1) Latar belakang revolusi kuba
2) Dampak revolusi kuba
3) Ppt revolusi kuba
4) Kesimpulan dari revolusi kuba
5) Sejarah singkat revolusi kuba
6) Makalah revolusi kuba
7) Tujuan revolusi kuba
Tentara Pembebasan Nasional dibawah komandonya akan disatukan di atas dasar strategi tunggal yang meliputi seluruh gerakan revolusioner Amerika Latin, dan selanjutnya akan dintegrasikan kedalam Tentara Proletariat Internasional. Setelah terlibat dalam revolusi Congo dan menyaksikan kekalahannya, Che semakin yakin akan pentingnya penyatuan kekuatan-kekuatan bersenjata secara internasional (paling tidak seluruh kawasan) untuk menumbangkan bangsa-bangsa penjajah. "Inisiatif mengenai Tentara Proletariat Internasional tidak akan mati," demikian tulisnya.
Ketika Che dan Kubanya, kamerad-kamerad Bolivia dan Peru berjuang di Bolivia, suatu peristiwa historis terjadi di Havana. Berbagai gerakan revolusioner dan organisasi-organisasi kiri dari seluruh negera-negara Amerika Latin bertemu pada konferensi Organisasi Solidaritas Amerika Latin (OLAS). "Berbagai organisasi hadir disini" kata Armando Hart, delegasi Kuba, "bertemu untuk membicarakan strategi perjuangan bersama guna melawan imperialis AS, oligarki-oligarki borjuis, dan para tuan tanah, yang telah disetir oleh kepentingan pemerintah AS. Delegasi Kuba hadir sebagai partai revolusioner. Tesis kami didasarkan atas ideologi Marx dan Lenin. Kami adalah ahliwaris tradisi revolusioner Amerika Latin. Kami akan setia pada tradisi ini.
Karl Marx pernah berkata pada saat komune Paris, bahwa tujuan dari revolusi massa adalah menghancurkan mesin birokrasi militer sebuah negara dan menggantikannya dengan tentara rakyat. Selanjutnya Lenin berkata bahwa gagasan ini meletakkan pelajaran fundamental dari Marx dalam hubungan dengan tugas-tugas proletariat dalam revolusi. Delegasi kami menganggap bahwa pengalaman historis ini memperkuat penegasan dari Marx dan Lenin ini. Kami menganggap perlunya ada analisis mengenai pandangan Marx dan Lenin serta konsekensi-konsekuensi praxisnya."
Dalam pidato mengenai strategi revolusi yang akan dikembangkan di seluruh kawasan (Amerika Latin), delegasi Kuba mengingatkan kembali bahwa "nilai dan kebesaran konsepsi dari Jose Marti bisa diukur dengan apa yang tengah terjadi: [Marti] menanamkan cita-cita Bolivarian, yaitu dengan menyatukan negara-negara Amerika Latin menjadi satu negara yang besar yang dimulai dari perjuangan bagi pembebasan Kuba sebagai bagian dari revolusi Amerika Latin". Pada saat yang sama, delegasi Kuba mengatakan bahwa "hari ini, solidaritas revolusioner rakyat Amerika Latin memiliki kekuatan yang luar biasa, karena cita-cita mengenai penyatuan negara-negara Amerika Latin menjadi satu negara yang besar telah diperkuat."
Setahun kemudian, Peredo, anggota pasukan gerilya Bolivia yang selamat, mempertegas pentingnya dan harapannya mengenai penyatuan Amerika Latin, "keberhasilan pasukan revolusionerlah yang akan memapankan sosialisme di Amerika Latin, tidak hanya sebagai kawasan kami, tetapi juga negara kami."
Proses berlangsungnya Revolusi Kuba
Che Guevara sadar bahwa imperialisme Amerika Serikat adalah musuh utama rakyat Amerika Latin yang harus dilawan dengan senjata. Intervensi Amerika Serikat dalam pemerintahan Guatemala menjadikan Che Guevara semakin membenci Amerika Serikat. Kebencian serupa juga dirasakan Fidel Castro yang tengah memperjuangkan revolusi bagi Kuba. Berdasarkan pemikiran yang sama ini kedua revolusioner bersatu untuk menghentikan imperialisme Amerika Serikat dari Kuba.
