Geologi dan bentangalam secara nyata mempengaruhi keragaman masyarakat dan budaya di planet bumi. Hinggasaat ini, baik nasional maupun internasional, tidak ada usaha untuk memperkenalkan situs warisan geologi tersebut. Inisiatif UNESCO mendukung pembentukan geopark merupakan tanggapan terhadap keinginan banyak negarauntuk meningkatkan nilai warisan bumi, di mana pengetahuan geologi menjadi saksi dari sejarah kehidupan. Perlindungan dan pengembangan warisan geologi dan keanekaragaman-bumi secara berkelanjutan melalui geopark mendukung sasaran Agenda 21. Agenda 21 merupakan agenda ilmu pengetahuan untuk lingkungan yang dicetuskanoleh UNCED (United Nations Conference on Enviroment and Development) di Rio de Janeiro pada tahun 1992.
Pada tahun 2002 pertemuan dilanjutkan di Johannesburg. Inisiatif pembentukan geopark menjadi dimensi baru bagi perlindungan warisan budaya dan alam, yang menekankan pada potensi interaksi antara pengembangan sosio-ekonomi dan budaya dengan konservasi lingkungan alam.
Divisi Ilmu Kebumian UNESCO dan kelompok ahli geopark Eropa merekomendasi pembentukan Jaringan Global Geopark Nasional dengan sasaran:
1. Konservasi lingkungan
2. Pendidikan ilmu kebumian secara luas
3. Penumbuhan dan pengembangan ekonomi lokal secara berkelanjutan.
Pada Februari 2004 kelompok ahli geopark UNESCO berkumpul di Paris dan menghasilkan beberapa keputusan penting seperti:
1. Menetapkan keberadaan Jaringan Global Geopark
2. Menerima naskah pedoman dan tata cara pendaftaran geopark di jaringan global
3. Menerima 17 geopark lama di Eropa dan 8 geopark baru di Cina menjadi anggota Jaringan Global Geopark Di Beijing, Cina (27-29 Juni 2004) diselenggarakan Konferensi Internasional Geopark pertama, sebagai promosi adanya jaringan geopark dunia. Pertemuan diikuti oleh perwakilan pemerintah dari beberapa negara dan komunitas bukan-pemerintah.
Jaringan Global Geopark bekerja secara sinergi dengan World Heritage Centre UNESCO, Man & Biosphere (MAB) World Network of Biosphere Reserve, kelompok nasional dan internasional (pemerintah, non-pemerintah) yangberafiliasi dengan konservasi warisan geologi. Dalam hal ini UNESCO akan senantiasa bekerjasama, terutama dalamhal pendidikan, menejemen (pengelolaan), kepariwisataan, pengembangan berkelanjutan dan perencanaan regionaldi antara anggota jaringan. Hingga sekarang, 57 geopark dari 18 negara telah menjadi anggota Jaringan Global Geopark.
Secara khusus, pada tahun 2000, dibentuk Jaringan Geopark Eropa yang bertujuan:
1. Melindungi keragaman-bumi
2. Mempromosikan warisan geologi kepada umum
3. Mendukung pengembangan ekonomi berkelanjutan di kawasan geopark, terutama melalui pengem-bangan geowisata.
Dari awalnya yang hanya terdapat di 4 negara bagian, pada Juli 2006 geopark selanjutnya menyebar di 33 negara bagian di 13 negara di Eropa. Jaringan Geopark Eropa itu sendiri disahkan oleh UNESCO pada tahun 2001, dan pada tahun 2004 diberi tanggung-jawab untuk mengatur keanggotaan Jaringan Global Geopark UNESCO di Eropa. Semua geopark di Eropa sudah dikembangkan menjadi objek dan daya-tarik wisata dalam kemasan geowisata. Geopark-geopark yang tersebar di berbagai negara di Daratan Eropa itu terletak di antara Samudera Atlantik, LautUtara, Laut Baltik, Laut Mediterania, dan Laut Hitam.
