GEOGRAFI, DEMOGRAFI DAN SOSIAL BUDAYA DI OMAN
Oman adalah negara yang relatif kecil dengan luas hanya 309.500 kilometer persegi (dua setengah kali luas pulau Jawa) dan populasi 4,6 juta orang (kurang lebih sama dengan penduduk Provinsi D.I Yogyakarta). Pemerintahan di Oman berbentuk kesultanan dimana negara ini dipimpin oleh seorang sultan yang sekaligus merangkap sebagai kepala pemerintahan. Terdapat beberapa kota besar di Oman, yaitu Muscat sebagai ibu kota negara dan beberapa kota lain seperti Nizwa, Sohar, Salalah dan Duqm.
Mayoritas penduduk adalah Arab muslim dengan populasi sebesar 77 persen. Sedangkan, sisanya adalah minoritas India, Pakistan, Iran, dan Afrika. Negara ini diperkirakan didiami oleh ratusan suku yang didasarkan pada genealogi, aliansi tradisional, agama dan pola ekonomi. Namun mayoritas, sebuah suku yang ada di Oman terdiri dari sebuah klan atau sekelompok klan yang memiliki leluhur yang sama. Suku-suku ini kemudian mengatur hubungan sosial, teritorial, ekonomi dan politik. Suku yang besar atau yang memiliki pengaruh politik yang penting memiliki seorang syekh yang disebut sebagai tamimah. Tamimah dipilih secara turun-temurun dan memiliki tugas layaknya pemimpin pada umumnya yaitu mengatur keeksistensian suku-suku yang ada di Oman.
Selain dari ekspor minyak, Oman juga mengandalkan pendapatan dari sektor pertanian. Komoditas utama yang dihasilkan adalah buah-buahan dan sayuran seperti kurma, jeruk nipis, gandum, alfafa, tebu, pisang, mangga, anggur, buah delima, kelapa, sorgum, ubi jalar dan padi. Barang-barang ini selanjutnya akan dibawa menggunakan kapal-kapal menuju ke bandar-bandar perdagangan baik di Asia maupun di Afrika.
Baca Juga
B. SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE OMAN
Sebelum datangnya Islam, Oman termasuk kedalam bagian jaringan perdagangan kerajaan Sasania di Persia yang membentang dari Teluk Persia hingga ke Sindu. Disamping mendapatkan keuntungan dari perdagangan, Oman juga menjadi masyarakat pertanian yang sangat maju sebab berada di wilayah Arab yang subur. Pengaruh Persia memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan lingkungan budaya Oman. Persia mengenalkan pengembangan sistem irigasi falaj untuk menggantikan sistem irigasi sederhana yang sebelumnya dilakukan. Pengembangan ini dilakukan kedalam dua tahap, yang pertama meliputi sisi barat dari pegunungan di utara Oman ke Jauf dan Sharqiyah serta yang kedua di lembah-lembah gunung khususnya di Ghadaf.
Selama periode Sasania, terutama setelah dikembangkannya sistem irigasi yang lebih maju maka pengaruh perdagangan laut meningkat dan jalur-jalur perdagangan dikembangkan dengan Afrika Timur dan China menggunakan kapal-kapal. Kapal-kapal tersebut menggunakan pelabuhan Apologas di Mesopotamia Selatan untuk berlayar hingga menuju ke India dan China. Bahkan pelaut-pelaut Oman memainkan peranan penting dalam membawa barang-barang dagangan dari Afrika Timur, India, China dan melakukan kontak dengan wilayah-wilayah lain melalui lautan.
Islam masuk ke Oman pada tahun 630 M ketika Nabi Muhammad saw mengutus Amr ibn al-‘Ash menemui Julanda Abd dan Jaifar untuk mengajak mereka menganut kepercayaan baru. Hal ini dilakukan setelah adanya persetujuan syekh-syekh Arab dan pengiriman seorang delegasi ke Madinah. Amr bin al-‘Ash tetap berada di Oman untuk mengajarkan masyarakat tentang Islam dan mendorong mereka untuk melawan terhadap Persia. Orang-orang Persia yang mengalami kekalahan kemudian memutuskan berdamai dengan orang-orang Arab. Mereka menarik iri ke Iran sehingga Oman menjadi milik muslim dan orang-orang Arab. Kemudian kebijakan Rasulullah saw yang diserahkan kepada pemerintahan muslim dengan sangat mudah diterapkan di Oman, terutama yang berkaitan dengan zakat. Karena zakat yang terkumpul di wilayah Oman tetap dibiarkan didistribusikan kepada penduduk miskin dan tidak diserahkan ke pemerintahan pusat di Madinah.
C. KONDISI OMAN DI ERA MODERN
Pada tahun 796, Oman dikuasai oleh pemerintahan Imam Ibadiyah yang berusaha mempertahankan sistem kesukuan, pertanian dan mengintegrasikan warga nomadik dan warga pemukiman. Ibadiyah berusaha memperluas jaringan perdagangan Oman dengan cara mendirikan koloni dagang di Basrah, Siraf, Aden, India dan wilayah pesisir Afrika Timur.
