Perang Kemerdekaan di Kroasia berlangsung pada tahun 1991 hingga 1995. Perang ini bermula ketika negara bagian Kroasia memerdekakan diri dari negara induknya, Yugoslavia. Ketika pasukan Yugoslavia yang dibantu oleh milisi-milisi etnis Serb mencoba menggagalkan deklarasi kemerdekaan tersebut lewat jalur bersenjata, wilayah Kroasia pun berubah menjadi medan tempur. Perang ini memiliki hubungan yang erat dengan Perang Bosnia karena jalannya peperangan di Bosnia turut berpengaruh pada perkembangan situasi di Kroasia.
Latar Belakang
Peta Kroasia
Perbedaan pendapat langsung merebak di negara muda ini. Golongan Kroat menginginkan otonomi luas & bahkan kemerdekaan bagi wilayahnya, sementara golongan Serb menginginkan negara dengan gaya pemerintahan sentralistik / terpusat. Ketika perbedaan pendapat tersebut semakin berlarut-larut, sejumlah politikus Kroat tewas dibunuh di dalam gedung parlemen. Untuk meredakan situasi, raja Yugoslavia lantas memecah wilayah Kroasia menjadi sejumlah daerah baru. Namun oleh etnis Kroat, kebijakan tersebut dianggap sebagai upaya etnis Serb di pemerintahan pusat untuk mengaburkan jejak historis etnis Kroat.
Tahun 1941, Yugoslavia ditaklukkan oleh negara-negara Blok Poros yang terdiri dari Jerman, Italia, & Hongaria. Pasca penaklukan, kelompok Ustasa yang berhaluan nasionalis ekstrim & bersekutu dengan Blok Poros mendirikan negara Kroasia merdeka di bekas wilayah Yugoslavia. Pada periode inilah, ribuan warga sipil Serb menjadi korban pembunuhan serta pengusiran massal oleh para simpatisan Ustasa. Sebagai akibatnya, etnis Serb ganti menaruh rasa dendam kepada etnis Kroat.
Anggota Ustasa yang sedang berpose di atas korbannya.
Tahun 1945, negara Kroasia bentukan Ustasa mengalami keruntuhan akibat kekalahan Blok Poros dalam Perang Dunia II. Bekas wilayah negara Kroasia kemudian diserap oleh negara komunis Yugoslavia yang baru berdiri. Untuk mencegah timbulnya pemberontakan bermotifkan fanatisme etnis, Josip Tito selaku presiden Kroasia memberikan otonomi kepada negara-negara bagian penyusun Yugoslavia, termasuk Kroasia. Ia juga mencitrakan Yugoslavia sebagai negara yang penduduknya hidup rukun dalam keberagaman.
Tahun 1980, Tito menghembuskan nafas terakhirnya sehingga Yugoslavia kehilangan tokoh yang selama ini bisa menjembatani perbedaan antar etnis. Dikombinasikan dengan tengah memburuknya perekonomian negara, benih-benih nasionalisme berbasis etnis pun mulai timbul kembali di Yugoslavia. Tahun 1987 contohnya, Slobodan Milosevic yang berhaluan ultranasionalis terpilih sebagai pemimpin baru partai komunis Yugoslavia cabang Serbia. Ia kemudian memanfaatkan pengaruhnya untuk memperkuat kontrol etnis Serb di pemerintahan pusat.
Sementara itu di Kroasia, pada tahun 1989, Franjo Tudjman mendirikan partai HDZ yang berhaluan nasionalisme bangsa Kroat. HDZ nantinya berhasil memenangkan pemilu di negara bagian Kroasia pada tahun 1990. Kemenangan HDZ langsung membuat etnis Serb merasa tersengat. Mereka menuduh kalau Tudman & para simpatisannya berencana menghidupkan kembali gerakan Ustasa di wilayah Kroasia. Namun para pendukung Tudman balik menuduh kalau etnis Serb di pemerintahan pusat mencoba mengubah Yugoslavia menjadi negara khusus etnis Serb.
Berjalannya Perang
Bulan Mei 1991, Kroasia menggelar referendum yang diboikot oleh etnis Serb & berhasil dimenangkan oleh golongan pendukung kemerdekaan. Sebulan kemudian, Kroasia secara resmi memproklamasikan kemerdekaannya. Pemerintah pusat Yugoslavia yang tidak mengakui proklamasi tersebut lantas mengerahkan militernya untuk menggagalkan kemerdekaan Kroasia. Sementara itu di wilayah Kroasia sendiri, sejak permulaan tahun 1991 milisi-milisi Serb sudah melakukan blokade jalanan & serangan sporadis kepada anggota polisi dari etnis Kroat.
Milisi Serb dengan bendera Kroasia
hasil jarahan. Di bulan yang sama dengan deklarasi kemerdekaan Kroasia, pasukan Yugoslavia mulai menghujani kota Vukovar di Kroasia timur dengan tembakan artileri dari segala penjuru. Tidak lama kemudian, pasukan Yugoslavia ikut menerjunkan tank & pesawat tempurnya untuk menggempur Vukovar. Kalah jumlah personil & senjata, kota Vukovar akhirnya berhasil ditaklukkan oleh pasukan Yugoslavia & milisi Serb pada bulan Oktober. Pasca penaklukan, warga sipil Vukovar yang masih hidup dieksekusi secara massal.
