Sejarah Indramayu



Profil


Nama Resmi : Kabupaten Indramayu
Ibukota : Indramayu
Provinsi : Jawa Barat
Batas Wilayah : Utara: Laut Jawa
Selatan: Kabupaten Majalengka, Kab. Sumedang dan Kab. Cirebon
Barat: Kabupaten Subang
Timur: Laut Jawa dan Kab. Cirebon
Luas Wilayah : 2.040,11 Km2
Jumlah Penduduk : 2.007.795 Jiwa
Wilayah Administrasi : Kecamatan : 31, Kelurahan : 8, Desa : 307
Website : http://www.indramayukab.go.id

Sejarah


Indramayu (Cimanuk) sebagai kota pelabuhan berkembang pesat pada masa awal masuknya Islam. Ketika itu Cimanuk merupakan daerah kekuasaan kerajaan Sunda. Menurut Babad Dermayu pada tahun 1527, nama Cimanuk diganti dengan Dermayu dan akhirnya berubah menjadi Indramayu. Ketika kerajaan Sunda runtuh, Indramayu berada di bawah kekuasaan Kesultanan Cirebon. Beberapa situs dari masa awal masuknya Islam di Indramayu terdapat di desa Pabean Ilir, Paoman, Bojongsari, dan Dermayu (Saptono, 1996/1997).


Desa Pabean Ilir terletak pada sekitar bekas muara aliran Sungai Cimanuk di Laut Jawa dan merupakan bagian paling utara Kabupaten Indramayu. Pabean merupakan toponim yang menunjukkan bekas pabean. Sisa pemukiman lama sudah jarang ditemukan lagi. Pemukiman yang ada sekarang merupakan pemukiman baru dan terletak di sepanjang bekas aliran Sungai Cimanuk. Di kanan kiri bekas aliran sungai tersebut masih terdapat sisa-sisa tanggul yang sekarang dimanfaatkan untuk jalan desa. Indikator pemukiman lama yang masih ada yaitu komplek “makam” (petilasan) Embah Buyut Datuk Khapi. Situs ini terletak di sebelah timur tanggul sungai. Berdasarkan keterangan, situs tersebut merupakan petilasan padepokan Syech Datuk Khapi dalam rangka menyebarkan Islam di Pabean.*) Islamisasi yang dilakukannya ditujukan kepada para pemukim di Pabean yang merupakan imigran dari daerah Jawa Tengah. Sampai sekarang penduduk Desa Pabean menggunakan Bahasa Jawa. Keadaan objek yang ada sekarang berupa makam yang dilengkapi cungkup. Sekitar objek berupa komplek kuburan umum yang masih dipakai hingga sekarang. Pada sisi selatan komplek kuburan terdapat pagar tembok yang dilengkapi jalan masuk berupa gapura paduraksa. Bangunan pagar beserta gapura merupakan bangunan baru. Kompleks petilasan Syech Datuk Khapi terletak pada bagian paling utara. Petilasan tersebut berpagar tembok yang merupakan bangunan baru. Jalan masuk terdapat di sisi selatan tanpa dilengkapi gapura. Pada pagar sisi timur terdapat sumur kuna. Pada halaman yang berpagar tembok terdapat dua unit bangunan. Bangunan di sebelah timur adalah bangunan utama yang merupakan cungkup petilasan Syech Datuk Khapi. Petilasan Syech Datuk Khapi berupa makam dengan jirat bertingkat tiga. Di sebelah barat cungkup petilasan terdapat bangunan terbuka yang juga merupakan bangunan baru. Menurut keteran¬gan, lokasi bangunan tersebut merupakan bekas tempat balai di mana Syech Datuk Khapi menyampaikan ajaran Islam.

Desa Paoman merupakan toponim dari kata Pa-omah-an yang berarti perumahan. Menurut keterangan, Kampung Paoman meru¬pakan pemukiman yang dihuni para pekerja di Pabean. Dahulu para istri yang suaminya bekerja di Pabean, bermukim di Paoman, bekerja sebagai pembatik. Sampai sekarang tradisi membatik masih berlanjut. Kampung Paoman terletak di sebelah timur Sungai Cimanuk dan merupakan bagian paling utara pusat kota Indramayu. Di tengah-tengah pemukiman terdapat petilasan Padepokan Paoman yaitu bekas lokasi islamisasi bagi pemukim di Kampung Paoman. Pada petilasan tersebut terdapat makam dengan orien¬tasi utara-selatan berjumlah sebelas. Makam-makam tersebut merupakan lambang penyebar Islam di Paoman. Sembilan makam merupakan lambang walisanga, sedangkan dua yang lain merupakan lambang Ki Jaka Geding sebagai pemimpin keamanan, dan Ki Jaka Kendil sebagai pemim¬pin dapur umum.