Portugis memasuki Oman pada abad ke-16 setelah Vasco da Gama berhasil memasuki India. Kemudian Portugis memerintahkan Alfonso de Albuquerque untuk mendirikan sebuah imperium di Timur. Alfonso berpendapat bahwa untuk bisa mendirikan sebuah imperium terlebih dahulu harus menguasai lautan yang menghubungkan antara Timur dan Barat, yaitu Oman sebab posisinya yang berada di mulut Teluk Persia. Pendudukan Portugis atas Oman terjadi pada tahun 1507 dan berakhir pada tahun 1650.
Namun pada abad ke-19, Mesir mengambil alih lalu lintas Samudera Hindia melalui rute perdagangan Laut Merah. Akibatnya perdagangan bangsa Oman dibawah dominasi Ibadiyah hancur. Kemudian Oman berusaha bangkit dengan cara mengintegrasikan masyarakatnya menjadi masyarakat tunggal disertai pengakuan Ibadiyah sebagai mazhab resmi negara yang akan mengatur hukum perdata dan pidana di Oman.
Oman merupakan satu-satunya negara yang paling koservatif di kawasan Teluk Persia. Kebangkitan kembali Oman terjadi pada abad ke-17 dan ke-18 ketika Oman berhasil mengusir Portugis keluar dari kawasan Afrika timur. Selain itu pada abad ke-19, para sultan dari dinasti Bu Sa’id pun berhasil memperkuat kembali jaringan perdagangan mereka. Oman memperbaiki kembali kontrol atas Zanzibar dan beberapa kota lainnya di Afrika Timur.
Pada tahun 1749 Ahmad ibn Sa’id terpilih menjadi khalifah Oman dan mendirikan dinasti al-Bu Sa’id yang memerintah Oman hingga sekarang. Disamping itu dominasi Portugis yang telah hilang kemudian digantikan oleh Inggris. Langkah Inggris dalam usaha untuk menguasai Oman terhalang oleh adanya niat yang sama dari Perancis. Sehingga hampir satu abad lamanya Inggris berusaha membuat perjanjian dagang dengan Oman namun baru berhasil pada tanggal 31 Mei 1839. Oman berada sepenuhnya dalam penguasaan protektorat Inggris pada tahun 1854, ketika sultan Oman, Sa’id ibn Sulthan (1791-1856), menghadiahkan pulau Kuria Muria kepada Inggris.
Pada tahun 1955, Sa’id ibn Taymur (1932-1970) dengan bantuan Inggris, merampas seluruh wilayah negeri dibawah pemerintahannya. Pola pemerintahan yang sempit dan tiranis memancing sejumlah gerakan oposisi. Salah satunya ialah Front Pembebasan Masyarakat Oman dibentuk tahun 1965 oleh para pelajar dan The Dhofar Liberation Front mengorganisir perlawanan terhadap pemilikan tanah pribadi para sultan. Sa’id ibn Taymur mampu mempertahankan keutuhan kekuasaan atas negeri ini lantaran jasa para perwira militernya dari Inggris dan lantaran kebijakan isolasi Oman dari dunia luar.
Tahun 1970-an, putranya yang bernama Qabus ibn Sa’id naik tahta untuk membentuk sebuah rezim yang lebih modern. Ia menumpas semua kekuatan perlawan yang dilakukan oleh oposisi. Selain itu, ketika Qabus mengambil kontrol atas pemerintahan ia kemudian membuka isolasi Oman dari dunia luar. Ia melakukan pembangunan dan pembaruan di segala sektor seperti jalanan, sekolah-sekolah, kesehatan, komunikasi, layanan keuangan, sumber air, dan perumahan. Ia berkeyakinan bahwa kebijakan baru tersebut dapat mentransformasikan Oman kearah kemajuan.
Citra Oman segera berubah sejak ditemukannya ladang minyak dan adanya ambisi yang kuat dari sultan Qabus untuk mengakhiri isolasi tersebut. Oman menjadi salah satu negara maju dengan perkembangan yang pesat dalam berbagai bidang. Kesejahteraan sosial di negara yang beribukota di Muskat itu mengandalkan pengusaha dan jaringan kerabat. Jika ada masyarakat yang berusia lanjut, memiliki keterbatasan fisik serta mengalami keterbatasan ekonomi maka akan dirawat oleh jaringan kerabat.
Sejak tahun 1970-an, pemerintah telah bekerja keras membangun layanan kesejahteraan sosial, mempromosikan stabilitas, dan keamanan bagi masyarakat. Departemen sosial, tenaga kerja, dan pelatihan keterampilan bertanggung jawab mengeluarkan biaya bulanan bagi orang tua, para janda, korban perceraian, dan orang yang memiliki keterbatasan fisik. Adapun perhatian khusus bagi kaum muda dilakukan melalui pusat pemerintahan khusus. Negara Oman memiliki luas sekitar 300.000 km2 dan terletak di Semenanjung Arab. Oman berbatasan langsung dengan Selat Hormuz dan Teluk Oman di sebelah utara, kemudian Yaman di sebelah selatan, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab di sebelah barat, dan Laut Arab di sebelah timur. Wilayah Oman terdiri dari gurun-gurun, lembah kering, oase, semak belukar, dan pegunungan berbatu nan tandus.
