Sejarah F.C. Crotone

                              



FC Crotone adalah sebuah klub sepak bola Italia yang berada di kota Crotone, Calabria. Tim dengan kostum warna merah dan biru ini memainkan pertandingan kandangnya di stadion Ezio Scida. Dibuka pada tahun 1946, sempat direnovasi beberapa kali dan memiliki kapasitas 9.547 kursi. Dalam daftar prestasinya Crotone berhasil meraih juara grup I di ajang Campionato Nazionale Dilettanti (Serie D) 1996-1997, juara grup B di Serie C1 1999-2000 dan mencapai final diajang Supercoppa Serie C.

Klub Ini dibentuk pada tahun 1910 dengan nama S.S. Crotona meskipun beberapa sumber memasukkan data berdirinya klub pada tahun 1923. Pada tahun 1924 Crotona resmi bergabung dengan FIGC.SS Crotona merubah namanya menjadi Crotone pada 1927 dan berafiliasi kepada Direktorat Daerah di Calabria dan Basilicata. Pada periode 1927-1937 terjadi sengketa atas kejuaraan di daerah Calabria dan tidak diketahui kemungkinan keikutsertaan Crotone di turnamen tersebut.

Baca Juga


Biodata Pamela Safitri dan Tubuh Sexy nya


Biodata Dinar Candy dan Foto Hot nya



Pada 1937 Crotone kembali bergabung ke FIGC dengan nama Società Sportiva Fascista Crotone, bermain di divisi utama daerah Calabria hingga 1940. Klub ini didirikan kembali pada tahun 1945, setelah perang dunia kedua, dengan nama US Crotone dan dipimpin Presiden Silvio Messinetti, bermain beberapa musim di Serie C. Pada musim 1946-47 Crotone mendatangkan pelatih asal Hungaria Lajos Politzer dan suskes tembus empat besar di Serie C. Sayangnya, mereka dikalahkan di babak playoff melawan Messina dan Reggina sehingga gagal untuk promosi ke Serie B.

Musim 1950-51 Crotone finis di urutan 8 klasemen dengan 36 poin dan hanya terpaut 4 poin dari tim yang terdegradasi. Luciano Comaschi dinilai berperan besar dalam menyelamatkan Crotone dari jerat degradasi, pemain bertahan tersebut mencetak 7 gol dalam 23 pertandingan, hingga menarik perhatian tim asal Naples. Pada bulan Juni Napoli memboyong dan membuat debutnya di Serie A. Musim berikutnya terjadi penyesuaian struktural di kejuaran nasional. Di Serie C tiap grupnya yang menempati posisi 5-18 akan terdepak ke IV Series - kasta keempat - dan juara grup akan promosi ke Serie B. Crotone harus rela terdegradasi pasalnya hanya sanggup menempati urutan 10. Musim 1952-53 terjadi duel sengit antara Crotone dan Catanzaro, yang bersaing untuk promosi. Keduanya memiliki poin yang sama di klasemen grup H, laga itu disebut juga "derby dari provinsi Catanzaro", namun kejadian pahit harus dirasakan Rossoblù: Catanzaro memenangkan pertandingan, Crotone pun harus puas duduk di peringkat tiga dan hanya berselisih tiga poin atas pemuncak klasemen tersebut.

Enam musim berturut-turut Crotone berkutat di kasta keempat, sampai akhirnya tahun 1959 pada akhir musim tim berhasil menduduki posisi teratas grup H sehingga berhak atas promosi ke Serie C. Pada tahun 1963 mereka degradasi ke Serie D, tetapi promosi kembali pada tahun berikutnya dan bertahan selama 14 musim. Pada tahun 1978 bersamaan dengan penataan ulang organisasi liga, Crotone diturunkan ke Serie C2 dan tahun berikutnya mereka mengalami kebangkrutan. Sebuah klub baru dengan nama Associazione Sportiva Crotone dibentuk dan memulai kompetisi di Prima Categoria.

Crotone kembali promosi ke Serie C2 pada musim 1984–85 namun hanya bertahan satu musim. Kemudian nama mereka diubah menjadi Kroton Calcio dan promosi ke Serie C2 pada musim 1987-88 dan bertahan hingga 1991. Kebangkrutan kedua menyebabkan dibentuknya tim baru bernama Football Club Crotone Calcio dipimpin oleh Raffaele Vrenna sebagai presiden, dan memulai kompetisi di liga Promozione dan Crotone pun sukses mendapat promosi beruntun.

Pada 1996-97 Crotone berhak atas promosi ke Serie C2 setelah unggul head to head atas Locri. Para pemain kembali merayakan promosi ke Serie C1 setelah menang play-off melawan Benevento di kota Lecce, yang disaksikan langsung oleh 5.000 lebih penggemarnya. Di Serie C1 1998-99, Tim berjuluk 'Ikan Hiu' ini mengakhiri musim di posisi 9 grup B.

