Biografi Urip Sumoharjo

   Biografi Urip Sumoharjo      Biodata   Nama lahir : Muhammad Sidik  Lahir : 22 Februari 1893 Purworejo, Hindia Belanda  Meninggal : 17 November 1948 (umur 55) Yogyakarta, Indonesia  Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kusumanegara  Lama dinas : 1914–1939, 1942, 1945–1948  Pangkat : Letnan Jenderal Jenderal (anumerta)  Perang : Revolusi Nasional Indonesia  Biografi   Urip Sumoharjo dilahirkan di desa Sindurjan, Purworejo pada tanggal 22 Februari 1893. Nama lahir dari Urip Sumoharjo adalah Muhammad Sidik. Ayahnya bernama Soemohardjo, seorang kepala sekolah turunan ulama Muslim di daerahnya dan ibunya adalah putrid Bupati Trenggalek Raden Tumenggung Widjojokoesoemo.  Urip Sumoharjo adalah enam bersaudara. Sejak kecil Urip Sumoharjo sudah menunjukkan bakat kepemimpinannya. Ia sering bergaul dengan anak-anak sebayanya dan mengkomandani mereka untuk bermain.  Suatu hari ia sedang bermain dengan teman-temannya. Ia memajat pohon dan kemudian terjatuh. Akibatnya ia kehilangan kesadaran untuk beberapa waktu. Karena kejadian inilah nama Muhammad Sidik (nama lahirnya) diganti dengan nama Urip Sumoharjo. Urip artinya hidup atau selamat.  Urip Sumoharjo kecil agak bandel, susah diatur. Ketika masuk masa sekolah, ia disekolahkan di Sekolah Putri Belanda (karena sekolah putra udah penuh saat itu). Urip Sumoharjo bukanlah murid yang cerdas, nilai akademisnya bahkan tergolong buruk.  Urip Sumoharjo Masuk KNIL   Ketika Urip Sumoharjo remaja, ia berkenalan


Biodata


Nama lahir : Muhammad Sidik

Lahir : 22 Februari 1893 Purworejo, Hindia Belanda

Meninggal : 17 November 1948 (umur 55) Yogyakarta, Indonesia

Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kusumanegara

Lama dinas : 1914–1939, 1942, 1945–1948

Pangkat : Letnan Jenderal Jenderal (anumerta)

Perang : Revolusi Nasional Indonesia


Biografi


Urip Sumoharjo dilahirkan di desa Sindurjan, Purworejo pada tanggal 22 Februari 1893. Nama lahir dari Urip Sumoharjo adalah Muhammad Sidik. Ayahnya bernama Soemohardjo, seorang kepala sekolah turunan ulama Muslim di daerahnya dan ibunya adalah putrid Bupati Trenggalek Raden Tumenggung Widjojokoesoemo.

Urip Sumoharjo adalah enam bersaudara. Sejak kecil Urip Sumoharjo sudah menunjukkan bakat kepemimpinannya. Ia sering bergaul dengan anak-anak sebayanya dan mengkomandani mereka untuk bermain.

Suatu hari ia sedang bermain dengan teman-temannya. Ia memajat pohon dan kemudian terjatuh. Akibatnya ia kehilangan kesadaran untuk beberapa waktu. Karena kejadian inilah nama Muhammad Sidik (nama lahirnya) diganti dengan nama Urip Sumoharjo. Urip artinya hidup atau selamat.

Urip Sumoharjo kecil agak bandel, susah diatur. Ketika masuk masa sekolah, ia disekolahkan di Sekolah Putri Belanda (karena sekolah putra udah penuh saat itu). Urip Sumoharjo bukanlah murid yang cerdas, nilai akademisnya bahkan tergolong buruk.


Urip Sumoharjo Masuk KNIL


Ketika Urip Sumoharjo remaja, ia berkenalan dengan teman ayahnya yang seorang tentara. Disitulah ketertarikannya dengan dunia ketentaraan muncul. Akhirnya Urip memutuskan untuk bergabung dengan KNIL (Koninklijk Nederlands-Indische Leger) semacam ketentaraan jaman Belanda.

Sebenarnya sang ayah ingin dirinya ikut tes pegawai negeri agar bisa menjadi bupati seperti sang kakek. Namun Urip Sumoharjo sudah memutuskan jalan hidupnya. Ia kekeuh masuk dalam KNIL. Urip Sumoharjo adalah satu-satunya pribumi di KNIL saat itu. Namun ia justtru dipasrahi sebagai pemimpin di Batalyonnya.