Desa Bojongsari terletak di sebelah barat sungai Cimanuk. Pada desa tersebut terdapat komplek Stana Bojong Dermayu. Menurut keterangan situs tersebut merupakan petilasan bermukimnya para utusan dari Cirebon ketika mengadakan inspeksi ke Indramayu. Utusan tersebut terdiri dari Sunan Jati Purba, Syech Datuk Khapi, Pangeran Atas Angin, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, dan Sunan Bonang. Keadaan situs berupa kompleks kuburan umum yang hingga sekarang masih berfungsi. Pada kompleks kuburan terdapat kelompok makam yang berpagar tembok terdiri dari dua halaman. Halaman pertama terletak di sebelah selatan dengan pintu masuk di sisi timur tidak dilengkapi gapura. Untuk memasuki halaman kedua, yaitu yang terletak di sebelah utara halaman pertama, terdapat pintu masuk di sisi selatan dengan dilengkapi gapura paduraksa. Halaman ini merupakan bagian inti situs Stana Bojong Dermayu. Pada bagian ini terdapat bangunan cungkup yang di dalamnya terdapat makam sebagai lambang para utusan dari Cirebon. Makam tersebut disusun berderet dari barat ke timur dengan orientasi utara-selatan berjumlah lima. Di sebelah selatan deretan makam pada sebelah barat daya terdapat sebuah makam lagi yang belum diketahui secara jelas sebagai lambang tokoh siapa.

Desa Dermayu terletak di sebelah barat sungai Cimanuk. Situs dari masa awal masuknya Islam terdapat di Blok Tengah. Di daerah ini terdapat masjid kuna yang di belakangnya terdapat komplek makam. Masjid kuna tersebut sekarang sudah dipugar. Keadaan masjid berdenah segi empat pada bagian depan terdapat serambi. Pada ruang utama terdapat saka guru berjumlah empat dengan penampang lintang segi delapan. Bagian kepala tiang terdapat hiasan motif bintang bersudut delapan. Konstruksi bangunan menggunakan teknik pasak. Pada beberapa pasak dihias bentuk padma mula dan nanasan. Bagian atap dilengkapi mustaka berbentuk limas dari bahan terakota. Benda arkeologis yang masih tersimpan berupa mimbar berbentuk tandu yang sekarang sudah tidak dipakai. Mimbar tersebut berhias sulur-suluran. Pada bagian sandaran terdapat ragam hias motif wadasan. Bagian puncak sandaran dihias dengan motif kuncup bunga.Di belakang masjid terdapat komplek makam yang sampai sekarang masih berfungsi. Pada komplek makam tersebut terdapat halaman yang berpagar tembok. Kelompok kuburan berpagar tersebut dinamakan Makam Pangeran Selawe. Untuk memasukinya melalui jalan masuk yang dilengkapi kelir (rana) terdapat di sisi barat. Keadaan yang ada sekarang merupakan hasil pembenahan (pemugaran) yang dilakukan pada bulan Juli tahun 1976. Di situs tersebut terdapat 24 kubur yang terbagi dalam 4 blok.**) Blok I terletak pada bagian barat laut komplek terdiri 4 kubur dengan jirat berundak. Kuburan tokoh utama yaitu Pangeran Guru Wirya Nata Agama, yang dipercaya berasal dari Palembang terletak pada bagian paling utara blok I (kubur nomor 1). Di sebelah selatannya (kubur nomor 2) dipercaya sebagai kuburan Endang Darma Ayu. Blok II terletak di sebelah timur blok I terdiri 8 kubur tanpa jirat (kubur nomor 5 - 12). Blok III terletak di sebelah selatan blok II terdiri 2 kubur yang juga tanpa jirat (kubur nomor 13 - 14). Blok IV terletak di bagian paling selatan komplek terdiri 10 kubur. Kubur nomor 24 dilengkapi jirat berundak. Kubur nomor 23 dilengkapi nisan ganda berhias motif flora dan geometris berupa bintang dengan sudut delapan.