Musim 1999-2000, Crotone ditantang untuk mendapatkan tiket promosi ke Serie B, mereka mendatangkan beberapa pemain diantaranya kiper muda Generoso Rossi, Salvatore Aronica, Andrea Fabbrini, Firmino Elia, Alfredo Cardinal, Marco Pecorari dan Andrea Deflorio; yang bergabung dengan pemain inti lainnya Domenico Giampa, Jimmy Fialdini, Rubens Pasino dan Kapten Vito Grieco. Mereka juga mendatangkan mantan pemain Juventus era 1975 Antonello Cuccureddu sebagai pelatih.

Usaha mereka berbuah manis, Crotone berhasil menduduki capolista Serie C1 grup B dan otomatis promosi ke Serie B. Ini pertama kalinya bagi Crotone bermain di Serie B dan seiring dengan kesuksesan tersebut pada tahun 2000 merubah nama klub menjadi seperti saat ini FC Crotone.

Menjalani musim 2000/01 di Serie B, hanya empat pekan berselang Crotone memecat pelatih Cuccureddu dan digantikan oleh Giuseppe Papadopulo setelah hanya meraih satu kemenangan saja dari 4 laga, 3 diantaranya kalah. Dibawah pelatih baru Crotone mengalami kemajuan, mereka sukses tembus peringkat kesembilan. Pada musim berikutnya terjadi beberapa kali pergantian pelatih diawali Antonio Cabrini yang memmpin 8 pekan, Francesco Strangio 1 pekan, Stefano Cuoghi 8 pekan, Giuseppe Materazzi 14 pekan dan diakhiri oleh Franco Selvaggi semuanya tidak membawa perubahan mereka harus puas duduk di peringkat 20 klasemen dan kembali harus bermain di Serie C1.

Musim 2002-2003 di arsiteki Gaetano Auteri, sempat digantikan Luigi De Rosa (pekan 22-26) namun hasilnya malah lebih buruk 4 imbang, satu kalah. Crotone pun memanggil kembali Gaetano dan sukses mengakhiri musim di posisi 6 grup B Serie C1. Musim 2003-2004 tim berjuluk Squali mempercayakan Gianpiero Gasperini, mantan pelatih tim muda Juventus untuk memimpin, diakhir musim sukses meraih tiket promosi kembali ke Serie B. Gasperini sempat diberhentikan pada pertengahan musim 2004-2005 namun dipanggil kembali hingga musim 2005-2006.

Musim 2006-2007 dengan beberapa pemain utama yang pergi di bursa transfer, Crotone mempercayakan pelatih Elio Gustinetti target utamanya adalah tetap bertahan di Serie B. Namun perjuangan mereka tidak mudah mereka akan berhadapan dengan beberapa tim besar seperti Napoli dan Genoa, juga untuk pertama kalinya akan menghadapi Juventus yang harus bermain di Serie B akibat skandal Calciopoli.

Separuh musim berjalan Crotone hanya mengumpulkan 16 poin, membuat sang pelatih angkat kaki. Diparuh kedua mereka mengangkat Guido Carboni sebagai pelatih baru. Tidak ada perubahan, serangkaian hasil buruk terus didapat Crotone dan membuat mereka terdegradasi ke Serie C1 setelah hanya finis di peringkat kedua terbawah alias peringkat 21 dengan mengumpulkan 32 poin.

Memulai musim 2007/2008 di Serie C1 Crotone mempercayakan urusan teknik kepada Paolo Indiani, bermodal para pemain muda ia mengadopsi formasi pelatih sebelumnya, Luigi De Rosa. Musim berjalan positif, Abdelkader Ghezzal menjadi salahsatu bintang Crotone setelah suskes membukukan 20 gol dari 33 pertandingan dan membawa Crotone untuk memperebutkan tiket promosi ke Serie B. Sayang, di partai play-off mereka harus kalah agregat melawan Taranto. (Crotone 3-2 Taranto, Taranto 2-0 Crotone).

Pada akhir musim Ghezzal - pemain asal Aljazair dijual ke Genoa dengan harga €3.000.000 yang merupakan rekor transfer terbesar bagi publik Crotone. Pada tahun 2008, terjadi perubahan presiden dari Raffaele Vrenna yang sudah 15 tahun memimpin digantikan oleh Salvatore Gualtieri. Bangku pelatih kemudian dipegang Francesco Moriero. Menjajal musim 2008/2009 Crotone sukses menembus tiga besar di grup B Lega Pro Prima Divisione yang sebelumnya bernama Serie C1 dan lolos ke babak play-off promosi. Dibabak play-off sendiri Crotone berhasil mengalahkan lawannya, Arezzo dan Benevento sehingga berhak untuk kembali bermain di Serie B.

Musim 2009/2010 kembali terjadi pergantian kursi pelatih dari Moriero kepada Franco Lerda yang didatangkan dari Frosinone. Sempat terseok-seok, dari 7 pertandingan awal dihiasi hasil imbang sebanyak 5 kali dan 2 kali kalah, bahkan mereka hanya mampu mencetak 2 gol saja. Kemudian mereka juga terkena pengurangan 2 poin akibat penyimpangan administrasi. Namun Crotone berhasil comeback diakhir musim menempati posisi kedelapan.