Oman beriklim panas sehingga wilayah geografisnya hanya terdiri dari padang pasir yang kering, daerah pantai yang panas dan lembab, serta pedalaman yang kering. Penduduk Oman diperkirakan berjumlah 1.643.579 jiwa yang terdiri dari orang-orang Arab, Balochi, Zanzibari, dan orang-orang Asia Selatan seperti India, Pakistan, Bangladesh. Terdapat agama-agama yang dianut oleh masyarakat Oman yaitu Islam Ibadhi, Muslim Sunni, Muslim Syiah, dan Hindu.
Dinasti Oman telah memiliki kuasa sejak tahun 1749 M dan menjadi negara otonom tertua di Arab. Selain itu, Oman sudah menggunakan pendapatan penjualan minyak untuk menjalankan modernisasi negara, meningkatkan infrastruktur, layanan kesehatan, dan pendidikan. Sehingga, Oman menjadi negara yang berjaya dan memiliki pengaruh hingga Afrika Timur. Ibukotanya yaitu Muscat telah menjadi pusat berniaga dan perdagangan di seluruh Teluk Persi hingga sampai ke negeri Cina.
Sehingga terjalin hubungan internasional dalam hal perdagangan. Oleh karena itu, Oman menjalin hubungan dengan beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan sebagainya sehingga menjadikan Oman sebagai negara Arab yang pertama kali menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain. Namun setelah Perang Dunia 1, Oman mulai surut dari kancah dunia. Karena pada saat itu, Oman dikuasai oleh Sultan Said bin Taymur yang memiliki sikap angkuh dan kaku. Merosotnya Oman ditandai dengan penurunan dalam bidang perdagangan baik dari dalam maupun dari luar, pembatasan-pembatasan dalam beberapa bidang lain (pendidikan, infrastruktur, pelayanan, kesehatan) bagi rakyat Oman, serta adanya penutupan gerbang yang merupakan akses utama bagi rakyat Oman.
Akibat dari perbuatan Sultan Said yang begitu ortodoks timbul penentangan rakyat sehingga pemberontakan tidak bisa dihindarkan. Pemberontakan ini dipimpin oleh Front Pembebasan Dhofar di bagian selatan Oman.
Melihat kondisi Oman yang semakin mamburuk, maka putra dari Sultan Said yaitu Qaboos bin Said mengadakan kudeta tak berdarah untuk mengambil alih kekuasannya pada tanggal 23 Juli 1970. Dari peristiwa kudeta ini, Qaboos berhasil menduduki takhta sebagai sultan dan membangkitkan kembali kejayaan Oman.
Perkembangan Islam di Oman
Perkembangan Islam di Oman merupaman perkembangan rakyat negara Oman itu sendiri. Hal ini disebabkan karena Oman memiliki rakyat yang meyoritas Islam sebagai keyakinannya. Masyarakat Islam ikut ambil andil dalam perkembangan negara Oman dan tentu memberikan identitas bagi Oman itu sendiri. Dalam hal ini, perkembagan Islam di Oman dapat dilihat dari 2 bidang yaitu :
a. Bidang Politik
Oman memiliki 2 pembagian dalam hal politik negara yaitu politik luar negeri dan politik dalam negeri. Untuk di dalam negeri, Oman memiliki beberapa perangkat kekuasaan seperti Diwan of Royal Court (kantor kerja sultan), Ministry of Palace Office Affair (bagian administratif), Cabinet of Ministers and Secretariat of The Cabinet (perangkat yang berperan sebagai pemegang kekuasaan eksekutif). Selain itu, Oman juga dibagi menjadi 59 provinsi di bawah pengawasan gubernur yang dipilih oleh sultan untuk mempermudah pengaturan pemerintahan.
Untuk politik luar negeri, Oman membuka diri untuk menjalin hubungan dengan negara-negara lain. Seperti menjadi anggota PBB tahun 1971; bergabung dengan Kuwait, Uni Emirat Arab, Irak dan Yaman selatan untuk menjalin hubungan diplomatik; Oman juga bagian dari anggota Liga Arab; Oman menjadi bagian The Gulf Cooperation Council (GCC) dalam urusan keamanan; dan menjadi anggota gerakan non-blok (GNB).
b. Bidang Ekonomi
Oman merupakan negara yang berkembangan menjadi makmur berkat adanya komoditas minyak bumi sebagai penyumbang perekonomian nasional sebesar 80%. Selain minyak bumi, Oman juga memiliki sektor jasa sebagai struktur ekonomi yang mendominasi. Kemudian diikuti sektor migas, industri, pertanian, dan perikanan. Produk yang menjadi ekspor utama Oman adalah minyak, gas alam, produk hidrokarbon, aluminium, biji besi, dan pupuk. Selain ekspor, adapun produk impor utama negara Oman seperti kendaraan bermotor, onderdil kendaraan, peralatan konstruksi, dan peralatan komunikasi
Referensi
http://makalahirfan.blogspot.com/2019/08/sejarah-umat-islam-di-oman.html
0 Comments
Post a Comment