Seiring dengan tumbuhnya apresiasi di setiap negara (terutama Cina dan Jepang) maka jumlah anggota yangtergabung dalam Jaringan Geopark Global UNESCO-pun semakin bertambah. Dari sekitar 32 anggota pada tahun2004-2005 berkembang menjadi 64 anggota hingga musim panas tahun 2009. Cina menjadi negara yang mempunyai geopark paling banyak di dunia. Dari 160 geopark nasional yang terdapat di negara itu, 8 geopark terdaftar sebagai geopark global pada tahun 2004, kemudian bertambah 4 buah di tahun 2005, 6 buah selama tahun 2006, 2 buah ditahun 2008, dan pada tahun 2009 bertambah 3 buah lagi. Total, hingga tahun 2009 Cina mempunyai 23 geoparkglobal yang tergabung dalam UNESCO. Di tahun-tahun mendatang, geopark Cina yang tergabung dalam Jaringan Geopark Global-UNESCO pasti akan terus bertambah. Pertambahan itu seiring dengan aneka manfaat yang dapat diperoleh dari upaya perlindungan terhadap warisan bumi.
Wilayah selatan Sukabumi, tepatnya di Ciletuh, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi ada ‘pusaka’ yang terpendam sejak puluhan juta tahun lalu. Di Ciletuh inilah, terdapat kelompok bebatuan berumur paling tua di Pulau Jawa. Keberadaan taman bumi (geopark) menjadikan daerah ini sangat unik dan langka secara geologi. Selain di tempat ini, masih ada dua tempat serupa di Pulau Jawa. Yakni di Karangsambung, Kebumen yang telah diresmikan sebagai cagar alam geologi serta di Bayat, Klaten, Jawa Tengah.
Batuan yang tersingkap di permukaan Ciletuh memperlihatkan pemandangan yang sangat eksotis, baik dari segi komposisi batuannya maupun dari segi alamnya. Ini menjadikan Ciletuh sangat unik dan menarik buat dikunjungi dan dipelajari. Gugus batuan di sini yaitu batuan bancuh yang berumur pra-tersier atau zaman kapur sekitar 55 juta hingga 65 juta tahun lalu, kandungan fosil, proses, dan bentang alam, serta proses geotektonik yang jarang ditemukan. Semua itu merupakan bukti proses alam khususnya geologi yang dapat diunggulkan dan dibanggakan Provinsi Jabar.
Geopark Ciletuh ini memiliki karakteristik yang khas, unik, sekaligus langka. Kawasan ini memperlihatkan dua penggalan kerak bumi yang berbeda sifatnya karena tersusun dari batuan yang berasal dari lempeng samudera dan lempeng benua. Adapun singkapan batuan atau fenomena lainnya dapat ditemukan di daerah komplek Gunung Beas, Gunung Badak, dan Gunung Citireun.
Batu Unik dan Curug Tersebar di Geopark Ciletuh Kawasan Ciletuh berjarak sekitar 135 km Dari Kota Sukabumi. Kontur jalan yang naik turun, menikung, ditambah sempitnya jalan dan kerusakan di sejumlah titik, membuat waktu tempuh dari Kota Sukabumi ke Ciletuh baru dapat dicapai sekitar enam jam.
Namun, perjalanan panjang itu akan terbayarkan saat kita sudah tiba di kawasan tersebut. Teluk Ciletuh, Pulau Mandra dan keindahan alam lainnya, berupa batu-batu tua dan air terjun, seolah-olah menjadi obat penghilang lelah.
Ketua Paguyuban Alam Pakidulan Sukabumi (Papsi) Endang Sutisna memaparkan, di Ciletuh para wisatawan bisa melihat batu dengan relief menyerupai batik. Relief di batu yang berusia jutaan tahun lalu itu, kata Endang, merupakan hasil buatan alam. Selain itu, lanjutnya, ada Batu Kasur yang berbentuk menyerupai kasur, Batu Jendela yang berbentuk menyerupai jendela, dan Batu Haok yang bisa memantulkan bunyi ketika kita berteriak.
Keindahan alam di wilayah itu, dilengkapi dengan masih adanya banteng khas Sukabumi bagian selatan. Meski makin jarang dijumpai, Endang meyakinkan kalau banteng itu masih hidup di Ciletuh.
Geopark Ciletuh meliputi sejumlah desa, seperti Tamanjaya, Ciwaru, Mekarsari, Mandrajaya, dan Sidamulya Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi. Selain warga Sukabumi dan sekitarnya, Untuk meningkatkan kunjungan wisata ke daerah ini sejumlah aspek memang perlu pembenahan, seperti kondisi alam yang saat ini coba kami tingkatkan dengan penghijauan. Selain itu, akses jalan menuju ke Ciletuh juga harus menjadi perhatian.
0 Comments
Post a Comment