INDRAMAYU MENURUT SUMBER ETNOHISTORI


Menurut Babad Dermayu (Dasuki, 1977), momentum penting sejarah Indramayu yaitu tentang kedatangan Wiralodra. Tokoh ini disebutkan sebagai putra ketiga Tumenggung Gagak Singalodra dari daerah Banyuurip, Bagelen, Jawa Tengah. Kedatangan Wiralodra ke Indramayu disertai Ki Tinggil. Wiralodra ketika datang di tepi sungai Cimanuk memilih lokasi untuk membuka hutan di sebelah barat sungai. Daerah tersebut akhirnya berkembang menjadi perkampungan. Suatu saat Wiralodra kembali ke Bagelen, Ki Tinggil tetap tinggal di Cimanuk. Sepeninggal Wiralodra kemudian datang Endang Darma untuk bermukim di kampung tersebut. Di samping bercocok tanam Endang Darma mengajarkan ilmu kanuragan kepada masyarakat.

Keberadaan Endang Darma di Cimanuk didengar Pangeran Guru di Palembang. Bersama 24 muridnya berangkat ke Cimanuk dengan tujuan untuk menguji kesaktian Endang Darma. Tetapi di Cimanuk keduapuluhempat murid Pangeran Guru beserta Pangeran Guru dapat dikalahkan Endang Darma. Menangapi peristiwa tersebut Ki Tinggil melaporkannya kepada Wiralodra. Dengan disertai beberapa saudaranya, Wiralodra kemudian kembali ke Cimanuk. Setelah sampai, bertemu dengan Endang Darma, Wiralodra menanyakan perihal peristiwa tentang Pangeran Guru. Endang Darma mohon maaf kepada Wiralodra sambil menyatakan bahwa peristiwa tersebut tidak bisa dihindari karena Pangeran Guru terus memaksa. Mendengar jawaban tersebut Wiralodra mengajak untuk menguji kesaktian dengan catatan bila Wiralodra kalah dia menjadi pembantu Endang Darma. Sebaliknya bila Endang Darma kalah, maka ia menjadi istri Wiralodra. Akhirnya Endang Darma dapat dikalahkan. Namun Babad Dermayu tidak memberitakan tentang perkawinan antara Wiralodra dengan Endang Darma. Setelah berhasil mengalahkan Endang Darma, Wiralodra kemudian mengganti nama Cimanuk dengan Dermayu. Penggantian nama ini merupakan permintaan Endang Darma untuk mengenang namanya yang telah turut andil dalam membangun pemukiman di Cimanuk. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1527.

Mengenai tokoh Endang Darma, Babad Dermayu menerangkan bahwa Endang Darma mempunyai nama lain Ratna Gumilang, Ratu Sakti, dan Mas Ratu Gandasari. Purwaka Caruban Nagari menyebutkan bahwa Mas Ratu Gandasari adalah adik Fadlillah Khan, Putra Maulana Mahdlar Ibrahim bin Malik Ibrahim. Dengan demikian Endang Darma adalah cucu Maulana Malik Ibrahim. Sedangkan mengenai Pangeran Guru, Babad Dermayu menerangkan bahwa, dia adalah orang Jawa yang bermukim di Palembang. Pangeran Guru mempunyai nama lain Arya Dilah, putra Wikramawardhana, raja Majapahit yang ditugaskan sebagai gubernur di Palembang.

