Leicester City F.C. adalah sebuah tim sepak bola Inggris berbasis di Leicester. Leicester Dikenal juga dengan sebutan The Foxes. Klub ini memainkan pertandingan kandangnya di Stadion King Power yang berkapsitas 32.000 penonton. Seragam mereka berwarna biru dan celana putih. Klub ini kini berlaga di Liga Utama Inggris. Tim ini didirikan tahun 1884, dengan nama klub Leicester Fosse, yang kemudian pada tahun 1919 diganti dengan Leicester City. Leicester berpindah ke Filber Street pada tahun 1891 dan sempat bermain selama 111 tahun, Pada Tahun 2013, Stadion Walker diubah menjadi Stadion King Power setelah pergantian kepemilikan. Leicester City terpilih di ajang Liga Inggris pada tahun 1894, dan di akhir musim berhasil menduduki posisi runner up pada divisi satu (1928-29).
Ketua : Vichai Srivaddhanaprabha
Vichai Srivaddhanaprabha adalah pengusaha miliarder Thailand, pendiri dan CEO dari King Power Duty Free. Srivaddhanaprabha dilahirkan dalam sebuah keluarga Cina-Thailand. Dia adalah pendiri dan CEO dari King Power Duty Free, operator dari toko bebas bea. Pada bulan Desember 2009, King Power menerima surat perintah kerajaan dari Raja Thailand dalam sebuah upacara yang dihadiri oleh Raksriaksorn. Dia adalah sebagai orang terkaya ke-9 di Thailand oleh peringkat Majalah Forbes. Vichai membeli klub sepak bola Inggris yaitu Leicester City pada bulan Agustus 2010. Pada 10 Februari 2011, ia ditunjuk sebagai ketua Leicester City sambil terus sebagai pemilik.
Manajer dan Pelatih : Claudio Ranieri
Claudio Ranieri adalah seorang mantan pemain sepak bola asal Italia yang saat ini menjadi pelatih Leicester City. Ketika ia berkiprah sebagai pemain, Ranieri pernah bermain untuk AS Roma (1973-74), Catanzaro (1974-1982), Catania (1982-1984), dan Palermo (1984-1986). Klub-klub yang pernah dilatih oleh Ranieri antara lain: Campania, Cagliari (1987), Napoli (1988), Fiorentina (1993), Valencia (1997 dan 2004), Atlético Madrid (1999), Chelsea F.C. (2000-2004), Juventus (2007-2009), Roma (2009–2011), dan Pada 22 September 2011 jadi pelatih Inter hingga 26 Maret 2012. Pada 30 Mei 2012, Ranieri ditunjuk sebagai pelatih AS Monaco dengan menandatangani kontrak berdurasi dua tahun. Akhirnya saat ini dia menjadi pelatih Leicester City.
Leicester City merupakan sebuah klub sepakbola yang berasal dari kota Leicester, Inggris. Klub ini menjadi terkenal setelah mampu menjuarai English Premier League 2015/2016 pertama kalinya dalam sejarah klub. Sekarang ini, hampir semua penggemar sepakbola di dunia mengetahui siapa itu Leicester City. Tapi, tak banyak yang tahu siapa Leicester pada musim 2014/2015 (semusim sebelum menjadi juara). Setelah menjadi juara Championship musim 2013/2014, musim selanjutnya (musim 2014/2015) Leicester harus berjuang untuk bertahan di EPL. Klub ini susah payah lolos dari jeratan degradasi pada musim 2014/2015. Mengawali musim 2015/2016 di bawah pelatih baru sang Tinkerman, Claudio Ranieri, Leicester sama sekali tidak dijagokan menjadi juara, bahkan menembus empat besar pun tidak. Di awal musim bahkan Leicester diprediksi akan degradasi dari EPL ke Championship. Pemain-pemain baru pun didatangkan untuk menepis prediksi ini. Mahrez, Kante, Huth adalah beberapa pemain yang didatangkan di awal musim 2015/2016 dengan harga seadanya, tidak lebih dari 10 juta pundsterling. Komposisi pemain tidak terlalu berbeda jauh dengan skuad Leicester City di paruh kedua musim 2014/2015. Dengan harga skuad sekitar 72 juta euro di awal musim, Leicester sedang bermimpi untuk bertahan di EPL. Namun ternyata tak disangka-sangka, penampilan yang kompak mampu mendobrak anggapan awal seluruh supporter EPL. Leicester City mampu meroket di awal musim ini. Leicester City mampu berada di papan atas Liga Primer Inggris. Namun, anggapan buruk tetap ada. Anggapan seperti “Palingan entar juga melorot di tengah musim.” dan “Hanya tim kejutan, palingan juga entar kalah terus.”, cukup membanjiri publik kala itu. Namun, perlahan tapi pasti, Leicester mampu mempertahankan kekompakan tim sehingga terus berada di papan atas EPL. Tidak ada pemain bintang dalam tim ini. Semua pemain berperan penting dalam penampilan tim. Banyak yang mengatakan bahwa Mahrez adalah nyawa dari tim ini. Namun, saya kurang setuju. Saya lebih setuju kekompakan tim lah yang menjadi nyawa dari tim ini. Dari penjaga gawang, defender, midfielder, hingga striker tampil sangat baik. Bahkan pemain lapis dua seperti Ulloa juga bermain sangat baik saat diturunkan.
Pekan ke pekan terus terlewati. Saya yang menjagokan Chelsea harus kecewa karena prediksi saya salah total. Penampilan Chelsea di awal musim yang sungguh mengecewakan, saya prediksi akan membaik di tengah musim dan akhirnya bisa menembus papan atas lagi. Tapi, kenyataannya Chelsea harus puas menutup musim di peringkat 9. Prediksi ini terbalik dengan prediksi saya pada Leicester. Saya yang memprediksi kalau Leicester akan melorot, harus makin kecewa karena prediksi itu tidak terjadi. Leicester akhirnya mengunci gelar EPL di pekan 36, saat Chelsea mampu menahan imbang rival terdekat saat itu, Tottenham Hotspur.
Leicester City mampu menjadi juara EPL di era modern EPL. Menurut saya, ini sungguh menakjubkan. Tim ini mampu mensejajarkan diri bersama MU, Arsenal, Chelsea, Man City, dan Blackburn Rovers. Tim besar seperti Liverpool dan Tottenham Hotspur saja belum pernah mencicipi mengangkat trofi Liga Inggris di era EPL. Selain itu, hebatnya lagi menurut saya adalah Leicester mampu mengalahkan tim-tim bertabur bintang mahal seperti Manchester City dan Chelsea. Di era modern ini, sudah bukan rahasia publik apabila tim yang dihuni pemain mahal menjadi syarat untuk datangnya prestasi. Leicester City telah melawan segala teori. Leicester City telah berhasil menjungkirbalikkan segala prediksi.
0 Comments
Post a Comment