Sejarah Sumatera Utara


Pada masa ini Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 33 kabupaten/kota dengan ibukota Medan. Provinsi Sumatera Utara berdiri tidak tiba-tiba dan begitu saja. Provinsi Sumatera Utara telah mengalami proses yang sangat panjang. Awal prosesnya bermula di Sibolga tahun 1845. Setelah itu setahap demi setahap berproses terbentuknya Residentie Oostkust Sumatra dan Residentie Atjeh. Secara politik, nama Sumatra Utara (Noord Sumatra) sudah muncul pada tahun 1926. Pusat pemerintahan berada di Sibolga (Residentie Tapanoeli).



Tapanoeli, Peta 1830


Secara administratif (di era Republik Indonesia) Sumatera Utara menjadi Provinsi, sejatinya baru terbentuk tahun 1951 yang terdiri dari tiga residentie: Tapanoeli, Atjeh dan Sumatera Timur. Pusat pemerintahan di Kota Medan. Residentie Tapanoeli terbentuk di Sumatra’s Westkust (wilayah Pantai Barat Sumatra), sedangkat Residentie Oostkust Sumatra terbentuk di Sumatra’s Oostkust (wilayah Pantai Timur Sumatra). Ibukota pertama wilayah Pantai Barat Sumatra (Sumatra’s Westkust) bermula di Tapanoeli; sedangkan ibukota pertama wilayah Pantai Timur Sumatra (Sumatra’s Oostkust) bermula di Bengkalis. Residentie Atjeh terbentuk sejak berakhirnya Perang Atjeh.

Bagaimana proses pembentukan administrasi dan pemerintahan di Sumatra Utara berlangsung? Itu yang menjadi pertanyaan. Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara (hingga sekarang) adalah akhir dari proses, awal prosesnya dimulai dari Sibolga. Pemahaman ini abai dalam Sejarah Sumatera Utara. Untuk meningkatkan pengetahuan kita, mari kita telusuri ke masa lampau.

Sumatra’s Westkust dan Sumatra’s Oostkust

VOC mengawali aktivitas perdagangan di Atjeh, Banten dan Maluku. Konsentrasi VOC kemudian menetap di Maluku. Lalu kemudian bergeser ke Jawa. Pada saat itu, Sumatra belum diperhatikan secara serius. Namun dalam perkembangannya, ketika intensitas perdaganan VOC memusat di Jawa (ibukota Batavia), Sumatra mulai diperhitungkan karena memiliki potensi yang lebih hebat dari Kalimantan. Pada awal era Pemerintahan Hindia Belanda (suksesi VOC), pengembangan ekonomi sudah sangat masif di Jawa. Muncul adagium: Jawa adalah masa kini, Maluku adalah masa lampau dan Sumatra adalah masa datang.

Tunggu deskripsi lengpanya

Residentie Tapanoeli, 1905; Province Oostkust Sumatra, 1915

Noord Sumatra: Pemilu Volksraad, 1926

Provinsi Sumatra Utara: Tapanuli, Ajeh dan Sumatra Timur, 1951

*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

0 Comments

Post a Comment