Mengenai Arya Dilah, Sajarah Banten menceritakan bahwa di Majapahit terdapat wanita jelmaan raksasa yang dijadikan selir oleh raja Majapahit. Ketika wanita tersebut mengandung, makan daging mentah dan kemudian berubah wujud ke bentuk semula. Karena takut ketahuan wanita tersebut melarikan diri dan melahirkan anak diberi nama Ki Dilah. Setelah dewasa Ki Dilah ke Majapahit dan dapat diterima raja. Ki Dilah diberi nama Arya Damar dan kemudian diangkat sebagai wakil raja di Palembang. Babad Tanah Jawi menceritakan bahwa raja Majapahit menghadiahkan kepada Arya Damar salah satu selirnya, seorang putri Cina yang dalam keadaan hamil. Di Palembang putri Cina tersebut melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Raden Patah. Sedangkan dengan Arya Damar juga mempunyai anak laki-laki bernama Raden Husin (Djajadiningrat, 1983: 265 – 266). Cerita tentang asal-usul Raden Patah menurut Babad Demak juga berkaitan dengan Arya Damar. Diceritakan bahwa Arya Damar adalah anak angkat Brawijaya yang ditugaskan sebagai adipati di Palembang. Arya Damar selain diberi jabatan juga diberi putri Cina untuk diperistri. Putri Cina tersebut adalah salah satu selir Brawijaya. Ketika mendapatkan putri Cina dalam keadaan mengandung anak Brawijaya. Di Palembang putri Cina melahirkan anak diberi nama Raden Patah (Suwaji, 1981: 14 – 38).

Dari berbagai sumber yang ada, dapat ditarik hipotesis bahwa Pangeran Guru atau Arya Dilah juga bernama Arya Damar, seorang kerabat dekat (anak atau sepupu) raja Majapahit, yang dipercaya menjadi wakil Majapahit (adipati) di Palembang. Ia juga ayah (angkat) Raden Patah. Baik Sajarah Banten maupun Babad Tanah Jawi tidak menceritakan kematian Arya (Ki) Dilah, hanya Babad Dermayu yang menceritakan kematian Pangeran Guru (Arya Dilah) karena perang melawan Endang Darma. Masuknya Islam di Indramayu berdasarkan beberapa sumber sejarah setidak-tidaknya dilakukan oleh dua orang tokoh yaitu Syekh Datuk Khapi dan Sunan Gunung Jati. Babad Dermayu menyebutkan bahwa pada tahun 1415 Syekh Datuk Khapi datang di Cirebon untuk menyebarkan Islam (Dasuki, 1977: 50). Menurut Purwaka Caruban Nagari, Syekh Datuk Khapi tidak lain adalah Syekh Nurjati atau Syekh Idhopi, ulama dari Arab. Datang di Jawa pada tahun 1420 menetap di Singapura, yaitu kampung di Pasambangan, Cirebon (Ekadjati, 1975: 88; Sunardjo, 1983: 38). Meskipun Syekh Datuk Khapi memusatkan aktifitasnya di Ceribon, namun islamisasi yang dilakukannya juga mencapai daerah Indramayu khususnya di daerah Pabean (daerah pantai). Pada tahun 1471 Sunan Gunung Jati juga mengislamkan daerah Indramayu yang berpusat di daerah Babadan. Mengenai komunitas muslim di Indramayu Tomé Pires yang datang pada tahun 1513 menyatakan bahwa di Cimanuk banyak orang beragama Islam, tetapi syahbandarnya bukan orang Islam (Dasuki, 1977: 51). Melihat bebrapa angka tahun peristiwa sejarah pada Babad Dermayu, dapat disimpulkan bahwa peristiwa terbunuhnya Pangeran Guru oleh Endang Darma berlangsung pada sebelum tahun 1527. Dengan demikian ketika itu di Indramayu merupakan awal masa Islam.



MAKAM PENGERAN SELAWE DARI ASPEK ARKEOLOGIS


Komplek makam Pangeran Selawe di Indramayu yang terlihat sekarang sudah mengalami beberapa kali pemugaran. Tinggalan arkeologis yang tersisa hanya nisan kubur 23. Kubur ini bernisan ganda. Nisan bagian dalam puncaknya runcing berhias lingkaran. Nisan bagian luar berbentuk dasar empat persegi panjang. Keadaan nisan pernah patah, sekarang sudah disambung dengan bahan semen. Pada bagian puncak berbentuk kurawal. Hiasan sulur sangat dominan. Pada bagian atas terdapat hiasan pola geometris bermotif matahari dengan ujung sinar berjumlah delapan.

