Merintis Bisnis
"Saya merasakan betul bahwa survival itu tidak gampang," tandasnya. Arifin kemudian tumbuh jadi pegawai radio dan televisis Philips. Dia kemudian berkenalan dengan sosok Jusuf. Dia mengenalnya sebagai pengusaha penjual televisi. Ia jualan televisi barang elektronik ketika cuma TVRI. Terutama ketika stasius televisis ini masuk ke daerah Tangkuban Perahu. Penjualan elektroniknya laris manis sampai melupakan sesuatu. Jusuf juga berjualan tekstil kain tetapi terbengkalai. Dia terlalu sibuk berjualan elektronik. Disisi lain, pedagang lain mulai meninggalkan jualan kain dan menjadi pakaian jadi; Jusuf tidak melakukannya. Terlalu fokus bisnis lain membuatnya kurang awas berbisnis. Dia kehilangan tren alhasil ditinggalkan pembeli. Pelanggan bertahap beralih ke produk pakaian jadi. Arifin belajar banyak dari kisah tersebut. Bahkan inilah yang membuat bangkit menjadi pengusaha. Arifin tidak pernah merasa trauma. Menjalankan kewirausahaan sudah mendarah daging.
Biografi Arifin Panigoro kelahiran Bandung, Jawa Barat, 14 Maret 1945, dikenal pengusaha Indonesia yang merupakan pendiri Medco. Bukan perkara mudah dia merintis ketika dimasa Order Baru. Pada masanya dikenal pengusaha pribumi kurang diperhatikan.Kedua orang tuanya merupakan kelahiran Gorontalo pindah ke Jawa. Arifin termasuk aktif dalam dunia perpolitikan. Pernah dia menjadi pendiri Partai Demokrasi Pembaruan. Nama- nama terkenal di dunia politik dikenalnya, antara lain Sophan Sophian, Laksamana Sukardi, Roy B.B Janis, dll.
Dia pun pernak bergabung dalam PDI- Perjuangan. Masa Orde Baru tumbang, pada 1998, namanya sudah dikenal berbisnis perminyakan. Pergaulan Arifin meluas termasuk pejabat Pertamina dan pula perusahaan minyak internasional. Ketika masa reformasi banyak mahasiswa turun ke jalan. Arifin sadar politik. Sumbangsih Arifin telah menjadi simbol kebangkitan pengusaha berpolitik. Banyak pengusaha yang ragu bergabung gelombang reformasi. Arifin menjadi simbol lewat membagi- bagikan nasi bungkus gratis.
Alumni Elektro Institur Pertanian Bandung tahun 9173. Bermula dia menjadi kontraktor instalasi listri door to door pada 1980 -an. Berlanjut, masih masa Orde Baru, Arifin menjajal pemasangan pipa kecil- kecilan. Dia kemudian mencoba menggarap pipa diameter besar.Sayangnya, dalam peraturan, proyek semacam tersebut diperuntukan perusahaan asing. Pengusaha lokal seperti dirinya akan didepak. Pasalnya perusahaan asing lebih memiliki peralatan canggih. Arifin menemukan sesuatu harus dirubah.
Andaikan pemerintah mendukung pengusaha lokal bersaing. Bagaimana bisa ikut menangani proyek- proyek sekala besar. Pada 1981, Arifin nekat mengerjakan proyek pipanisasi skala besar. Caranya ia melalui kerja sama dengan perusahaan asing. Deal -nya unik, bukan keuntunga, melainkan satu kali proyek berhasil maka dibayar alat. Perusahaan asing akan memberikan peralatannya ke Arifin. Mitra setuju kemudian proyek berhasil. Arifin hasilkan peralatan gratis buat dijadikan modal.
Kemana- mana dia masuk proyek berbekal peralatan tersebut. Memang dukungan pemerintah sangat berpengaruh. Beruntung pemerintah mulai menyadari kebutuhan lokal. Ingin rasanya ikut membantu pengusaha lokal. Perusahaan asing mumpuni karena pengalaman mengerjakan bertahun- tahun. Perusahaan lokal kemudian akan menjadi mitra pengerjaan. Ketika terjadi oil boom, pada 1979- 80 -an, Sekertariat Negara hendak membangun beberapa kilang baru. Pemerintah punya progam pembinaan perusahaan lokal.
Medco akan membangun kilang minyak di Cilacap. Perusahaan Arifin Panigoro dikawinkan dengan perusahaan asal Amerika Serikat. Ikut mengerjakan perusahaan Arifin mendapat pengalaman. Untung ya, Arifin punya kedekatan dengan Dirjen Migas Miharso yang ingin kemandirian perusahaan lokal. Kemudian ada proyek penyertaan modal pemerintah ke Pertamina. Targetnya pengeboran gas wilayah Sumatra Selatan. Pemerintah mendorongnya ikut tender, meskipun Medco belumlah memiliki alat pengeboran. Perusahaan asing diminta memakai orang Medco, dan menyewakan alat ke pada mereka. Namun perusahaan asing tersebut memberikan tanggapan negatif. Pak Miharso tersinggung. Dia lalu membatalkan. Dan nekat meminta Medco mengerjakan proyek sendiri. Biografi Arifin Panigoro sama sekali tidak percaya, karena dia tidak memiliki pengalaman mengebor. Hasilnya, Arifin kelabakan karena tender 1979 harus sudah dikerjakan 1980. Perasaan campur aduk, ia menerima tantangan itu. Arifin lalu mengajak staf yang mampu berbahasa Inggris. Disuruhnya dia ke pusat perbelanjaan paralatan pengeboran di AS.
Begitu yakin akan harga maka Arifin sendiri terbang ke Amerika. Inilah pengalaman pertamanya, ini pertama kali perjalanan bisnis, Arifin berangkat dari Jakarta ke Houston, Amerika Serikat. Dia punya modal 300.000 dollar dan "bahasa Inggris Tarzan". Penjual meminta dalam dua minggu harus dilunasi. Atau uang $300.000 miliknya akan hangus. Total ia mengeluarkan $4 juta. Arifin tidak bisa menawar karena posisinya jelek. Pengalaman terbang itu menjadi pembelajaran. Pengalaman terbang panjang memakai fasilitas pesawat kelas ekonomi. Sesampai di Jakarta, Arifin jatuh sakit dan tetap harus melakukan pertemuan. Arifin harus menemui Gubernur Bank Indonesia Rachmat Saleh lalu ke Pertamina. Inilah kisah bangkit menjadi pengusaha "bayi". Hingga Pak Piet Haryono dan Pak Wiharso sepakat Medco harus dibantu.
Referensi
https://biografi-pengusaha.blogspot.com/2020/12/biografi-arifin-panigoro-bangkit.html
0 Comments
Post a Comment