Nama Lengkap: Cagliari Calcio
Didirikan: 1920
Stadion: Stadio Sant'Elia (Kapasitas: 16.000 kursi)
Kota Asal: Cagliari
Presiden: Tommaso Giulini
Pelatih: Massimo Rastelli
Julukan: Rossoblu (Merah-biru), Isolani (Penghuni Pulau), Sardi (Orang-orang Sardinia), Casteddu (Nama Orang-orang Sardinia untuk Cagliari)
Debut Kompetisi Serie A: 1964/1965
Jumlah Tampil di Serie A:u 37 Musim
Gelar Scudetto Serie A: 1 (1969/1970)
Peringkat Musim 2015/16: 1 (Serie B, Promosi)
Sejarah
Cagliari Calcio adalah klub sepak bola Italia yang berasal di kota Cagliari kepulauan Sardinia. Didirikan pada tahun 1920, mencapai Serie A Italia untuk pertama kalinya pada tahun 1964. Ia memenangkan kejuaraan Italia, sekaligus menjadi tim pertama dari luar daratan utama Italia pada 1969-70, setelah mencapai tempat kedua dimusim sebelumnya. Cagliari menempati peringkat ke-14 dari 66 tim berdasarkan klasemen sepanjang masa Serie A. Simbol pemain, Gigi Riva, adalah pencetak gol dengan rasio tertinggi dari tim nasional Italia dengan 35 gol dari 42 pertandingan yang diamainkan, dia juga sudah tiga kali menjadi top Skorer Serie A.Sebuah sejarah yang mulia, yang dicetak oleh karakter legendaris. Kebanggaan dari seluruh wilayah Sardinia, salah satu tim paling populer di Italia. Kejuaraan tahun 1970 telah mewakili puncak kejayaan, namun peristiwa rossoblu harus dibaca sebagai novel kehidupan. Baik dan jahat, suka dan duka: kemenangan mendebarkan, tujuan mengesankan, tetapi juga kekalahan pahit dan jatuh, namun Cagliari selalu berhasil pulih. Kurung waktu yang mengesankan: tempat kedua di Serie A pada tahun 1969, tampil di semifinal UEFA pada tahun 1994, Salvezza tak terduga pada tahun 1965, 1991 dan 2008, promosi ganda dari Serie C ke Serie A pada akhir era 80-an. Dan timnya Gigi Riva, pencetak gol terbaik dalam sejarah sepak bola Italia, bomber pangeran tim Nasional; trio Uruguay Francescoli-Herrera-Fonseca; Gianfranco Zola, juara dari Oliena yang beremigrasi ke Inggris dan kembali mendorong hatinya untuk kembali ke Serie A; Daniele Conti, seorang kapten dan mematikan, pemegang rekor penampilan di Cagliari. pelatih epik: Silvestri, Manlio Scopigno, Gustavo Giagnoni, Claudio Ranieri, Carletto Mazzone, Massimiliano Allegri. Cerita cinta dan kebanggaan, kerja keras dan pengorbanan.
Asal-Usul, Tahun ke Tahun
Sepak bola di Italia lahir secara resmi pada tahun 1893, dengan berdirinya Genoa Cricket dan Athletic Club. Sebelum sepakbola modern dikenal, di Sardinia, dimulai dengan wilayah Utara. Ada laporan dari permainan yang dimainkan di Calangianus, pada akhir abad ke-19, antara pekerja dan insinyur Inggris yang bekerja dalam proyek pembangunan jalur kereta api. Pertandingan yang membangkitkan rasa ingin tahu dan semangat pemuda pribumi, Sardi. Benih ditaburkan. Sebuah klub didirikan pada tahun 1903 dengan nama Ilva Football Club, dua tahun kemudian giliran dari kota Olbia.
Sebagai kota Pelabuhan, begitu banyak kapal-kapal Inggris, menjadikan Cagliari sebagai ibukota sepak bola di pulau itu. Pertandingan sebenarnya pertama kali dilaporkan oleh pers berlangsung pada pagi musim gugur tahun 1900, termasuk sekelompok mahasiswa Cagliari melawan pelaut Genoa, tiba di kota beberapa hari sebelumnya dengan sebuah kapal uap tua.
Bertanding di Piazza d'Armi penuh genangan air akibat guyuran hujan pada malam sebelumnya. Dimainkan dengan bola kulit, lebih besar dan kurang bulat dengan tiang gawang yang terdiri dari dua batang pohon yang kokoh. Tim asal Liguria menang, tentu saja karena lebih berpengalaman dan memiliki fisik yang kuat.
Pada tahun 1911, Klub Senam Amsicora pergi ke Turin untuk memainkan turnamen melawan tim berpengalaman di daratan Italia. Kekalahan besar, tetapi itu adalah pengalaman hebat yang menjadi dasar bagi terciptanya sebuah klub sepak bola Cagliari. Sehingga tiba waktunya memiliki tim resmi. Dokter bedah ternama Gaetano Fichera, pada 30 Mei 1920 mendirikan Cagliari Football Club.
Pertandingan pertama Cagliari melawan Torres, dengan cuaca yang panas pada 8 September 1920 di Stallaggio Meloni, Cagliari yang mengenakan jersey berwarna neroazzurra (biru-hitam) sukses mengalahkan tim dari kota Sassari itu dengan skor 5-2, Alberto Figari mencetak hat-trick.
Klub seumur jagung ini kemudian ambil bagian dalam turnamen lokal Sardinia " Torneo Sardegna". Lawannya adalah Torres, Ilva Maddalena dan Eleonora d’Arborea. Sebagai tuan rumah dan dibawah bimbingan pelatih yang merangkap pemain, Giorgio Mereu memenangkan semua pertandingan. Mereu, yang juga berprofesi sebagai pengacara, kemudian menjadi presiden baru menggantikan Fichera.
Pada musim 1921-1922 Berpartisipasi dalam Turnamen Regional Sardinia, menempati posisi kedua. Pada tahun 1922, Cagliari membangun tribun di Stallaggio Meloni yang diperlukan guna mengakomodasi jumlah penonton yang semakin berkembang.
Pada 1922-1923 ambil bagian di Divisi III Kejuaraan Sardi dan di akhir musim ia mengaku ke Divisi Pertama Kejuaraan Sardi. Pada 1923-1924 berpartisipasi dalam turnamen Sardinia, tetapi kompetisi dihentikan karena alasan ketertiban umum.
Pada 1924, Terjadi penggabungan antara Cagliari F.C dengan Unione Sportiva Italia yang melahirkan Club Sportivo Cagliari, melanjutkan partisipasi di Prima Divisione Kejuaraan Sardi. Pada tahun 1926 Cagliari untuk pertama kalinya terlihat mengenakan seragam dengan warna merah dan biru "Rossoblu", yang menjadi warna kebanggaan hingga kini.
Di akhir 1920-an, setelah krisis keuangan yang lama, perusahaan ditata ulang oleh walikota Vittorio Tredici dan pengacara Carlo Costa Marras: diputuskan untuk membeli pemain dari luar pulau. Pada tahun 1927 tim ini dipercayakan kepada pelatih asal Hungaria Robert Winkler, yang juga merangkap sebagai kiper atau gelandang.
Pada tahun 1928, Cagliari mengambil bagian dalam kejuaraan nasional pertama, ke Prima Divisione. Debut tanggal 16 Oktober 1928, kalah 2-1 menghadapi Virtus Goliarda. Gol Cagliari dicetak Tonino Fradelloni, anak ketiga dari empat bersaudara pemain ditubuh Isolani. Para penonton mulai mengagumi dirinya. Cagliari yang memakai markas baru Via Pola sukses mencapai putaran final, namun kalah melawan Lecce, Palermo dan Foggia.
Setelah menempati posisi ke-5 pada tahun 1930, di tahun berikutnya berkat pelatih asal Hungaria Ernest Erbstein dan mendatangkan kiper Bedini dari Pisa serta gelandang Ossoinak dari Roma, Cagliari memenangkan Grup F Prima Divisione dan berhak untuk ke final. Di partai puncak, menghadapi Salernitana, Isolani menahan imbang 1-1 pada laga away dan menang 2-1 dikandang, Cagliari promosi ke Serie B untuk pertama kalinya.