Di Indonesia, nisan kubur ditampilkan dalam berbagai bentuk dan ragam hias yang berbeda-beda. Bentuk nisan tersebut biasanya merupakan lanjutan dari masa-masa sebelumnya seperti bentuk phallus, meru, lingga dengan pola hias beraneka ragam (Nurhakim, 1990: 78). Bentuk-bentuk nisan makam masa Islam di Indonesia, menurut Hasan M. Ambary (1984) berdasarkan pusat persebarannya dapat dibagi dalam empat tipe yaitu Aceh, Demak-Troloyo, Bugis-Makasar, dan lokal. Nisan tipe Aceh didasarkan pada nisan makam Malik-as-Shaleh yang merupakan makam paling tua di daerah tersebut. Nisan tipe ini tidak hanya terdapat di Aceh tetapi tersebar hingga di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Semenanjung Malaya, Lampung, serta Banten dan Jakarta. Nisan tipe Demak-Troloyo didasarkan pada bentuk nisan Raden Patah di Demak dan beberapa makam kuna di Troloyo. Bentuk nisan tipe Demak-Troloyo tersebar di Pantai Utara Jawa dan daerah pedalaman, Palembang, Banjarmasin dan Lombok. Nisan tipe Bugis-Makasar didasarkan pada makam raja-raja Goa dan Bone di Tamalate, Soppeng, dan Watang Lamuru. Nisan tipe demikian di luar Sulawesi Selatan dapat dijumpai di Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, dan Bima. Tipe nisan lokal merupakan bentuk nisan yang hanya terdapat di daerah tertentu. Sebagai contoh misalnya nisan yang terdapat di Ternate-Tidore, Jeneponto, dan Barus.




Nilai Budaya


Penduduk Kabupaten Indramayu merupakan campuran antara suku Sunda dan Jawa sehingga budaya yang tumbuh dan berkembang merupakan bentuk implementasi ekspresi masyarakat setempat dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa dan Sunda sehingga bentuk kebudayaannya merupakan merupakan akulturasi dari kedua kebudayaan tersebut . Adapun bentuk kebudayaan Indramayu antara lain sebagai berikut:

> Nadran

Upacara ini merupakan sebuah cerminan dari sebuah hubungan manusia dengan sang pencipta dengan berupa ungkapan rasa sukur akan hasil tangkapan ikan dan mengharapkan akan meningkatnya hasil di masa mendatang serta dijauhkan dari bencana dan mara bahaya dalam mencari nafkah di laut. Umumnya upacara adat nadran ini diselenggarakan antara bulan Oktober sampai Desember di Pantai Eretan, Dadap, Karangsong, Limbangan, Glayem, Bugel dan Ujung Gebang.

>Ngarot

Upacara ini sudah ada sejak abad 16 dan sampai sekarang masih di selenggarakan, terutama oleh masyarakat desa di Kecamatan Lelea setiap menjelang penggarapan sawah. Upacara ini dilaksanakan agar mendapatkan hasil pertanian yang melimpah dan upacara adat ini dilaksanakan setiap hari rabu, minggu keempat bulan November dimana pesertanya adalah para muda- mudi dengan kostum y ang khas dan aksesoris yang gemerlap.

> Jaringan

Upacara kaum remaja yang bertujuan untuk mencari pasangan hidup yang dilaksanakn pada malam bulan purnama. kegiatan ini bertempat di desa parean Kecamatan kandang haur.

> Ngunjung

Yaitu upacara syukuran yang dilaksanakan di kuburan - kuburan yang dianggap keramat biasanya dilaksanakan pada bulan syuro mulud

> Mapag Tamba

Yaitu upacara yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengusir penyakit, dengan cara membawa air tambak ke dalam bungbung bambu yang berasal dari kasepuhan atau sumber untuk disiramkasan ke air yang mengalir ke sawah pada sawah yang berada di batas desa.

> Mapag Sri

Adalah upacara yang dilaksanakn dengan tujuan unutk mengungkapkan rasa syukur kepada sang pencipta atas tibanaya masa panen, dengan cara melaksanakan pergelaran kesenian wayang kulit sehari semalam dengan lakon khusus dan biasanya dilaksanakan di balai desa.

> Sedekah Bumi

Adalah upacara yang dilaksanakan oileh petani pada saat akan turun menggarap sawahnya. biasanya dilakukan pada awal musim hujanyaitusekitar bulan oktober sampai desember. Prosesi upacara ini biasanya dimulai dari berkumpulnya masyarakat disuatu tempat dilkukan doa bersama dan setalah itu dilaksanakan upacara adat.

0 Comments

Post a Comment