Sejak kekalahan Israel dalam pemberontakan mereka yang ketiga melawan Kekaisaran Roma pada 135 M, tanah Israel memiliki nama alias yang kita kenal sebagai Palestina. Nama ini sudah menjadi nama yang sedemikian terkenal baik dalam sejarah umum dan Alkitab. Kaisar Roma pada saat itu, Hadrian, dengan asumsi karena kebenciannya terhadap bangsa Israel, dengan sengaja menggantikan nama wilayah tempat tinggal bangsa Israel menjadi Palestina yang dimaksud sebagai penghinaan bagi orang Israel. Hadrian mengetahui bahwa musuh Israel yang tinggal dalam wilayah yang sama adalah bangsa Filistin dan nama Palestina memiliki asal usul dari kata Filistin.
Orang “Palestina” masa kini, terutama mereka yang tinggal di daerah Gaza, memegang paham di atas sebagai dasar utama bahwa mereka berhak tinggal di daerah tersebut dan mengaku bahwa mereka adalah keturunan bangsa Filistin, sama seperti pengakuan Israel yang merujuk pada sejarah Kitab Suci. Hal menarik dari pengakuan tersebut adalah fakta bahwa bangsa Filistin telah punah 3.000 tahun yang lalu dan telah berbaur dengan bangsa lain di wilayah sekitar mereka.
Ketika nama Palestina merujuk pada Israel
Dalam artikel karya David Jacobson “When Palestine Meant Israel,” (Biblical Archaeology Review, Mei/Juni 2001. Vol. 27, No. 3, hlm. 42–47), Jacobson mengangkat beberapa wawasan yang patut diperhatikan dalam pembahasan asal usul nama Palestina. Dalam artikel tersebut ia mengakui bahwa “ada kemiripan pengucapan antara kata Palaistine dan Peleshet [kata Ibrani untuk ‘tanah Filistin’].
Lebih lanjut, ia menunjuk pada terjemahan Septuaginta (LXX). Kita menemukan sebuah transliterasi bahasa Ibrani yang diterjemahkan dalam bahasa Yunani sebagai Philistieim. Jadi, pertanyaan penting yang perlu dilontarkan adalah bagaimana atau mengapa istilah Palestina menjadi referensi umum bagi tanah Israel (‘Eretz Yisrael). Jawabannya menarik untuk disimak dan memiliki implikasi yang menarik pula.
Asal mula hal ini dapat ditemukan dalam kisah yang tercatat dalam Kejadian 32:22–32 ketika Yakub bergelut dengan “seorang laki-laki” (atau malaikat). Setelah peristiwa tersebut, Allah memberi Yakub nama baru, Israel. Dalam ayat 25 kita membaca, “Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu.”
Kita lalu membaca ayat 28, “Lalu kata orang itu: ‘Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang.’”
Pada masing-masing ayat, terdapat perbedaan kata untuk menjelaskan sebuah pergumulan. Dalam ayat 25 kata gulat (Ibr. ‘abaq) hanya digunakan dalam pergulatan yang terjadi antara Yakub dan malaikat Allah. Dalam ayat 28, kata bergumul berasal dari kata sarita, yang memiliki akar dari kata sarah, yang berarti ‘berpuas diri’. Nama Israel berasal dari dua kata gabungan yaitu sarita-el, atau Yisra’el (Israel). Sekali lagi, kata Ibraninya hanya merujuk pada perjumpaan Yakub dengan si malaikat (lihat Hos. 12:4). Penekanannya adalah bergumul atau bergulat dengan Allah.
Dalam ayat 25, kata Yunani dalam LXX untuk “gulat” adalah epalaien. Bahasa Yunani bagi pegulat adalah palaistes. Kata ini pun erat kaitannya dengan kata Palaistine.
Setelah Jacobson melakukan observasi ini, ia berkata, “Kemiripan yang ada antara kata pegulat (palaistes) dan kata Palaistine—memiliki tujuh huruf yang sama berurutan, termasuk sebuah diftong—menjadi bukti kuat keduanya berkaitan.” Ia melanjutkan:
Kaisar Hadrian secara resmi menggantikan nama Yudea menjadi Syria Palaestina setelah pasukannya menghancurkan Pemberontakan Bar-Kokhba (pemberontakan Yahudi kali kedua) pada 135 M. Hal ini secara umum dipandang sebagai sebuah gerakan untuk secara sengaja menghilangkan hubungan antara bangsa Yahudi dan tanah tempat tinggal mereka. Akan tetapi, para pujangga atau penyair Yahudi seperti Philo dan Josephus, sebelum pasukan Roma datang untuk mematahkan pemberontakan, menggunakan istilah Palestina bagi tanah Israel dalam karya-karya mereka dalam bahasa Yunani, dan itu berarti menggagas bahwa tafsiran sejarah di atas kurang tepat (Hadrian mengubah nama tanah Israel atas dasar benci). Hadrian mengambil nama Syria Palaestina dengan tepat bisa ditafsirkan sebagai sebuah rasionalisasi nama tersebut bagi propinsi baru dalam pemerintahan Roma, sesuai dengan wilayahnya yang jauh lebih besar ketimbang wilayah Yudea secara geografis. Syria Palaestina memiliki sejarah turun-temurun yang sudah lama erat hubungannya dengan wilayah Israel yang jauh lebih luas dari yang kita lihat kini.
