kita bisa menikmati suguhan audio-visual yang modern tentang bagaimana cikal bakal terbentuknya kota Singa ini. sangat menarik melihat berbagai ragam benda bersejarah yang sanggup bercerita bagaimana negeri tetangga Indonesia ini bertransformasi dari sebuah pelabuhan saja menjadi salah satu negara termakmur di dunia.

Kekuasaan kolonial Britania

Pada 28 Januari 1819, Thomas Stamford Raffles mendarat di pulau utama di Singapura. Setelah melihat potensinya sebagai pos dagan strategis untuk kawasan Asia Tenggara, Raffles menandatangani perjanjian dengan Sultan Hussein Shah atas nama Perusahaan Dagang Hindia Timur Britania pada tanggal 6 Februari 1819 untuk mengembangkan bagian selatan Singapura sebagai pos dagang dan permukiman Britania. Hingga 1824, Singapura masih menjadi teritori yang dikuasai seorang sultan Melayu. Kemudian, teritori ini menjadi koloni Britania pada 2 Agustus 1824 ketika John Crawfurd, penduduk kedua Singapura, secara resmi menjadikan keseluruhan pulau sebagai kekuasaan Britania dengan menandatangani perjanjian dengan Sultan Hussein Shah yang menyatakan Sultan dan Temenggong menyerahkannya kepada Perusahaan Dagang Hindia Timur Britania. Tahun 1826, Singapura menjadi bagian dari Negeri-Negeri Selat, sebuah koloni Britania. Tahun 1869, 100.000 orang tinggal di pulau ini.
Pada abad ke-14, pulau kecil berlokasi strategis ini mendapatkan julukan baru. Menurut legenda, Sang Nila Utama, seorang Pangeran dari Palembang (ibu kota kerajaan Sriwijaya), sedang berburu ketika ia melihat seekor hewan yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Menganggap ini pertanda yang bagus, beliau kemudian mendirikan kota di mana hewan itu ditemukan, dan menamainya Kota Singa atau Singapura, yang diambil dari bahasa Sansekerta “simha” (singa) dan “pura” (kota).

Kota ini kemudian diperintah oleh lima raja Singapura kuno. Terletak di ujung Semenanjung Malaysia, titik pertemuan alami rute pelayaran, kota ini berkembang menjadi pos perdagangan bagi berbagai kapal laut, mulai kapal layar dari negeri Tiongkok, kapal layar Arab, kapal perang Portugis, hingga perahu Bugis.

Tahukah Anda?

Arsitek pertama Singapore, George D. Coleman, tiba di kota ini pada tahun 1822, dan proyek pertamanya adalah Residency House untuk Sir Stamford Raffles. Dia juga membangun banyak rumah bergaya Palladian.

Efek Raffles

Singapore modern didirikan pada abad 19 berkat politik, perdagangan, dan seorang pria yang dikenal sebagai Sir Thomas Stamford Raffles.

Selama masa ini, kerajaan Inggris sedang mengincar pelabuhan singgah di kawasan ini untuk dijadikan pangkalan armada niaganya, dan demi mencegah setiap kemajuan yang dibuat Belanda. Singapore, yang saat itu sudah menjadi pos perdagangan baru di sepanjang Selat Malaka, tampak sesuai.

Raffles, yang saat itu menjabat Letnan Gubernur Bencoolen (sekarang Bengkulu) di Sumatera, mendarat di Singapore pada 29 Januari 1819. Menyadari besarnya potensi pulau yang tertutup rawa ini, ia pun membantu untuk melakukan perundingan dengan penguasa setempat dan menjadikan Singapore sebagai pos perdagangan. Tak lama, kota ini pun berkembang sebagai pusat perdagangan dan tempat penyaluran barang, menarik imigran dari Tiongkok, India, Kepulauan Malaysia, dan lainnya.

Pada 1822, Raffles mencanangkan Raffles Town Plan, yang juga dikenal sebagai Jackson Plan, untuk mengatasi masalah ketidakteraturan yang makin parah di koloni. Daerah pemukiman etnis dipisahkan menjadi empat wilayah. European Town dihuni oleh pedagang Eropa, Eurasia, dan orang Asia yang kaya-raya, sedangkan etnis Tionghoa diletakkan di Chinatown hari ini dan di sisi tenggara Singapore River. Etnis India bermukim di Kampong Chulia di utara Chinatown, dan Kampong Glam menampung warga Muslim, etnis Melayu, dan Arab yang bermigrasi ke Singapore. Singapura terus berkembang sebagai pos perdagangan, dengan berdirinya beberapa bank utama, asosiasi komersial, dan Chambers of Commerce. Pada 1924, sebuah jalur lintasan yang menghubungkan bagian utara  Singapore dengan Johor Bahru dibuka.

Perang dan Perdamaian


Singapore menjadi negara Koloni Kerajaan Inggris setelah Jepang menyerah. Kemakmuran Singapore mengalami pukulan besar selama Perang Dunia II, ketika pulau ini diserang oleh Jepang pada 8 Desember 1941. Penjajah tiba dari utara, mengacaukan para komandan militer Inggris yang mengira serangan laut akan dilancarkan dari sisi selatan. Meskipun menang jumlah, pasukan Sekutu menyerah kepada Jepang pada Tahun Baru Imlek, 15 Februari 1942. Ini merupakan tindakan menyerah terbesar dari pasukan Inggris dalam catatan sejarah. Pulau ini, yang dulu dielu-elukan sebagai "benteng yang tak tertembus", diganti namanya menjadi Syonan-to (atau "Cahaya dari Pulau Selatan" dalam bahasa Jepang).

Ketika Jepang menyerah pada 1945, pulau ini diserahkan kepada Pemerintahan Militer Inggris, yang tetap berkuasa hingga Negeri-Negeri Selat yang terdiri atas Penang, Melaka, dan Singapore dibubarkan. Pada April 1946, Singapore menjadi negara Koloni Kerajaan Inggris.

Jalan Menuju Kemerdekaan

Singapore menempuh jalan yang panjang hingga menjadi seperti sekarang ini. Pada 1959, bertumbuhnya jiwa nasionalisme mengarah pada pemerintahan mandiri dan pemilihan umum pertama yang diadakan di Singapore. People’s Action Party (PAP) memenangkan sebagian besar dari 43 kursi dan Lee Kuan Yew menjadi perdana menteri pertama Singapore.

Pada 1963, Malaysia dibentuk, terdiri dari Federasi Malaya, Singapore, Sarawak, dan Kalimantan Utara (sekarang Sabah). Gerakan itu dimaksudkan untuk mendorong hubungan yang lebih dekat. Namun, penyatuan Singapore dengan negara lainnya terbukti gagal, dan kurang dari dua tahun kemudian, pada 9 Agustus 1965, Singapore meninggalkan Malaysia untuk menjadi negara demokratis yang merdeka dan berdaulat.

0 Comments

Post a Comment