Musim 2010/2011 klub ini menunjuk pelatih baru Leonardo Menichini. Kejuaraan dibuka dengan laga derby Calabria, menghadapi Reggina skor akhir 0-0. Crotone tak terkalahkan di enam laga pertama, 2 menang, 4 imbang.Sempat terjadi pergantian pelatih dipertengahan musim oleh Eugenio Corini (pekan 18-27), namun kembali dipegang oleh Menichini. Crotone menyelesaikan musim diperingkat 11.

Musim 2011-2012, Presiden Salvatore Gualtieri mengundurkan diri dan digantikan oleh Giovanni Vrenna yang merupakan saudara dari Raffaele Vrenna. Pelatih Menichini dipecat pada Januari 2012 dan diganti oleh Massimo Drago yang merupakan asisten pelatihnya. Mengakhiri musim diperingkat yang sama seperti musim lalu, sebelas. Musim 2012/2013 pucuk pimpinan presiden kembali dijabat Raffaele Vrenna dengan pelatih Massimo Drago, sempat berkutat dipapan bawah pada paruh pertama namun berhasil duduk diperingkat 12 pada akhir musim .

Musim 2013/2014 dengan pergerakan dibursa transfer musim panas dan diisi oleh pemain-pemain muda, Crotone sukses menembus enam besar, lolos ke babak play-off promosi dan menjadi pencapaian terbaik sepanjang sejarah klub. Namun sayang, mereka kalah dibabak awal play-off menghadapi Bari.

Musim 2014/2015 terjadi perubahan besar-besaran, 18 pemain keluar dan mendatangkan 20 pemain di bursa transfer musim panas. Jelang penutupan mereka mendatangkan Raffaele Maiello dan Camillo Ciano yang pada akhir musim mencetak 17 gol. Tim kota penemu rumus pitagoras ini mengalami keterpurukan diawal musim bahkan sempat duduk diposisi paling buncit. Meski akhirnya finish di peringkat 17 klasemen berkat raihan poin yang lebih banyak diparuh kedua terutama saat memainkan partai kandang.

Musim 2015/2016 dibawah pelatih baru asal Kroasia, Ivan Jurić, mereka memulai musim dengan baik di Coppa Italia membekuk FeralpiSalò dan Ternana masing-masing dengan skor 1-0. Crotone lolos ke babak berikutnya dan akan menghadapi AC Milan untuk pertama kalinya dalam sejarah di San Siro. Didukung oleh sekitar 5000 suporter, Rossoblu sukses menyulitkan AC Milan di babak penyisihan Coppa Italia, hasil imbang 1-1 pada waktu normal 90 menit. Meski akhirnya kalah 3-1 di perpanjangan waktu.

Pencapai di liga pun sangat mentereng, pada pekan kedelapan berhasil menduduki puncak klasemen Serie B untuk pertama kalinya. Mereka sendiri menutup paruh pertama diperingkat kedua dengan 45 poin berselisih 1 poin dengan pemuncak Cagliari, dan terpaut cukup jauh dengan zona play-off. Tidak hanya itu, Crotone pun mencatatkan rekor tim dengan jumlah poin terbanyak di Serie B dalam satu tahun kalender di 2015.

Memulai paruh kedua, Crotone berhadapan dengan Cagliari dan suskes meraih kemenangan dengan skor 3-1 dikandang sendiri, wujud balas dendam dimana pada pertemuan pertama Crotone takluk 4-0 di Sant Elia - kandang Calgiari. Posisi Capolista pun kembali dipegang Crotone. Pada 30 Januari 2016 Crotone takluk 1-2 dari Perugia, ini menjadi kekalahan di kandang pertama mereka dalam satu tahun, posisi capolista pun kembali direbut Cagliari. Crotone memimpin kembali pada giornata ke 29 hingga 40.

Pada 29 April 2016, menjadi hari bersejarah bagi publik Crotone, dimana untuk pertama kalinya bagi tim yang berbasis di salahsatu kota termiskin Italia ini dipastikan promosi ke Serie A berkat hasil imbang 1-1 atas Modena. Mereka bahkan hampir saja menyabet gelar juara namun sayang, hasil imbang pada pekan 40 melawan Latina (1-1) serta kekalahan 3-0 dari Trapani di pekan 41 membuat posisi puncak klasemen mereka dilucuti Cagliari yang hanya terpaut satu poin.

Crotone mengakhiri musim diperingkat kedua dengan 82 poin, dari 42 laga: 24 menang, 13 imbang dan 6 kali kalah. Tim ini menjadi tim ketiga dari Calabria - sebuah regional di selatan Italia - yang mencicipi kasta tertinggi Italia setelah Catanzaro dan Reggina.

Referensi


https://ligaitaliaseriea.blogspot.com/p/crotone.html


0 Comments

Post a Comment