Sejarah Pembantaian Palestina Oleh Kristen Dan Yahudi
14 Mei tahun 1948, David Ben Gurion, salah seorang tokoh zionis
internasional, secara resmi memproklamasikan berdirinya negara Zionis yang
kawasannya meliputi setengah dari kawasan Palestina. Proses pendirian negara
ilegal ini dimulai sejak tahun 1917, setelah PD I berakhir, ketika Inggris
menduduki Palestina. Pada masa itu, penduduk asli Palestina yang terdiri
dari kaum muslim, Yahudi, dan Kristen hidup berdampingan dengan damai. Lima
tahun kemudian Liga Bangsa-Bangsa menyetujui didirikannya negara khusus
untuk kaum Yahudi di atas tanah yang diduduki Inggris tersebut.
Sejak saat itu, organisasi-organisasi Zionis melakukan pengiriman kaum
Yahudi dari berbagai penjuru dunia ke Palestina. Organisasi-organisasi teror
Zionis seperti Irgun dan Hagana, juga melakukan berbagai teror dan
pembunuhan massal untuk menakut-nakuti bangsa Palestina agar pergi
meninggalkan tanah air mereka. Pada bulan November 1947, PBB mengeluarkan
resolusi tentang pembentukan dua pemerintahan di Palestina, yaitu Arab dan
Yahudi, dan Baitul Maqdis (Yerusalem) dijadikan zona internasional.
Sementara itu, Inggris mengumumkan akan keluar dari Palestina pendudukan
pada tanggal 15 Mei 1948, namun beberapa jam sebelumnya, Ben Gurion
memproklamasikan berdirinya negara Israel di tanah bekas pendudukan Inggris Nitu.
Negara-negara Kristen terutama Inggris dan Amerika mendukung penuh dengan
segala cara dan bala bantuan demi berdirinya negara Israel, dengan wilayah
berasal dari rampasan tanah Palestina.
Selama berpuluh-puluh tahun kemudian sampai detik ini bangsa Yahudi (Israel)
terus membunuhi ribuan orang Palestina demi memuluskan dan meluaskan
jajahannya di negara Arab tersebut. Ironisnya bangsa Palestina yang berusaha
merebut tanahnya kembali dicap sebagai teroris oleh orang-orang Kristen. Ini
mirip dengan yang terjadi di Indonesia sebelum meraih kemerdekaan dari
Belanda dulu.
Belanda merebut, menguasai dan menjajah wilayah Indonesia, kemudian rakyat
Indonesia berusaha merebut tanahnya kembali dari tangan "si rampok"
(Belanda), namun mereka malah dicap "ekstrimis" oleh Belanda. Sama persis
dengan di Palestina. Israel merebut, menguasai dan menjajah wilayah
Palestina, kemudian rakyat Palestina berusaha merebut tanahnya kembali dari
tangan "si rampok" (Israel), namun mereka malah dicap "teroris" oleh Israel
dan orang-orang Kristen.
Padahal jumlah penduduk sipil Palestina yang telah dibantai oleh Zionis
Israel jauh lebih banyak daripada sebaliknya, penduduk Israel yang terbunuh
akibat aksi-aksi pejuang Palestina. Selama kurun waktu 4 tahun terakhir
(2000-2004) 4.000 warga Palestina telah tewas dibunuh Israel, jumlah ini
MASIH LEBIH BANYAK daripada jumlah warga Israel yang telah dibunuh oleh
Palestina dalam 56 tahun terakhir!, yaitu sejak Israel menduduki tanah
Palestina tahun 1948.
Selain daripada itu, sejak kurun waktu 2000-2004 ini 11.000 warga Palestina
juga menderita luka-luka. Dan 11.000 rakyat Palestina ditahan Israel.
250.000 warga Palestina mengalami luka-luka dengan 25.000 diantaranya
mengalami cacat permanen akibat siksaan yang mereka terima di penjara
Israel. 40.000 rumah penduduk Palestina juga telah diratakan dengan tanah
oleh pihak zionis, dengan dukungan Kristen. Jadi tangan umat Kristen juga
berlumuran darah warga Palestina.