Kurangnya sumber daya keuangan, membuat perusahaan membuang bagian terbaiknya, termasuk pelatih Erbstein. Tahun berikutnya Aldo Pacca terpilih sebagai presiden. Kegagalan terjadi pada tahun 1935, meskipun finish diposisi kesembilan Serie B, Cagliari dinyatakan bangkrut dan memaksanya terdegradasi.
Klub baru didirikan dengan nama Unione Sportiva Cagliari dan memulai kompetisi di Seconda Divisione (Kasta Kelima). Berhasil menjuarai grup dan Promosi ke ke Prima Divisione. Tiket promosi ke Serie C kemudian didapatkan pada musim berikutnya.
Pada tahun 1937 di Serie C, Cagliari nyaris degradasi setelah finis di urutan ke-13. Pada tahun 1938, Presiden Mario Benditelli kembali memboyong Robert Winkler sebagai nahkoda tim, membawa rossoblùs di peringkat kelima. Pada tahun 1939, setelah kepergian kedua Winkler, Cagliari selesai di tempat keenam berkat gelandang Mariolino Congiu, yang memainkan peran pemain-manajer.
Perang Dunia Kedua membatasi aktivitas Sepakbola, Serie C pun dihentikan. Kegiatan berlanjut dengan turnamen regional, ditandai Banditelli yang meninggalkan perusahaan. Kemenagan atas Torres membawa hiburan kecil bagi publik dari kengerian konflik saat itu.
Setelah setahun terhenti, terlahir kembali semangat untuk olahraga. Cagliari kembali dibangun dari nol, berkat kerja tak kenal lelah dari Presiden Eugenio Camboni dan Renzo Carro sebagai bendahara. Di antara kesulitan lain, bom Sekutu membuka lubang besar di tengah lapangan. Via Pola dibangun lagi dan siap menjadi tuan rumah acara olahraga.
Rossoblù kembali bermain pada tahun 1945 di Prima Divisione Regional, dan pada tahun 1947 mengambil bagian di Serie B, namun menyelesaikan musim di tempat terakhir. Terdegradasi ke Serie C, tim ini dijual ke Domenico Loi memulai sebuah proyek kelahiran kembali. Finis diperingkat keenam musim 1949-1950, mengecewakan karena melenceng dari target awal.
Pada tahun 1952 berkat gol dari Livio Gennari, Roberto Serone dan Erminio Bercarich Cagliari mampu memperoleh promosi ke Serie B; di tahun yang sama Sardinia meninggalkan lapangan lama Via Pola yang dianggap sudah tak layak dan berpindah ke stadion baru Amsicora.
Tahun pertama di Serie B berakhir ditempat keenam. Terjadi persaingan ketat pada 1953-1954 dengan Catania, Pro Patria dan Como. Hari terakhir dari duel Cagliari di Pavia. Golin gagal mencetak gol penalti yang secara matematis akan membawa Il Sardi promosi. Berakhir 0-0 dan memaksanya bermain playoff di tanah netral di Roma. Melawan Pro Patria, Cagliari takluk 2-0 dan gagal untuk promosi. Pertengahan 1950-an ditandai dengan pergantian presiden dan pelatih, di antaranya yang menonjol adalah pelatih Silvio Piola. Namun tidak juga mengangkat Cagliari ke kasta tertinggi.
Setelah finis ditempat keempat pada 1958-1959. Kesialan menimpa Cagliari di musim berikutnya. Dibawah asuhan Stefano Perati finis di dasar klasemen, membuatnya kembali ke Serie C. Giueseppe Meloni yang saat itu menjabat presiden meninggalkan klub, kebangkrutan didepan mata. Untunglah muncul pengusaha yang hobi bola Enrico Rocca dan Aldo Arrica. Rocca menjabat Presiden baru. Dipimpin pelatih Carlo Rigotti, dengan kedatangan pemain Argentina Miguel Ángel Longo dari Juventus, kiper Martin Colombo, dan striker Guerrino Rossi, Cagliari menempati posisi kedua diakhir musim dibawah Lucchese.
Allenatore Rigotti digantikan oleh Arturo Silvestri, dikenal dengan sebutan "Sandokan", mantan full-back Milan. Pertahanan diperkuat oleh Raffaelo Vescovi dan Danilo Torriglia menggantikan penyerang Rossi yang kembali ke Juventus. Silvestri sekarang mendapatkan rasa hormat dan kepercayaan dari fans dan pemain. Ini merupakan tahun kemenangan, yang menandai kembalinya ke Serie B.
Setelah setahun penyesuaian, tim siap untuk perusahaan besar. Tiba Ricciotti Greatti dan Mario Martiradonna. Cagliari selesai di peringkat ke-9 klasemen. Musim 1963-64 dan ditandai dengan debut Luigi Riva yang didatangkan dari Legnano seharga 37 Juta Lira. Cagliari sukses mengakhiri musim sebagai runner-up Serie B dibawah Varese, promosi ke Serie A untuk pertama kalinya setelah 44 tahun didirikan.
Debut di Serie A dengan beberapa elemen baru diantaranya pemain Brasil Nene dan Pierluigi Cera, Cagliari sempat tenggelam di paruh pertama. Rocca membawa ketenangan, menolak pengunduran diri Silvestri. Rossoblu merangkak, berada di tempat ke-6 diakhir musim dengan 9 gol dari Riva, yang setahun kemudian memulai debutnya di Timnas Italia. Musim berikutnya finis di urutan 11 menjadi akhir kepemimpinan pelatih Silvestri.
Digantikan Manlio Scopigno, "The Philosopher". Dijaga Kiper Reginato, Cagliari menetapkan rekor tak terkalahkan (4 diantaranya menang) dari tujuh laga tanpa kebobolan. Sayang sekali, Cagliari kehilangan Riva pada Maret 1967. Ia mengalami cedera saat membela Timnas Italia menghadapi Portugal. Tanpa Riva, dalam sembilan pertandingan Cagliari hanya menang dua kali. Memaksa Rossoblu ke peringkat 6 di akhir musim.
Pada bulan Juli, setelah tur ke Amerika, Pelatih Scopigno dipecat. Ia digantikan Ettore Puricelli. Hasilnya, Cagliari hanya menduduki peringkat ke-7. Sangat mengecewakan bagi tim yang diisi pemain sekaliber Riva dan Roberto Boninsegna.
Di musim berikutnya, dibangun tim yang lebih kuat. Dengan mengorbankan penyerang Francesco Rizzo, ditransfer ke Fiorentina serta mendatangkan Ricky Albertosi dan Mario Brugnera. Cagliari kini memiliki tim yang kompetitif untuk pertarungan besar. Kembalinya Scopigno ke bangku kepelatihan, Kejuaraan musim 1968-1969 meraih poin yang sama dengan AC Milan menempatkan Cagliari di posisi Runner-up dibawah Fiorentina yang keluar sebagai juara.
Sejarah, ajaib, epik, dan tak terlupakan. Itulah kata-kata yang pantas disematkan kepada Cagliari pada masa ini. Musim 1969-1970, adalah puncak kejayaan bagi publik Sardinia, tentunya berkat perencanaan yang cerdas dan bijaksana.
Penyerang Boninsegna ditransfer ke Inter dalam pertukaran untuk Bobo Gori dan Angelo Domenghini dua penyerang yang menjadi bagian Il Grande Inter arahan Helenio Herrera. Yang pertama adalah striker yang tidak produktif, namun memiliki teknik yang sangat baik dan aktif bergerak dijadikan mitra Riva dilini depan. Domenghini adalah pemain sayap. Ia tidak hanya memiliki kecepatan, namun juga memiliki naluri gol yang tinggi.
Mengawali musim dengan baik, Cagliari ditahan imbang dikandang Sampdoria dan kemudian meraih empat kemenangan berturut-turut, termasuk menghajar juara bertahan Fiorentina 1-0, membawa Cagliari ke posisi teratas. Pada tanggal 14 Desember 1969 di Palermo dengan skor 1-0, menjadi kekalahan pertama Rossoblu. Sebuah insiden membuat Scopigno menghina hakim garis dan mendapat suspensi lima bulan. Tanpa didampingi sang pelatih ternyata cukup berpengaruh, sempat ditahan imbang Bari dan Milan di pekan berikutnya. Namun berhasil pulih dengan lima kemenangan berturut-turut, dengan Riva yang selalu mencetak gol di tiap pertandingannya. Hasil itu melebarkan jarak dengan Juventus diperingkat kedua 4 poin dan Fiorentina 5 poin.