Ketika bertugas di kampung halamannya sendiri Urip berkenalan dengan seorang gadis yang  ernama Rohmah Soebroto, putri dari guru bahasa jawanya saat sekolah dulu. Mereka kemudian menikah pada 30 Juni 1926. Karir Urip Sumoharjo di KNIL makin meningkat. Ia dipromosikan sebagai Kapten. Itu adalah pangkat tertinggi untuk pribumi pada waktu itu.

Tahun 1938 Urip Sumoharjo keluar dari KNIL karena berselisih dengan bupati di wilayah itu. Akibatnya ia dipindahkan ke Gombong. Namun Urip Sumoharjo menolak dan memilih keLuar dari KNIL. Urip kemudian pindah ke Yogyakarta bersama sang istri. Mereka menghabiskan masa pensiunnya disitu. Walaupun sudah tidak aktif di angkatan bersenjata, Urip Sumoharjo tetap berhubungan dengan teman-temannya. Urip dan Istri tidak memiliki anak, ia kemudian mengadopsi anak Belanda yang bernamaAbby.

   Biografi Urip Sumoharjo      Biodata   Nama lahir : Muhammad Sidik  Lahir : 22 Februari 1893 Purworejo, Hindia Belanda  Meninggal : 17 November 1948 (umur 55) Yogyakarta, Indonesia  Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kusumanegara  Lama dinas : 1914–1939, 1942, 1945–1948  Pangkat : Letnan Jenderal Jenderal (anumerta)  Perang : Revolusi Nasional Indonesia  Biografi   Urip Sumoharjo dilahirkan di desa Sindurjan, Purworejo pada tanggal 22 Februari 1893. Nama lahir dari Urip Sumoharjo adalah Muhammad Sidik. Ayahnya bernama Soemohardjo, seorang kepala sekolah turunan ulama Muslim di daerahnya dan ibunya adalah putrid Bupati Trenggalek Raden Tumenggung Widjojokoesoemo.  Urip Sumoharjo adalah enam bersaudara. Sejak kecil Urip Sumoharjo sudah menunjukkan bakat kepemimpinannya. Ia sering bergaul dengan anak-anak sebayanya dan mengkomandani mereka untuk bermain.  Suatu hari ia sedang bermain dengan teman-temannya. Ia memajat pohon dan kemudian terjatuh. Akibatnya ia kehilangan kesadaran untuk beberapa waktu. Karena kejadian inilah nama Muhammad Sidik (nama lahirnya) diganti dengan nama Urip Sumoharjo. Urip artinya hidup atau selamat.  Urip Sumoharjo kecil agak bandel, susah diatur. Ketika masuk masa sekolah, ia disekolahkan di Sekolah Putri Belanda (karena sekolah putra udah penuh saat itu). Urip Sumoharjo bukanlah murid yang cerdas, nilai akademisnya bahkan tergolong buruk.  Urip Sumoharjo Masuk KNIL   Ketika Urip Sumoharjo remaja, ia berkenalan

Urip Sumoharjo Menjadi Pemimpin TKR


Tahun 1940, Urip Sumoharjo dipanggil lagi untuk bertugas , saat itu Belanda sedang diinvasi Nazi. Saat itu juga Jepang siap-siap menuju Indonesia. Ketika Jepang menduduki Hindia, Urip dimasukkan ke penjara karena dianggap oarangnya Belanda. Tiga bulan lebih ia dipenjarakan di Cimahi oleh penjajah Jepang. Setelah dikeluarkan, Urip disuruh Jepang untuk membentuk angkatan bersenjata dibawah kepemimpinan Jepang di Hindia. Namun Urip menolak. Urip dan istri kemudian kembali ke rumahnya di Yogyakarta. Hubungan dengan teman-teman militer pribumi tetap ia bina, seperti dengan Abdul Haris Nasution.

Setelah Jepang mundur tanpa syarat dan Indonesia merdeka, Urip mengajukan petisi untuk membentuk tentara militer nasional. Ketika itu BKR sudah dibentuk. Yang kemudian berubah menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Urip didaulat menjadi pemimpin TKR. Ketika Belanda melakukan Agresinya untuk menjajah kembali Indonesia, Urip ikut serta membela Indonesia. Ia bersama Jendral Sudirman bersatu padu melawan Belanda.