Berdasarkan laporan lembaga pemantau HAM yang beroperasi di daerah
pendudukan, tentara Israel telah membunuh ratusan bocah Palestina sejak
meletusnya Intifada tiga setengah tahun yang lalu.
Menurut juru bicara Human Rights Monitoring Group (HRMG) yang berbasis di
Jerusalem, tentara Israel dan milisi pemukim Yahudi telah membunuh 263 bocah
Palestina berusia 0-14 tahun dan lebih kurang 236 orang berusia 15-18 tahun
sejak Intifada meledak.
Jumlah total muslim Palestina yang dibunuh Israel sejak meletusnya Intifada
diperkirakan mencapai 2670 orang. Sedangkan yang luka-luka dan cacat
dipercaya ada ribuan orang.
Sedangkan di pihak Israel yang terbunuh pada periode yang sama sekitar 838
orang. Di dalamnya termasuk tentara, pemukim, dan penduduk sipil lainnya.
Saya sungguh sangat-sangat-sangat prihatin sekali karena masih ada
orang-orang, khususnya rekan-rekan Kristen sekalian yang telah termakan
propaganda Yahudi sehingga terus menerus mendukung penjajahan dan kebiadaban
mereka di Palestina. Adalah fakta dan tak bisa dibantah, bahwa Zionis
membunuhi penduduk sipil Palestina JAUH-JAUH-JAUH LEBIH BANYAK daripada
sebaliknya.
Lalu? Mengapa di CNN dan media-media barat lainnya -thus dilakukan juga oleh
banyak rekan Kristen di Indonesia- hanya membesar-besarkan setiap perlawanan
yang dilakukan oleh rakyat Palestina sementara RELATIF SANGAT KURANG
mengecam Israel? Justru perjuangan Palestina yang SISI BURUKNYA jauh lebih
kecil dari yang dilakukan oleh Zionis Israel DIANGGAP TERORIS, sedangkan
Zionis Israel sendiri yang sejak jauh sebelumnya sampai detik ini JAUH LEBIH
BIADAB, JAUH LEBIH BANYAK MEMBANTAI dan JAUH LEBIH TERORIS dari bangsa
Palestina justru didukung total tanpa pamrih.
Gejala apa ini? Ini namanya "standar ganda" model apa? Sebelum kalian
semakin "gagal sebagai manusia", saya menyarankan, cobalah.. cobalah...
cobalah berpikir obyektif barang sejenak. Buang segala tendensi dan
kebencian anda terhadap Islam, dan mulailah meneliti, menelaah semua data
dan fakta dan setelah itu memahami realitas yang terjadi di Palestina. Kalau
kalian belum kehilangan hati kalian, kalau kalian masih mampu menggunakan
nurani kalian, maka kalian pasti akan mendukung perjuangan kemerdekaan
rakyat Palestina dan mengutuk kebiadaban-kebiadaban Zionis Israel selama
ini.
Bahkan, kalangan yang kepepet karena tidak bisa menyangkal betapa jahatnya
zionis Israel, namun karena dalam hati orang tersebut ada kebencian terhadap
Islam, ada yang mengatakan bahwa Zionis Israel dan Palestina "sama-sama
jahat". Mereka coba membuat excuse supaya kejahatan Israel bisa dieliminir
sedangkan kejahatan Palestina dibesar-besarkan, supaya sama dengan yang
dilakukan Israel. Saya katakan: tidak patut menyamakan kejahatan Israel
dengan perjuangan bangsa Palestina.
Karena zionis Israel jelas jauh lebih jahat daripada Palestina. Mereka sudah
melakukan berbagai kebiadaban sejak dari sebelum berdirinya negara illegal
mereka terhadap bangsa Palestina. Secara kualitas dan kuantitas kejahatan
yang dilakukan oleh rakyat Palestina yang berusaha merebut tanahnya kembali
itu TIDAK ADA APA-APANYA kalau mau dibandingkan dengan kejahatan yang
dilakukan oleh Zionis Israel.
Ketika mereka orang-orang Yahudi itu kembali dari diaspora -di Eropa mereka
ditindas, dibantai dan diusir oleh orang-orang Kristen- dan datang ke
Palestina SEBAGAI TAMU, mereka telah DITERIMA DENGAN BAIK oleh rakyat
Palestina. Namun kemudian apa yang terjadi? Mereka justru membunuhi bangsa
Palestina, membumi hanguskan perumahan mereka, merebut tanah mereka dan
mengusir keluar bangsa Palestina dari negerinya sendiri. Sungguh ironis,
mereka mengusir bangsa Palestina yang telah menerima bangsa Yahudi dengan
baik sebelumnya dan membiarkan mereka hidup di tanah Palestina.
0 Comments
Post a Comment