Kekalahan tipis terjadi dari Inter yang dicetak oleh mantan pemainnya, Boninsegna. Kemenangan atas Napoli dan hasil imbang atas Roma cukup menenangkan Il Sardi sebelum bentrokan besar di Turin melawan Juventus, yang semakin mengancam posisi puncak. Hasil 2-2, dengan gol dari Riva, berhak menjadi legenda. Masih menjaga jarak aman dengan Nyonya Tua.
Kepastian Scudetto tiba pada 12 April 1970 ketika Cagliari sukses menghantam Bari 2-0 dengan gol Riva dan Gori. Rossoblu juara Italia, semua senang dan sebagian besar penggemar dari Italia bersimpati. Kemenangan ini membuat Cagliari menjadi tim dari Selatan pertama yang memenangkan Scudetto.
Lima pemain mereka (Luigi Riva, Enrico Albertosi, Sergio Gori, Pierluigi Cera dan Domenghini) dipanggil Timnas Italia ke Piala Dunia di Meksiko. Melaju ke final, hanya timnas Brasil yang diperkuat fantastic five Pele, Gerson, Rivelino, Jairzinho dan Tostao yang mampu menghentikan mereka.
Kejayaan Cagliari selesai begitu cedera serius kedua menimpa Gigi Riva, lagi-lagi didapat saat membela Timnas Italia di ajang Kualifikasi Kejuaraan Eropa di Austria pada 31 oktober 1931. Riva yang menjadi top skorer Serie A pada 1967, 1969 dan 1970 ini hanya bermain 13 laga dengan 8 gol yang diceploskan.
Kekalahan 3-0 dari Atletico Madrid pada leg kedua di Piala Champions menjadi awal penurunan Cagliari. Sebelumnya Cagliari sukses membungkam Atletico di leg pertama 2-1, yang saat itu Riva masih bermain dengan satu gol yang ia cetak. Cagliari finis di posisi 7 Serie A pada musim 1970-71. Cagliari Calcio diperkenalkan menjadi nama baru pada tahun 1971 yang dipakai hingga saat ini.
Pada 1971-1972, yang dibantu 21 gol Riva, Cagliari menutup musim di tempat keempat, selisih empat poin di belakang Juventus yang keluar sebagai juara, memungkinkan akses ke Piala UEFA 1972-73, namun sudah harus tersingkir dibabak awal oleh Olympiakos. Pada akhirnya Scopigno dikonfirmasi tidak lagi menjabat sebagai pelatih yang digantikan oleh Edmondo Fabbri, mantan pelatih Timnas Piala Dunia di Inggris pada tahun 1966. Cagliari tidak mampu mengulang kinerja tahun-tahun sebelumnya, tertinggal jauh dari daerah gelar liga, dan mengakhiri kejuaraan di tempat kedelapan.
Di tahun-tahun berikutnya, Beberapa pemain yang sudah uzur disinyalir membuat Cagliari mulai tenggelam, Eksekutif tidak lagi memiliki pendapatan untuk membeli pemain yang bisa menjaga daya saing tim. Greatti, Martiradonna, Domenghini, Cera, satu per satu meninggalkan Cagliari. Pergantian pelatih juga tidak memberikan hasil positif, termasuk dari Beppe Chiappella, Luigi Radice dan Luis Suárez. Keruntuhan dari Sardinia, yang berpuncak pada degradasi ke Serie B pada tahun 1976.
Pada 1976-1977, di bawah bimbingan Toneatto, Cagliari berada di posisi kedua di belakang Vicenza. Cagliari sebenarnya bisa promosi langsung jika saja tidak terjadi sebuah insiden yang terjadi selama Cagliari menghadapi Lecce pada Maret 1977 (1-0 untuk Cagliari), pada waktu itu pesepakbola Salento Cannito dipukul di wajah dengan jeruk yang dilemparkan dari tribun, membuat Isolani terkena hukuman pengurangan 2 poin. Memaksa tim yang dipimpin Presiden Mariano Delogu tersebut ke playoff karena selisih poin. Di playoff sendiri Cagliari gagal meraih kemenangan di kota Genoa (Atalanta-Cagliari 2-1) dan di kota Terni (Pescara-Cagliari 0-0). Tiket promosi ke Serie A pun lenyap.
Cagliari kembali ke kasta tertinggi dua tahun kemudian, pada tahun 1979, bersama dengan Udinese dan Pescara. Cagliari bertahan empat tahun di Serie A, mendapatkan tempat kesembilan di 1979-1980, tempat keenam di 1980-1981 dan dua turnamen bertepatan dengan manajemen perusahaan dari Alvaro Amarugi, yang berpuncak pada nasib naas 1983.
Pada 1983 Cagliari berada diposisi 13, zona aman degradasi dengan 26 poin. Dipekan terakhir mereka dihadapkan dengan Ascoli yang berada di posisi 14 - zona degradasi dengan 25 poin. Dalam konfrontasi langsung hari terakhir itu Cagliari dihajar Ascoli dengan skor 2-0, posisi klasemen pun berbalik, Cagliari terdegradasi itu adalah pertama kalinya dalam kejuaraan untuk 16 tim 26 poin tidak cukup untuk menghindari degradasi ke Serie B.
Digantikan Manlio Scopigno, "The Philosopher". Dijaga Kiper Reginato, Cagliari menetapkan rekor tak terkalahkan (4 diantaranya menang) dari tujuh laga tanpa kebobolan. Sayang sekali, Cagliari kehilangan Riva pada Maret 1967. Ia mengalami cedera saat membela Timnas Italia menghadapi Portugal. Tanpa Riva, dalam sembilan pertandingan Cagliari hanya menang dua kali. Memaksa Rossoblu ke peringkat 6 di akhir musim.
Pada bulan Juli, setelah tur ke Amerika, Pelatih Scopigno dipecat. Ia digantikan Ettore Puricelli. Hasilnya, Cagliari hanya menduduki peringkat ke-7. Sangat mengecewakan bagi tim yang diisi pemain sekaliber Riva dan Roberto Boninsegna.
Di musim berikutnya, dibangun tim yang lebih kuat. Dengan mengorbankan penyerang Francesco Rizzo, ditransfer ke Fiorentina serta mendatangkan Ricky Albertosi dan Mario Brugnera. Cagliari kini memiliki tim yang kompetitif untuk pertarungan besar. Kembalinya Scopigno ke bangku kepelatihan, Kejuaraan musim 1968-1969 meraih poin yang sama dengan AC Milan menempatkan Cagliari di posisi Runner-up dibawah Fiorentina yang keluar sebagai juara.
Sejarah, ajaib, epik, dan tak terlupakan. Itulah kata-kata yang pantas disematkan kepada Cagliari pada masa ini. Musim 1969-1970, adalah puncak kejayaan bagi publik Sardinia, tentunya berkat perencanaan yang cerdas dan bijaksana.
Penyerang Boninsegna ditransfer ke Inter dalam pertukaran untuk Bobo Gori dan Angelo Domenghini dua penyerang yang menjadi bagian Il Grande Inter arahan Helenio Herrera. Yang pertama adalah striker yang tidak produktif, namun memiliki teknik yang sangat baik dan aktif bergerak dijadikan mitra Riva dilini depan. Domenghini adalah pemain sayap. Ia tidak hanya memiliki kecepatan, namun juga memiliki naluri gol yang tinggi.
Mengawali musim dengan baik, Cagliari ditahan imbang dikandang Sampdoria dan kemudian meraih empat kemenangan berturut-turut, termasuk menghajar juara bertahan Fiorentina 1-0, membawa Cagliari ke posisi teratas. Pada tanggal 14 Desember 1969 di Palermo dengan skor 1-0, menjadi kekalahan pertama Rossoblu. Sebuah insiden membuat Scopigno menghina hakim garis dan mendapat suspensi lima bulan. Tanpa didampingi sang pelatih ternyata cukup berpengaruh, sempat ditahan imbang Bari dan Milan di pekan berikutnya. Namun berhasil pulih dengan lima kemenangan berturut-turut, dengan Riva yang selalu mencetak gol di tiap pertandingannya. Hasil itu melebarkan jarak dengan Juventus diperingkat kedua 4 poin dan Fiorentina 5 poin.