Che Guevara rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran bahkan jiwa dan raganya untuk Kuba yang bukan merupakan tanah airnya. Ketertarikan Che Guevara dalam Revolusi Kuba didukung oleh jiwa revolusioner yang sedang berkembang di dalam dirinya. Che Guevara bergabung dengan Gerakan 26 Juli karena panggilan hatinya untuk revolusi. Keinginan Che Guevara ini dilatarbelakangi oleh peristiwa agresi militer di Guatemala yang sangat pahit. Che Guevara memutuskan bergabung dengan Gerakan 26 Juli dalam hitungan menit atau bisa dikatakan tanpa berpikir lama-lama.
Langkah pertama Fidel Castro adalah mendirikan Camp pelatihan Gerakan 26 Juli di pegunungan Chalco, Meksiko. Fidel Castro selanjutnya meminta Alberto Bayo untuk melatih Gerakan 26 Juli mengenai strategi berperang, terutama perang gerilya.
Alberto Bayo yang merupakan mantan Jenderal Spanyol memiliki banyak pengalaman mengenai perang gerilya. Pengalaman tersebut didapatnya di Maroko pada saat melawan bangsa Arab dan di Spanyol ketika terjadi perang saudara. Alberto Bayo mengajarkan Gerakan 26 Juli mengenai pengaturan perang gerilya, keahlian menembak, teknik penghancuran dan strategi berperang lainnya. Che Guevara yang merupakan tenaga medis Gerakan 26 Juli juga ikut berlatih untuk menghadapi kemungkinan terburuk. Tanpa disangka, ternyata Che Guevara cepat belajar dan terlihat lebih menonjol dibandingkan kemampuan anggota Gerakan 26 Juli lainnya. Setelah siap bertempur, Gerakan 26 Juli berangkat menuju Kuba.
Pada tanggal 25 November 1956, Che Guevara dan Fidel Castro beserta 80 anggota Gerakan 26 Juli berangkat dari pelabuhan Tuxpan, Meksiko, menuju Kuba dengan menggunakan Kapal Granma. Rute yang dipilih adalah dengan berlayar memutar jauh ke utara Kuba dan berlabuh di daerah yang dekat dengan pedesaan Niquero di Provinsi Oriente. Sehari setelah berlayar, Kapal Granma dihantam badai. Kondisi tersebut semakin buruk karena Gerakan 26 Juli yang tidak biasa berlayar, Alhasil mereka mengalami mabuk laut.
Setelah tujuh hari menempuh perjalaan laut, Che Guevara berhasil sampai di Kuba pada tanggal 2 Desember 1956. Kapal Granma berlabuh di Pantai Las Coloradas. Kondisi Gerakan 26 Juli sangat memprihatinkan. Perbekalan telah habis, senjata yang tersisa hanya tinggal beberapa senapan, sabuk peluru dan sedikit amunisi yang basah. Keadatangan pasukan Gerakan 26 Juli di Pantai Las Colorada telah diketahui oleh tentara Fulgencio Batista yang kemudian melaporkan kedatangan tersebut kepada Fulgencio. Keadaan ini sangat tidak menguntungkan terhadap Gerakan 26 Juli.
Selama tiga hari Che Guevara berjalan melewati rawa-rawa dengan kondisi lapar. Che Guevara beristirahat di Algeria de Pio Provinsi Niquero untuk memulihkan tenaga. Pada hari berikutnya, Che Guevara melanjutkan perjalanan. Ketika melintasi perkebunan tebu, tanpa diduga pesawat musuh tiba-tiba datang dan terbang rendah menembaki Gerakan 26 Juli. Che Guevara bersama para pengikutnya terlibat dalam pertempuran yang tidak seimbang. Pasukan Fulgencio Batista jauh lebih unggul dari kekuatan pasukan Gerakan 26 Juli. Beruntung pada peristiwa ini Che Guevara dapat menyelamatkan diri.
0 Comments
Post a Comment