Rohingya menyebut diri mereka sendiri sebagai Ruáingga / ɾuájŋɡa / . Yang mana Istilah "Rohingya" berasal dari Rakhanga atau Roshanga ,merupakan kata-kata yang merujuk pada negara bagian Arakan. Dalam bahasa yang dominan di wilayah tersebut, mereka dikenal sebagai rui hang gya Yang mana mereka adalah salah satu etnis di Myanmar yang mayoritas adalah Muslim dan minoritas adalah orang Hindu. mereka tinggal di negara bagian Arakan, di Myanmar (Burma). Meskipun terdapat sekitar 800.000 Rohingya tinggal di Myanmar, dan tampaknya nenek moyang mereka juga telah tinggal di negara tersebut selama berabad-abad, Namun pemerintah Birma (myanmar) tidak mengenal orang Rohingya sebagai warga negara. Orang-orang Rohingya juga dibatasi dari kebebasan dalam bergerak, pekerjaan, pendidikan dan pekerjaan sipil di Myanmar.
Rohingya termasuk kelompok etnis Indo-Arya yang sama dengan kelompok Indo-Arya di India dan Bangladesh. Berlawanan dengan mayoritas Etnis di Myanmar yang merupakan kelompok etnis Sino-Tibet. Adapun awal interaksi antara Islam dan orang Rohingya dimulai sejak abad ke-9 dimana Para pendakwah Islam sering mengunjungi pantai timur laut Teluk Benggala. Kemudian, kerajaan Muslim India, seperti Kesultanan Bengal dan Kekaisaran Mughal, memiliki beberapa aliansi dan perang dengan wilayah Arakan saat itu.
Bukti awal permukiman Muslim Bengali di Arakan dapat dilihat kembali pada masa Min Saw Mon (1430-34) dari Kerajaan Mrauk U. Dimana Setelah 24 tahun diasingkan di Bengal, dia menguasai takhta Arakan pada tahun 1430 dengan bantuan militer dari Kesultanan Bengal. Orang Bengali yang datang bersamanya membentuk permukiman mereka sendiri di wilayah tersebut. Min Saw Mon menyerahkan beberapa wilayah ke Sultan Benggala dan mengakui kedaulatannya atas wilayah tersebut. Sebagai pengakuan atas status bawahan kerajaannya, raja-raja Arakan menerima gelar-gelar Islam dan menggunakan dinar emas Bengali di dalam kerajaan. Min Saw Mon mencetak koinnya sendiri dengan alfabet Burma di satu sisi dan alfabet Persia di sisi lain
Setelah kematian Sultan Jalaluddin Muhammad Shah pada tahun 1433, penerus Narameikhla menyerang Bengal dan menduduki Ramu pada tahun 1437 dan Chittagong pada tahun 1459. kemudian memegang Chittagong sampai tahun 1666. Bahkan setelah mendapatkan kemerdekaan dari Sultan Benggala, raja-raja Arakan masih melanjutkan kebiasaan mereka mempertahankan gelar-gelar Muslim. Selain itu raja-raja Budha juga memperlakukan diri mereka sama seperti Sultan-sultan di kerajaan Islam . Mereka juga terus mempekerjakan kaum Muslim dalam posisi bergengsi di pemerintahan kerajaan kebanyakan dari etnis Bengal.
Kemudian pada abad ke-17, terjadi perselisihan antara orang-orang Bengali dan Buddha di Arakan dimana puluhan ribu Muslim Bengali ditangkap oleh perampok-perampok dari Arakan. Orang-orang yang ditangkap tersebut kemudian disuruh bertugas di tentara kerajaan dan yang lainnya dijual sebagai budak serta ada juga yang kemudian dipaksa tinggal di Arakan.
Pada tahun 1785, orang-orang Burma Buddha dari selatan negara itu menaklukkan Arakan. Mereka mengusir atau membunuh semua orang Muslim Rohingya yang bisa mereka temukan; sekitar 35.000 orang Arakan kemungkinan melarikan diri ke Bengal, yang merupakan bagian dari Raj Inggris di India.
Pada tahun 1826, Inggris menguasai Arakan setelah Perang Inggris-Birma Pertama (1824-26). Mereka kemudian mendorong petani dari Bengal untuk pindah ke Arakan, baik yang berasal dari Rohingya maupun penduduk asli Bengali. Masuknya tiba-tiba imigran dari Inggris India memicu reaksi yang kuat dari kebanyakan orang Arakan (Rakhine) yang saat itu kebanyakan beragama Budha yang tinggal di daerah tersebut, hal tersebut kemudian menyebabkan benih ketegangan etnis yang masih ada sampai hari ini.
Ketika Perang Dunia II pecah, Inggris meninggalkan Arakan dalam menghadapi ekspansi Jepang ke Asia Tenggara. Dalam kekacauan yang disebabkan oleh penarikan pasukan Inggris, pasukan Muslim dan Budha mengambil kesempatan untuk melakukan pembantaian satu sama lain. Banyak orang Rohingya masih meminta perlindungan ke Inggris, dan berfungsi sebagai mata-mata untuk Sekutu. Ketika Jepang menemukan hubungan ini, mereka memulai sebuah program mengerikan untuk menyiksa, memerkosa bahkan pembunuhan terhadap orang-orang Rohingya di Arakan. Puluhan ribu orang Rohingya di Arakan sekali lagi melarikan diri ke Bengal.Pada akhir Perang Dunia ke-2 , dan saat Jenderal Ne Win dikudeta pada tahun 1962, Rohingya menganjurkan untuk memisahkan diri . Ketika junta militer mengambil alih kekuasaan di Rangon, mereka menindak keras orang Rohingya, separatis dan orang-orang non-politik. Mereka juga membantah kewarganegaraan Myanmar kepada orang-orang Rohingya, dan mendefinisikan mereka sebagai orang Bengali yang tidak memiliki kewarganegaraan.Sejak saat itu, orang Rohingya di Myanmar telah hidup terlantar. Dan juga dalam beberapa tahun terakhir, mereka menghadapi meningkatnya penganiayaan dan serangan, bahkan dalam beberapa kasus dari para biksu Buddha.
Referensi
https://www.thoughtco.com/who-are-the-rohingya-195006
https://en.wikipedia.org/wiki/Rohingya_people
0 Comments
Post a Comment