Kekalahan tipis terjadi dari Inter yang dicetak oleh mantan pemainnya, Boninsegna. Kemenangan atas Napoli dan hasil imbang atas Roma cukup menenangkan Il Sardi sebelum bentrokan besar di Turin melawan Juventus, yang semakin mengancam posisi puncak. Hasil 2-2, dengan gol dari Riva, berhak menjadi legenda. Masih menjaga jarak aman dengan Nyonya Tua.
Kepastian Scudetto tiba pada 12 April 1970 ketika Cagliari sukses menghantam Bari 2-0 dengan gol Riva dan Gori. Rossoblu juara Italia, semua senang dan sebagian besar penggemar dari Italia bersimpati. Kemenangan ini membuat Cagliari menjadi tim dari Selatan pertama yang memenangkan Scudetto.
Lima pemain mereka (Luigi Riva, Enrico Albertosi, Sergio Gori, Pierluigi Cera dan Domenghini) dipanggil Timnas Italia ke Piala Dunia di Meksiko. Melaju ke final, hanya timnas Brasil yang diperkuat fantastic five Pele, Gerson, Rivelino, Jairzinho dan Tostao yang mampu menghentikan mereka.
Kejayaan Cagliari selesai begitu cedera serius kedua menimpa Gigi Riva, lagi-lagi didapat saat membela Timnas Italia di ajang Kualifikasi Kejuaraan Eropa di Austria pada 31 oktober 1931. Riva yang menjadi top skorer Serie A pada 1967, 1969 dan 1970 ini hanya bermain 13 laga dengan 8 gol yang diceploskan.
Kekalahan 3-0 dari Atletico Madrid pada leg kedua di Piala Champions menjadi awal penurunan Cagliari. Sebelumnya Cagliari sukses membungkam Atletico di leg pertama 2-1, yang saat itu Riva masih bermain dengan satu gol yang ia cetak. Cagliari finis di posisi 7 Serie A pada musim 1970-71. Cagliari Calcio diperkenalkan menjadi nama baru pada tahun 1971 yang dipakai hingga saat ini.
Pada 1971-1972, yang dibantu 21 gol Riva, Cagliari menutup musim di tempat keempat, selisih empat poin di belakang Juventus yang keluar sebagai juara, memungkinkan akses ke Piala UEFA 1972-73, namun sudah harus tersingkir dibabak awal oleh Olympiakos. Pada akhirnya Scopigno dikonfirmasi tidak lagi menjabat sebagai pelatih yang digantikan oleh Edmondo Fabbri, mantan pelatih Timnas Piala Dunia di Inggris pada tahun 1966. Cagliari tidak mampu mengulang kinerja tahun-tahun sebelumnya, tertinggal jauh dari daerah gelar liga, dan mengakhiri kejuaraan di tempat kedelapan.
Di tahun-tahun berikutnya, Beberapa pemain yang sudah uzur disinyalir membuat Cagliari mulai tenggelam, Eksekutif tidak lagi memiliki pendapatan untuk membeli pemain yang bisa menjaga daya saing tim. Greatti, Martiradonna, Domenghini, Cera, satu per satu meninggalkan Cagliari. Pergantian pelatih juga tidak memberikan hasil positif, termasuk dari Beppe Chiappella, Luigi Radice dan Luis Suárez. Keruntuhan dari Sardinia, yang berpuncak pada degradasi ke Serie B pada tahun 1976.
Pada 1976-1977, di bawah bimbingan Toneatto, Cagliari berada di posisi kedua di belakang Vicenza. Cagliari sebenarnya bisa promosi langsung jika saja tidak terjadi sebuah insiden yang terjadi selama Cagliari menghadapi Lecce pada Maret 1977 (1-0 untuk Cagliari), pada waktu itu pesepakbola Salento Cannito dipukul di wajah dengan jeruk yang dilemparkan dari tribun, membuat Isolani terkena hukuman pengurangan 2 poin. Memaksa tim yang dipimpin Presiden Mariano Delogu tersebut ke playoff karena selisih poin. Di playoff sendiri Cagliari gagal meraih kemenangan di kota Genoa (Atalanta-Cagliari 2-1) dan di kota Terni (Pescara-Cagliari 0-0). Tiket promosi ke Serie A pun lenyap.
Cagliari kembali ke kasta tertinggi dua tahun kemudian, pada tahun 1979, bersama dengan Udinese dan Pescara. Cagliari bertahan empat tahun di Serie A, mendapatkan tempat kesembilan di 1979-1980, tempat keenam di 1980-1981 dan dua turnamen bertepatan dengan manajemen perusahaan dari Alvaro Amarugi, yang berpuncak pada nasib naas 1983.
Pada 1983 Cagliari berada diposisi 13, zona aman degradasi dengan 26 poin. Dipekan terakhir mereka dihadapkan dengan Ascoli yang berada di posisi 14 - zona degradasi dengan 25 poin. Dalam konfrontasi langsung hari terakhir itu Cagliari dihajar Ascoli dengan skor 2-0, posisi klasemen pun berbalik, Cagliari terdegradasi itu adalah pertama kalinya dalam kejuaraan untuk 16 tim 26 poin tidak cukup untuk menghindari degradasi ke Serie B.
Setelah musim yang berat, pada tahun 1984 perusahaan ini diambil alih oleh kontraktor bangunan ambisius Fausto Moi, tetapi hasilnya masih mengecewakan: pada 1984-1985 tim Sardinia terdegradasi ke Serie C1, belum lagi dihari terakhir, playoff di Sant'Elia yang berakhir imbang 0-0 dengan Catania, berbau pengaturan skor.
Pada 1985-86 dengan perombakan pemain demi kembali ke Serie A tidak membuahkan hasil, peringkat 14 ditandai dengan hengkangnya sang Presiden. Ditengah situasi yang sulit, Luigi Riva kembali datang untuk menyelamatkan klub yang ia bela sepanjang karirnya. Pada 1986-87, dengan dibebani pengurangan 5 poin atas keterlibatan dalam pengaturan pertandingan, Cagliari berakhir di peringkat ke-20 klasemen dan tenggelam ke Serie C1.
Riva berjuang mati-matian melawan waktu untuk menghindari kebangkrutan. Sampai akhirnya datang sebuah konsorsium pengusaha yang setuju untuk melunasi utang Cagliari. Presiden baru dijabat Tonino Orru. Setelah musim yang buruk, jabatan direktur olahraga dipegang Carmine Longo dan mengangkat pelatih muda dan ambisius Claudio Ranieri. Orru-Longo-Ranieri trio keajaiban. Dari Serie C ke Serie A dalam dua tahun: mengulangi perjalanan menggembirakan dari Cagliari di era Silvestri. Semoga beruntung dengan stadion Amsicora tua, di mana Rossoblu berpindah markas ke Stadion Sant'Elia yang di renovasi menjelang Piala Dunia 1990.
Pada 1988-89 sendiri dengan peremajaan pemain, mengakhiri musim diposisi pertama dengan 45 poin. Pada tahun yang sama Sardinia memenangkan Piala Italia Serie C , mengalahkan SPAL dua leg di final. Pada musim 1989-90 masih bergantung kepada para pemain muda yang berkembang, meraih 47 poin dan menduduki peringkat 3 klasemen berhak untuk tiket promosi. Sekali lagi, Cagliari ke Serie A, setelah delapan tahun penderitaan.
Setelah kembali ke kasta teratas dua tahun kejuaraan sukses bertahan dari degradasi. Diperkuat oleh Gianfranco Matteoli, salah satu pemuda asli Sardinia dan trio berbakat Uruguay: Enzo Francescoli , Jose "Pepe" Herrera dan Daniel Fonseca.
Pada 1991 Ranieri hengkang, Sebagai gantinya presiden Orru memanggil Massimo Giacomini, tetapi hanya berlangsung enam pertandingan. Sempat berhasil membungkam juara Sampdoria, namun mengalami lima kekalahan di laga berikutnya. Carlo Mazzone yang disarankan oleh Ranieri diangkat sebagai pelatih. Menempati posisi 13 akhir musim.
Pada musim panas 1992 terjadi perubahan kepemilikan. Keluarga Orru menjual perusahaan kepada pengusaha muda Sanluri: Massimo Cellino. Tidak ada yang meramalkan pada saat itu, ia akan menjadi Presiden militan dengan sejarah terpanjang di Rossoblu.