Ketika menjadi pemimpin TKR dan hendak melancarkan perang gerilya terhadap Belanda yang ingin menjajah Indonesia lagi, Urip dan Jendral Sudirman menyusun taktik perang penembak jitu. Namun tiba-tiba pemerintah pusat menyetujui perjanjian Renville yang sebenarnya merugikan pihak Indonesia. Urip memandang perjanjian tersebut membuat Belanda sedikit demi sedikit menguasai Indonesia lagi setelah merdeka. Hal ini membuat Urip Sumoharjo memilih mundur dari TKR.


Beralih Cita-Cita


Pada mulanya, Jenderal Urip Sumoharjo tidak bercita-cita menjadi tentara. Cita-cita awalnya adalah menjadi pegawai pemerintah. Namun, ketika sekolah di OSVIA (Sekolah Calon Pegawai Pemerintah) di Magelang, tumbuh cita-cita beliau untuk menjadi tentara.

Karena cita-citanya itu, Jenderal Urip Sumoharjo keluar dari OSVIA dan memasuki sekolah militer di Jakarta. Pada 1913, ia lulus dari sekolah tersebut dengan menyandang status sebagai perwira teladan karena nilai yang diperolehnya sangat bagus.

Setelah lulus dari sekolah militer, ia mulai menjadi tentara dan berdinas di KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger). KNIL adalah tentara Kerajaan Hindia-Belanda. Meski demikian, KNIL banyak beranggotakan penduduk pribumi dan orang Indo-Belanda, bukan orang Belanda asli.

Selain Jenderal Urip Sumoharjo, banyak tokoh militer Indonesia yang dulunya bekas anggota KNIL yang kemudian memegang peranan penting dalam pembangunan angkatan bersenjata Indonesia di zaman kemerdekaan, di antaranya A.H. Nasution, Gatot Subroto, T.B. Simatupang, dan A.E. Kawilarang.

Saat masuk KNIL, Jenderal Urip Sumoharjo berpangkat letnan dua. Ia pernah ditempatkan di Kalimantan dan Padang Panjang, Sumatra Barat. Kendati telah menjadi tentara KNIL, perhatian Jenderal Urip Sumoharjo terhadap bangsa dan negaranya tetap tak surut.  Ia kerap melakukan protes terhadap pemerintah Hindia-Belanda yang sering berlaku tak adil terhadap anggota-anggota KNIL yang pribumi.


Keluar dari KNIL


Ketika diadakan perayaan hari ulang tahun Ratu Belanda, Wilhelmina, Jenderal Urip Sumoharjo melarang Bupati Purworejo menghadiri kegiatan tersebut. Penyebabnya, sang Bupati terlambat datang yang berarti melanggar peraturan panitia yang diketuai Jenderal Urip Sumoharjo. Karena larangannya itu, Jenderal Urip Sumoharjo dipindahkan ke Gombong, Kebumen. Akan tetapi, pemindahan itu ditolaknya dan ia lebih memilih keluar dari KNIL.

Pada zaman pendudukan Jepang, Jenderal Urip Sumoharjo menjadi tawanan perang. Setelah tiga bulan ditawan, ia kemudian dibebaskan dan ditawarkan menjadi Komandan Polisi. Namun, tawaran itu ditolaknya. Karena dianggap membangkang, Jepang akhirnya melakukan pengawasan terhadap Jenderal Urip Sumoharjo.

Memasuki zaman kemerdekaan, Jenderal Urip Sumoharjo mengusulkan agar pemerintah segera membentuk tentara. Usul itu disetujui dan berdirilah Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pemerintah pun mengangkat Jenderal Urip Sumoharjo sebagai Kepala Staf Umum TKR, suatu jabatan tertinggi pertama dalam TKR Dalam posisinya sebagai pemimpin tertinggi TKR, Jenderal Urip Sumoharjo terus berupaya menyempurnakan keorganisasian tentara hingga kelak TKR berkembang menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Pada 1948, Jenderal Urip Sumoharjo mengundurkan diri dari jabatan Kepala Staf Umum TKR. Hal itu karena ia tidak setuju dengan Perjanjian Renville yang dianggapnya banyak merugikan Indonesia. Namun, kemudian ia diangkat sebagai penasihat militer Presiden Soekarno.


Gelar Pahlawan

Jenderal Urip Sumoharjo wafat pada 17 November 1948. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya bagi bangsa dan negara, pemerintah telah menganugerahinya gelar Pahlawan Pembela Kemerdekaan berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 314/ Tahun 1964, tanggal 10 Desember 1964.


Penghargaan


Pahlawan Nasional Indonesia

0 Comments

Post a Comment