Tim ini sekarang memiliki wajah baru dan siap untuk lompatan besar. Fonseca telah pergi ke Naples, digantikan oleh pemain Brasil yang dinaturalisasi negara Belgia: Luis Oliveira. Pendatang baru awal perjuangan. Dengan Francescoli yang semakin menentukan, Matteoli sebagai pengontrol lapangan, tanpa melupakan kontribusi fundamental Pusceddu, Herrera, Pesta, Ielpo, Bisoli dan Moriero, Cagliari menempati peringkat ke-6 dan lolos ke Piala UEFA setelah lebih dari dua puluh tahun absen.
Menjalani musim 1993-1994 Francescoli hengkang ke Torino, dan Mazzone melatih Roma, tim kesayangannya. Pengganti adalah Gigi Radice, yang kembali setelah 24 tahun, musim baru dimulai sepekan, ia sudah dipecat. Bruno Giorgi dianggap pilihan tepat, berisikan pemain Moriero, Matteoli, Oliveira serta pendatang baru Massimiliano Allegri dan Dely Valdes. Cagliari labil di Serie A, naik turun peringkat dan berakhir di papan tengah. Namun mengamuk di Piala UEFA, di mana mereka sukses menyingkirkan Dinamo Bucharest, Trabzonspor, Mechelen dan Juventus, sebelum akhirnya menyerah dari Inter di babak semifinal.
Pada 1994-1995 Oscar Tabarez duduk di kursi pelatih. Ini musim yang hebat dari Rossoblu, yang juga menyambut Matteoli dan memperoleh striker muda Muzzi. Namun tak seperti yang diharapkan, tak lolos tempat di Eropa, hal-hal buruk terjadi tahun berikutnya, meskipun perekrutan pelatih Italia yang paling sukses: Giovanni Trapattoni, Di pertengahan musim, ia didepak dan memberikan ruang kembali kepada Bruno Giorgi. Finis di posisi ke-10.
Pada 1996, dipimpin Gregorio Perez sampai pekan ke-6, Presiden Cellino menarik kembali Carlo Mazzone ke kursi pelatih. Gagal menghindari jeratan degradasi setelah kalah 3-1 dari Piacenza di babak play-off.
Musim berikutnya, Rossoblu di kemudikan Giampiero Ventura, suskes membawa ke Serie A setelah finis ditempat ketiga Serie B 1997-1998. Tabarez kemudian kembali duduk di kursi pelatih, hasilnya mengecewakan, menempati peringkat 12 Serie A dan penggantinya Ulivieri bahkan lebih buruk. Pada awal milenium baru, Cagliari jatuh lagi ke Serie B.
Cagliari 2000-2001 dipimpin pelatih Gianfranco Bellotto dan Giuseppe Materazzi. Tidak memuaskan, menempati urutan 11 klasemen Serie B. Pergantian pelatih dari Antonio Sala, Elvio Salvori, Giulio Nuciari, hingga Nedo Sonetti tidak membawa perubahan di musim berikutnya. Pada 2002-2003 kembali dipercayakan kepada Ventura, sukses menempati urutan 8.
Menjajal musim selanjutnya dengan kedatangan bintang era 90-an yang juga asli Sardinia, Gianfranco Zola - dimana ia menyelesaikan karirnya disini. Kepelatihan Ventura bertahan sampai pekan ke 16 dan digantikan oleh Edoardo Reja. Selesai di tempat kedua dan kembali ke Serie A.
Memulai musim baru dikasta tertinggi, kali ini ditangani pelatih muda Daniele Arrigoni. Cagliari menempati posisi ke-8 di Klasemen, dan mencapai semifinal Coppa Italia. Pemain andalan mereka Esposito dan Langella kemudian dipanggil oleh pelatih tim nasional Italia Marcello Lippi, yang membentuk tim Juara dunia pada 2006.
2005-2006 tidak bahagia. Tanpa Zola, yang gantung sepatu. Pelatih Attilio Tesser dibebas tugaskan setelah kekalahan dari Siena di pekan pertama, sempat digantikan Daniele Arrigoni yang mengundurkan diri, Davide Ballardini memimpin hingga giornata 11 dan dilanjutkan oleh Nedo Soneta hingga akhir musim. Menempati posisi ke-14.
Cellino mengangkat pelatih muda kali ini Marco Giampaolo, yang membawa Treviso dan Ascoli lebih baik. Sang pelatih dipecat pada bulan Desember setelah hanya memberikan 2 kemenangan, 10 imbang dan 4 kalah. Manajemen mengangkat Franco Colomba, tidak juga memuaskan Giampaolo Marco kembali dipanggil. Nyaris terdegradasi finis di posisi 17 klasemen.
Musim 2007-2008 Cagliari masih menggunakan jasa pelatih Giampaolo. Penyerang andalan mereka Suazo, Esposito dan Langella hengkang. Alessandro Matri, Robert Acquafresca, Joaquin Larrivey mengisi posisi tersebut. Pada pekan ke-12 terjadi pergantian pelatih, tim ini lagi-lagi dipercayakan kepada Nedo Soneta, tak lama, hanya sampai pekan ke-17. Presiden mencoba kembali mempercayakan Ballardini. Hingga akhir musim, keluar dari Zona degradasi.
Musim berikutnya diperkuat dengan kedatangan kiper Marco Storari dan striker Brasil Jeda, serta kembalinya playmaker Andrea Cossu. Tongkat pelatih berpindah dari Ballardini kepada Massimiliano Allegri, mantan rossoblu tahun 90-an. Pelatih baru ini disambut dengan sedikit kewaspadaan: para penggemar mengingat dia sebagai seorang pemain yang sangat berbakat, tapi juga lamban. Mendapatkan penjaga gawang Federico Marchetti dari Albinoleffe, untuk menutup lubang yang ditinggalkan Storari.
Lima kekalahan beruntun di awal musim. Presiden Cellino masih menegaskan kepercayaan. Setelah hasil imbang dengan Milan, rossoblu mulai merangkak. Jeda dan Acquafresca dengan golnya sempat menyeret tim ke zona UEFA. Menjadi musim yang mengesankan, dengan kemenangan atas Juventus setelah 40 tahun puasa (3-2), Lazio (4-1) dan Inter (2-1). Membangun catatan baru gol tandang, tim dengan pertahanan terbaik di rumah sendiri. Menempati posisi ke-9 di akhir musim.
Musim berikutnya tim ini diperkuat penyerang Brasil, Nene. Sama seperti musim lalu, dengan mengawali musim yang buruk hanya meraih satu poin dari 4 laga. Namun perlahan merangkak, sempat bertengger di posisi keempat.
Setelah bulan Februari tiba, yang ditandai cedera pemain, rossoblu mengalami penurunan tajam. Cellino memecat Allegri dengan lima pertandingan tersisa, menggantinya dengan pelatih Giorgio Melis yang dibantu oleh Gianluca Festa. Tidak ada perubahan, hanya 4 imbang dan 1 kali kalah, menempatkan Cagliari ke posisi 16.
Setelah badai musim lalu, Presiden Massimo Cellino memutuskan untuk mempercayakan tim kepada Pierpaolo Bisoli, yang membawa Cesena promosi ganda dari Serie C1 ke Serie A. Datang Dario Biasi dari Emilia yang sangat diinginkan, sedangkan pembelian besar adalah playmaker Alex Pinardi dari Modena. Striker Daniele Ragatzu mulai masuk dalam skuad tim utama. Dalam hal penjualan, Joaquin Larrivey ditransfer ke Colon Argentina. Setelah 12 tahun kariernya di rossoblu, Diego Luis Lopez meninggalkan Cagliari dan ban kapten diberikan kepada Daniele Conti.
Musim ini dimulai dengan cukup baik dengan hasil imbang melawan Palermo dan menang 5-1 atas Roma. Minim kemenangan dan seraingkaian kekalahan dipekan berikutnya memaksa presiden Massimo Cellino untuk mempercayakan bangku pelatih kepada Roberto Donadoni. Cagliari menutup musim di tempat 14 dengan 45 poin.
Musim 2011-2012, Massimo Ficcadenti ditunjuk sebagai pelatih. Dengan pembelian di bursa transfer, Albin Ekdal, Rui Sampaio, Victor Ibarbo, Vlada Avramov dan Moestafa El Kabir: sebaliknya, kiper Federico Marchetti dan Andrea Lazzari hengkang. Kejuaraan dimulai dengan Memenangi dua pertandingan, yang menciptakan catatan sejarah tersendiri bagi Cagliari: memenangkan dua pertandingan awal Serie A, hanya di musim 1969-1970 (Saat meraih Scudetto) mereka mampu melakukan tersebut. Namun setelah itu mereka tersandung ke periode negatif, tidak menang dalam 5 laga: pada 9 November, Ficcadenti dipecat dan digantikan oleh Davide Ballardini. Tidak membawa perubahan berarti, Ficcadenti kembali dipanggil. Cagliari meninggalkan Stadion Sant'Elia karena dinilai sudah tidak layak dan pada minggu-minggu terakhir memainkan laga kandang tersisa di Stadio Nereo Rocco, Trieste.
Menjajal musim 2012-13, Massimo Ficcadenti dipecat pada 2 Oktober dan di ganti oleh pelatih Ivo Pulga yang bekerjasama dengan Diego Lopez. Menempati peringkat 11 klasemen Serie A. Musim ini diwarnai dengan kisruh Stadion. Rossoblu memainkan pertandingan kandang mereka di stadion Is Arenas, di Quartu Sant'Elena. Pada pekan keempat, Cagliari diputuskan untuk menggelar laga melawan Roma tanpa penonton karena stadion sedang dalam renovasi. Namun, pernyataan presiden Cellino yang mengajak kepada suporter untuk tetap datang ke stadion membuat pemerintah dan kepolisian membatalkan laga tersebut dengan alasan keamanan. Kubu Roma pun mengajukan kemenangan tanpa bertanding (W.O) dan dikabulkan oleh otoritas Lega Serie A, Srigala Roma dinyatakan menang dengan skor 3-0.
Pada 2013-14 masalah stadion terus berlanjut. Sejak November Rossoblu kembali ke Sant'Elia, tetapi kapasitasnya hanya 5000 kursi hingga akhir musim. Posisi Ivo Pulga diambil alih Diego Lopez. Menempatkan Isolani ke peringkat 15. Pada 10 Juni 2014 sebuah terobosan perusahaan yang menandai akhir dari sebuah era Massimo Cellino setelah 22 tahun, menjual klub kepada pengusaha Tommaso Giulini.
Memulai musim baru, Rossoblu di bawah bimbingan teknis pelatih Zdenek Zeman. Pertandingan resmi pertama terjadi pada 23 Agustus di putaran ketiga Piala Italia Cagliari menang 2-0 atas Catania di Stadio Sant'Elia 2-0 dengan gol Sau dan Farias, melangkah ke babak selanjutnya. Pada tanggal 31 Agustus memulai debutnya di liga dengan hasil imbang 1-1 atas Sassuolo, dan pada 28 September setelah tiga kekalahan berturut-turut, kemenangan pertama datang di liga melawan Inter (4-1) dengan Albin Ekdal mencetak hat-trick.
Desember 2014, kepelatihan Zdenek Zeman dihentikan dan ditunjuk manajer Gianfranco Zola dengan Pierluigi Casiraghi dalam peran asisten pelatih. Dimulai dengan kekalahan telak dari Palermo 5-0, namun di pekan berikutnya pada 11 Januari 2015 mendapatkan kemenangan dikandang pertama melawan Cesena 2-1. Tiga hari kemudian Rossoblu menderita kekalahan di Piala Italia, 2-1 oleh Parma. Tim menyimpulkan paruh musim pertama di tempat ke-18 dengan 16 poin.
Pada 9 Maret 2015, setelah enam pertandingan di mana hanya meraup 1 poin, Zola dipecat dan Cagliari mengumumkan kembalinya pelatih Zeman. Pada tanggal 21 April, ia mengundurkan diri, meninggalkan klasemen di urutan kedua dari bawah dengan 7 pertandingan tersisa. Klub ini mempercayakan tim kepada Gianluca Festa, yang melakukan debut dengan kemenangan tandang ke Fiorentina 3-1.
Pada 17 Mei 2015, menyusul kekalahan kandang melawan Palermo 1-0, secara matematis memastikan terdegradasi ke Serie B dengan dua pertandingan tersisa. Kembali terbenam setelah bermain di Serie A selama 11 musim berturut-turut.
Musim 2015-2016, ini adalah musim pertama di Serie B setelah 12 musim bagi Cagliari, terakhir kali ia bermain di sana pada 2003-04 dan dengan serangan yang dibentuk oleh Zola, Suazo dan Esposito memenangkan tiket promosi. Untuk pertama kalinya dalam 16 tahun itu tidak hadir kapten bersejarah Daniele Conti, yang mengakhiri karirnya untuk Cagliari, band kapten diberikan kepada Daniele Dessena. Nasib yang sama juga untuk dua putra Sardinia: Andrea Cossu setelah 8 musim, dan Francesco Pisano dari tahun 2004 ke tim utama setelah proses yang panjang di skuad muda.
Pada musim baru, pemusatan latihan berlangsung di Aritzo dari 12 sampai 26 Juli 2015. Pemanasan melawan tim amatir Barbagia (14-0) dan Calangianus (23-0). Memainkan pertandingan persahabatan melawan Lanusei, Cagliari menang 6-0, sedangkan jamuan pertama di Stadion Sant'Elia adalah melawan Real Zaragoza, berakhir 1-0 dengan gol pendatang baru Federico Melchiorri.
Pada 1 Aguatus, dimainkan di Stadio Bruno Nespoli Olbia melawan tim Prancis, Ajaccio, 80 menit skor 1-1, wasit menghentikan pertandingan setelah terjadi perkelahian antara pemain. Adapun kompetisi resmi, tugas pertama adalah di Piala Italia, Rossoblu mulai dari putaran kedua, pada tanggal 9 Agustus 2015 menghadapi Virtus Entella dan pertandingan yang dimainkan di Sant'Elia itu berakhir dengan skor 5-0.
Di babak ketiga ia bertemu Trapani di Sisilia. The Sardinians menang 5-3 lewat adu penalti setelah waktu normal dan tambahan berakhir 1-1. Pada tanggal 7 September Rossoblùs debut di Serie B dengan kemenangan atas Crotone (4-0). Kekalahan pertama datang di rumah Pescara pekan ke-6 (1-0). Kemudian dari giornata ke-9 meraih serangkaian enam pertandingan tak terkalahkan, yang terakhir (Cagliari-Ascoli, 3-0) membuat Cagliari memimpin klasemen diatas pesaing berat mereka, Crotone. Cagliari menyimpulkan putaran pertama di posisi Capolista dengan 46 poin hasil dari 14 kali menang, 4 kali seri dan 3 kali kalah, dengan satu poin lebih banyak dari Crotone dan delapan poin dari Novara di posisi ketiga.
Paruh kedua dimulai dengan kekalahan melawan Crotone (3-1) yang membuat posisi capolista direbut. Lima kemenangan beruntun kemudian yang membuat Rossoblu mengambil alih kembali puncak klasemen dengan selisih 5 poin. Sempat mengalami periode berfluktuasi yang membuat pimpinan tabel kembali ke Crotone. Kemenangan pada 3 Mei atas Bari (3-0), secara matematis memastikan mereka promosi ke Serie A. Keesokan harinya, di partai terakhir, Cagliari menang 3-0 melawan Salernitana juga mencatatkan tiket di Sant'Elia terjual habis (16.000 kursi) dan berkat kekalahan Crotone dari Trapani, membuatnya kembali menduduki posisi pertama. Pada pertandingan terakhir, dimainkan pada 20 Mei melawan Pro Vercelli, Cagliari menang (2-1) dengan gol dari Di Gennaro dan Sau, menasbihkan dirinya sebagai juara Serie B dengan 83 poin (hasil 25 menang, 8 seri dan 9 kekalahan), untuk pertama kalinya.
Pada 1991 Ranieri hengkang, Sebagai gantinya presiden Orru memanggil Massimo Giacomini, tetapi hanya berlangsung enam pertandingan. Sempat berhasil membungkam juara Sampdoria, namun mengalami lima kekalahan di laga berikutnya. Carlo Mazzone yang disarankan oleh Ranieri diangkat sebagai pelatih. Menempati posisi 13 akhir musim.
Pada musim panas 1992 terjadi perubahan kepemilikan. Keluarga Orru menjual perusahaan kepada pengusaha muda Sanluri: Massimo Cellino. Tidak ada yang meramalkan pada saat itu, ia akan menjadi Presiden militan dengan sejarah terpanjang di Rossoblu.
Tim ini sekarang memiliki wajah baru dan siap untuk lompatan besar. Fonseca telah pergi ke Naples, digantikan oleh pemain Brasil yang dinaturalisasi negara Belgia: Luis Oliveira. Pendatang baru awal perjuangan. Dengan Francescoli yang semakin menentukan, Matteoli sebagai pengontrol lapangan, tanpa melupakan kontribusi fundamental Pusceddu, Herrera, Pesta, Ielpo, Bisoli dan Moriero, Cagliari menempati peringkat ke-6 dan lolos ke Piala UEFA setelah lebih dari dua puluh tahun absen.
Menjalani musim 1993-1994 Francescoli hengkang ke Torino, dan Mazzone melatih Roma, tim kesayangannya. Pengganti adalah Gigi Radice, yang kembali setelah 24 tahun, musim baru dimulai sepekan, ia sudah dipecat. Bruno Giorgi dianggap pilihan tepat, berisikan pemain Moriero, Matteoli, Oliveira serta pendatang baru Massimiliano Allegri dan Dely Valdes. Cagliari labil di Serie A, naik turun peringkat dan berakhir di papan tengah. Namun mengamuk di Piala UEFA, di mana mereka sukses menyingkirkan Dinamo Bucharest, Trabzonspor, Mechelen dan Juventus, sebelum akhirnya menyerah dari Inter di babak semifinal.
Pada 1994-1995 Oscar Tabarez duduk di kursi pelatih. Ini musim yang hebat dari Rossoblu, yang juga menyambut Matteoli dan memperoleh striker muda Muzzi. Namun tak seperti yang diharapkan, tak lolos tempat di Eropa, hal-hal buruk terjadi tahun berikutnya, meskipun perekrutan pelatih Italia yang paling sukses: Giovanni Trapattoni, Di pertengahan musim, ia didepak dan memberikan ruang kembali kepada Bruno Giorgi. Finis di posisi ke-10.
Pada 1996, dipimpin Gregorio Perez sampai pekan ke-6, Presiden Cellino menarik kembali Carlo Mazzone ke kursi pelatih. Gagal menghindari jeratan degradasi setelah kalah 3-1 dari Piacenza di babak play-off.
Musim berikutnya, Rossoblu di kemudikan Giampiero Ventura, suskes membawa ke Serie A setelah finis ditempat ketiga Serie B 1997-1998. Tabarez kemudian kembali duduk di kursi pelatih, hasilnya mengecewakan, menempati peringkat 12 Serie A dan penggantinya Ulivieri bahkan lebih buruk. Pada awal milenium baru, Cagliari jatuh lagi ke Serie B.
Cagliari 2000-2001 dipimpin pelatih Gianfranco Bellotto dan Giuseppe Materazzi. Tidak memuaskan, menempati urutan 11 klasemen Serie B. Pergantian pelatih dari Antonio Sala, Elvio Salvori, Giulio Nuciari, hingga Nedo Sonetti tidak membawa perubahan di musim berikutnya. Pada 2002-2003 kembali dipercayakan kepada Ventura, sukses menempati urutan 8.
Menjajal musim selanjutnya dengan kedatangan bintang era 90-an yang juga asli Sardinia, Gianfranco Zola - dimana ia menyelesaikan karirnya disini. Kepelatihan Ventura bertahan sampai pekan ke 16 dan digantikan oleh Edoardo Reja. Selesai di tempat kedua dan kembali ke Serie A.
Memulai musim baru dikasta tertinggi, kali ini ditangani pelatih muda Daniele Arrigoni. Cagliari menempati posisi ke-8 di Klasemen, dan mencapai semifinal Coppa Italia. Pemain andalan mereka Esposito dan Langella kemudian dipanggil oleh pelatih tim nasional Italia Marcello Lippi, yang membentuk tim Juara dunia pada 2006.
2005-2006 tidak bahagia. Tanpa Zola, yang gantung sepatu. Pelatih Attilio Tesser dibebas tugaskan setelah kekalahan dari Siena di pekan pertama, sempat digantikan Daniele Arrigoni yang mengundurkan diri, Davide Ballardini memimpin hingga giornata 11 dan dilanjutkan oleh Nedo Soneta hingga akhir musim. Menempati posisi ke-14.
Cellino mengangkat pelatih muda kali ini Marco Giampaolo, yang membawa Treviso dan Ascoli lebih baik. Sang pelatih dipecat pada bulan Desember setelah hanya memberikan 2 kemenangan, 10 imbang dan 4 kalah. Manajemen mengangkat Franco Colomba, tidak juga memuaskan Giampaolo Marco kembali dipanggil. Nyaris terdegradasi finis di posisi 17 klasemen.
Musim 2007-2008 Cagliari masih menggunakan jasa pelatih Giampaolo. Penyerang andalan mereka Suazo, Esposito dan Langella hengkang. Alessandro Matri, Robert Acquafresca, Joaquin Larrivey mengisi posisi tersebut. Pada pekan ke-12 terjadi pergantian pelatih, tim ini lagi-lagi dipercayakan kepada Nedo Soneta, tak lama, hanya sampai pekan ke-17. Presiden mencoba kembali mempercayakan Ballardini. Hingga akhir musim, keluar dari Zona degradasi.
Musim berikutnya diperkuat dengan kedatangan kiper Marco Storari dan striker Brasil Jeda, serta kembalinya playmaker Andrea Cossu. Tongkat pelatih berpindah dari Ballardini kepada Massimiliano Allegri, mantan rossoblu tahun 90-an. Pelatih baru ini disambut dengan sedikit kewaspadaan: para penggemar mengingat dia sebagai seorang pemain yang sangat berbakat, tapi juga lamban. Mendapatkan penjaga gawang Federico Marchetti dari Albinoleffe, untuk menutup lubang yang ditinggalkan Storari.
Lima kekalahan beruntun di awal musim. Presiden Cellino masih menegaskan kepercayaan. Setelah hasil imbang dengan Milan, rossoblu mulai merangkak. Jeda dan Acquafresca dengan golnya sempat menyeret tim ke zona UEFA. Menjadi musim yang mengesankan, dengan kemenangan atas Juventus setelah 40 tahun puasa (3-2), Lazio (4-1) dan Inter (2-1). Membangun catatan baru gol tandang, tim dengan pertahanan terbaik di rumah sendiri. Menempati posisi ke-9 di akhir musim.
Musim berikutnya tim ini diperkuat penyerang Brasil, Nene. Sama seperti musim lalu, dengan mengawali musim yang buruk hanya meraih satu poin dari 4 laga. Namun perlahan merangkak, sempat bertengger di posisi keempat.
Setelah bulan Februari tiba, yang ditandai cedera pemain, rossoblu mengalami penurunan tajam. Cellino memecat Allegri dengan lima pertandingan tersisa, menggantinya dengan pelatih Giorgio Melis yang dibantu oleh Gianluca Festa. Tidak ada perubahan, hanya 4 imbang dan 1 kali kalah, menempatkan Cagliari ke posisi 16.
Setelah badai musim lalu, Presiden Massimo Cellino memutuskan untuk mempercayakan tim kepada Pierpaolo Bisoli, yang membawa Cesena promosi ganda dari Serie C1 ke Serie A. Datang Dario Biasi dari Emilia yang sangat diinginkan, sedangkan pembelian besar adalah playmaker Alex Pinardi dari Modena. Striker Daniele Ragatzu mulai masuk dalam skuad tim utama. Dalam hal penjualan, Joaquin Larrivey ditransfer ke Colon Argentina. Setelah 12 tahun kariernya di rossoblu, Diego Luis Lopez meninggalkan Cagliari dan ban kapten diberikan kepada Daniele Conti.
Musim ini dimulai dengan cukup baik dengan hasil imbang melawan Palermo dan menang 5-1 atas Roma. Minim kemenangan dan seraingkaian kekalahan dipekan berikutnya memaksa presiden Massimo Cellino untuk mempercayakan bangku pelatih kepada Roberto Donadoni. Cagliari menutup musim di tempat 14 dengan 45 poin.
Musim 2011-2012, Massimo Ficcadenti ditunjuk sebagai pelatih. Dengan pembelian di bursa transfer, Albin Ekdal, Rui Sampaio, Victor Ibarbo, Vlada Avramov dan Moestafa El Kabir: sebaliknya, kiper Federico Marchetti dan Andrea Lazzari hengkang. Kejuaraan dimulai dengan Memenangi dua pertandingan, yang menciptakan catatan sejarah tersendiri bagi Cagliari: memenangkan dua pertandingan awal Serie A, hanya di musim 1969-1970 (Saat meraih Scudetto) mereka mampu melakukan tersebut. Namun setelah itu mereka tersandung ke periode negatif, tidak menang dalam 5 laga: pada 9 November, Ficcadenti dipecat dan digantikan oleh Davide Ballardini. Tidak membawa perubahan berarti, Ficcadenti kembali dipanggil. Cagliari meninggalkan Stadion Sant'Elia karena dinilai sudah tidak layak dan pada minggu-minggu terakhir memainkan laga kandang tersisa di Stadio Nereo Rocco, Trieste.
Menjajal musim 2012-13, Massimo Ficcadenti dipecat pada 2 Oktober dan di ganti oleh pelatih Ivo Pulga yang bekerjasama dengan Diego Lopez. Menempati peringkat 11 klasemen Serie A. Musim ini diwarnai dengan kisruh Stadion. Rossoblu memainkan pertandingan kandang mereka di stadion Is Arenas, di Quartu Sant'Elena. Pada pekan keempat, Cagliari diputuskan untuk menggelar laga melawan Roma tanpa penonton karena stadion sedang dalam renovasi. Namun, pernyataan presiden Cellino yang mengajak kepada suporter untuk tetap datang ke stadion membuat pemerintah dan kepolisian membatalkan laga tersebut dengan alasan keamanan. Kubu Roma pun mengajukan kemenangan tanpa bertanding (W.O) dan dikabulkan oleh otoritas Lega Serie A, Srigala Roma dinyatakan menang dengan skor 3-0.
Pada 2013-14 masalah stadion terus berlanjut. Sejak November Rossoblu kembali ke Sant'Elia, tetapi kapasitasnya hanya 5000 kursi hingga akhir musim. Posisi Ivo Pulga diambil alih Diego Lopez. Menempatkan Isolani ke peringkat 15. Pada 10 Juni 2014 sebuah terobosan perusahaan yang menandai akhir dari sebuah era Massimo Cellino setelah 22 tahun, menjual klub kepada pengusaha Tommaso Giulini.
Memulai musim baru, Rossoblu di bawah bimbingan teknis pelatih Zdenek Zeman. Pertandingan resmi pertama terjadi pada 23 Agustus di putaran ketiga Piala Italia Cagliari menang 2-0 atas Catania di Stadio Sant'Elia 2-0 dengan gol Sau dan Farias, melangkah ke babak selanjutnya. Pada tanggal 31 Agustus memulai debutnya di liga dengan hasil imbang 1-1 atas Sassuolo, dan pada 28 September setelah tiga kekalahan berturut-turut, kemenangan pertama datang di liga melawan Inter (4-1) dengan Albin Ekdal mencetak hat-trick.
Desember 2014, kepelatihan Zdenek Zeman dihentikan dan ditunjuk manajer Gianfranco Zola dengan Pierluigi Casiraghi dalam peran asisten pelatih. Dimulai dengan kekalahan telak dari Palermo 5-0, namun di pekan berikutnya pada 11 Januari 2015 mendapatkan kemenangan dikandang pertama melawan Cesena 2-1. Tiga hari kemudian Rossoblu menderita kekalahan di Piala Italia, 2-1 oleh Parma. Tim menyimpulkan paruh musim pertama di tempat ke-18 dengan 16 poin.
Pada 9 Maret 2015, setelah enam pertandingan di mana hanya meraup 1 poin, Zola dipecat dan Cagliari mengumumkan kembalinya pelatih Zeman. Pada tanggal 21 April, ia mengundurkan diri, meninggalkan klasemen di urutan kedua dari bawah dengan 7 pertandingan tersisa. Klub ini mempercayakan tim kepada Gianluca Festa, yang melakukan debut dengan kemenangan tandang ke Fiorentina 3-1.
Pada 17 Mei 2015, menyusul kekalahan kandang melawan Palermo 1-0, secara matematis memastikan terdegradasi ke Serie B dengan dua pertandingan tersisa. Kembali terbenam setelah bermain di Serie A selama 11 musim berturut-turut.
Musim 2015-2016, ini adalah musim pertama di Serie B setelah 12 musim bagi Cagliari, terakhir kali ia bermain di sana pada 2003-04 dan dengan serangan yang dibentuk oleh Zola, Suazo dan Esposito memenangkan tiket promosi. Untuk pertama kalinya dalam 16 tahun itu tidak hadir kapten bersejarah Daniele Conti, yang mengakhiri karirnya untuk Cagliari, band kapten diberikan kepada Daniele Dessena. Nasib yang sama juga untuk dua putra Sardinia: Andrea Cossu setelah 8 musim, dan Francesco Pisano dari tahun 2004 ke tim utama setelah proses yang panjang di skuad muda.
Pada musim baru, pemusatan latihan berlangsung di Aritzo dari 12 sampai 26 Juli 2015. Pemanasan melawan tim amatir Barbagia (14-0) dan Calangianus (23-0). Memainkan pertandingan persahabatan melawan Lanusei, Cagliari menang 6-0, sedangkan jamuan pertama di Stadion Sant'Elia adalah melawan Real Zaragoza, berakhir 1-0 dengan gol pendatang baru Federico Melchiorri.
Pada 1 Aguatus, dimainkan di Stadio Bruno Nespoli Olbia melawan tim Prancis, Ajaccio, 80 menit skor 1-1, wasit menghentikan pertandingan setelah terjadi perkelahian antara pemain. Adapun kompetisi resmi, tugas pertama adalah di Piala Italia, Rossoblu mulai dari putaran kedua, pada tanggal 9 Agustus 2015 menghadapi Virtus Entella dan pertandingan yang dimainkan di Sant'Elia itu berakhir dengan skor 5-0.
Di babak ketiga ia bertemu Trapani di Sisilia. The Sardinians menang 5-3 lewat adu penalti setelah waktu normal dan tambahan berakhir 1-1. Pada tanggal 7 September Rossoblùs debut di Serie B dengan kemenangan atas Crotone (4-0). Kekalahan pertama datang di rumah Pescara pekan ke-6 (1-0). Kemudian dari giornata ke-9 meraih serangkaian enam pertandingan tak terkalahkan, yang terakhir (Cagliari-Ascoli, 3-0) membuat Cagliari memimpin klasemen diatas pesaing berat mereka, Crotone. Cagliari menyimpulkan putaran pertama di posisi Capolista dengan 46 poin hasil dari 14 kali menang, 4 kali seri dan 3 kali kalah, dengan satu poin lebih banyak dari Crotone dan delapan poin dari Novara di posisi ketiga.
Paruh kedua dimulai dengan kekalahan melawan Crotone (3-1) yang membuat posisi capolista direbut. Lima kemenangan beruntun kemudian yang membuat Rossoblu mengambil alih kembali puncak klasemen dengan selisih 5 poin. Sempat mengalami periode berfluktuasi yang membuat pimpinan tabel kembali ke Crotone. Kemenangan pada 3 Mei atas Bari (3-0), secara matematis memastikan mereka promosi ke Serie A. Keesokan harinya, di partai terakhir, Cagliari menang 3-0 melawan Salernitana juga mencatatkan tiket di Sant'Elia terjual habis (16.000 kursi) dan berkat kekalahan Crotone dari Trapani, membuatnya kembali menduduki posisi pertama. Pada pertandingan terakhir, dimainkan pada 20 Mei melawan Pro Vercelli, Cagliari menang (2-1) dengan gol dari Di Gennaro dan Sau, menasbihkan dirinya sebagai juara Serie B dengan 83 poin (hasil 25 menang, 8 seri dan 9 kekalahan), untuk pertama kalinya.
0 Comments
Post a Comment