Kalah di Vukovar, pasukan Kroasia masih menunjukkan perlawanan gigih di front lain. Mereka menyerbu barak-barak di seantero wilayah Kroasia yang kebetulan masih ditempati oleh pasukan Yugoslavia & merampas persenjataan yang ada di dalamnya. Sementara itu di sebelah barat, pasukan Kroasia yang diperkuat oleh meriam artileri berhasil menenggelamkan kapal-kapal perang Yugoslavia yang ditugaskan untuk melakukan blokade ke pelabuhan di sepanjang pantai Dalmatia.
Bulan Desember 1991, wilayah pinggiran Kroasia yang berpenduduk mayoritas etnis Serb memerdekakan diri dengan nama "Republika Srpska Krajina" (Republik Krajina Serbia). Bulan Januari 1992, perwakilan Kroasia & Yugoslavia (Serbia) setuju untuk melakukan gencatan senjata. Ketika gencatan senjata dikumandangkan, sebanyak 1/3 wilayah Kroasia tengah berada di bawah kendali etnis Serb. Gencatan senjata tersebut lalu diikuti dengan pendirian 4 zona aman yang dijaga oleh 14.000 tentara perdamaian PBB.
Milisi Serb dengan bendera Kroasia
hasil jarahan. Di bulan yang sama dengan deklarasi kemerdekaan Kroasia, pasukan Yugoslavia mulai menghujani kota Vukovar di Kroasia timur dengan tembakan artileri dari segala penjuru. Tidak lama kemudian, pasukan Yugoslavia ikut menerjunkan tank & pesawat tempurnya untuk menggempur Vukovar. Kalah jumlah personil & senjata, kota Vukovar akhirnya berhasil ditaklukkan oleh pasukan Yugoslavia & milisi Serb pada bulan Oktober. Pasca penaklukan, warga sipil Vukovar yang masih hidup dieksekusi secara massal.
Kalah di Vukovar, pasukan Kroasia masih menunjukkan perlawanan gigih di front lain. Mereka menyerbu barak-barak di seantero wilayah Kroasia yang kebetulan masih ditempati oleh pasukan Yugoslavia & merampas persenjataan yang ada di dalamnya. Sementara itu di sebelah barat, pasukan Kroasia yang diperkuat oleh meriam artileri berhasil menenggelamkan kapal-kapal perang Yugoslavia yang ditugaskan untuk melakukan blokade ke pelabuhan di sepanjang pantai Dalmatia.
Bulan Desember 1991, wilayah pinggiran Kroasia yang berpenduduk mayoritas etnis Serb memerdekakan diri dengan nama "Republika Srpska Krajina" (Republik Krajina Serbia). Bulan Januari 1992, perwakilan Kroasia & Yugoslavia (Serbia) setuju untuk melakukan gencatan senjata. Ketika gencatan senjata dikumandangkan, sebanyak 1/3 wilayah Kroasia tengah berada di bawah kendali etnis Serb. Gencatan senjata tersebut lalu diikuti dengan pendirian 4 zona aman yang dijaga oleh 14.000 tentara perdamaian PBB.
Di luar Kroasia, konflik antara pasukan etnis Kroat & Serb masih tetap berlanjut di wilayah Bosnia-Herzegovina, karena kedua belah pihak sama-sama berambisi mencaplok sebagian wilayah Bosnia untuk memperluas wilayah negaranya masing-masing. Oleh pihak Kroasia, Perang Bosnia juga dimanfaatkan untuk memperkuat kedudukan mereka di sisa-sisa wilayah Kroasia, sambil melatih ketrampilan para personilnya di medan tempur Bosnia.
Peta Kroasia & Krajina
Bulan Januari 1993, pasukan Kroasia melanggar gencatan senjata & menyerbu masuk ke dalam wilayah Krajina barat. Pasukan etnis Serb tidak mau kalah & balas meledakkan bendungan Peruca di Kroasia selatan supaya bisa menenggelamkan ribuan warga sipil Kroat di bawahnya. Untungnya bencana kemanusiaan yang dahsyat berhasil dihindari setelah tentara PBB asal Inggris ikut campur dengan cara mengurangi debit air di dalam bendungan, sehingga bendungan tidak sampai runtuh.
Kendati pihak Kroasia & Yugoslavia sama-sama melanggar gencatan senjata di tahun 1993, intensitas konflik di Kroasia hingga beberapa bulan berikutnya masih relatif terbatas berkat keberadaan pasukan perdamaian PBB. Bulan Maret 1994, terjadi titik balik dalam Perang Bosnia yang turut mempengaruhi perkembangan perang di Kroasia. Dalam perundingan di Washington, AS, perwakilan etnis Kroat & Muslim Bosnia sepakat untuk bekerja sama memerangi pasukan Yugoslavia. Kesepakatan ini membuat Kroasia bisa kembali mengkonsentrasikan kekuatannya untuk memerangi etnis Serb.
Bulan Mei 1995, pasukan Kroasia melancarkan serangan kilat & berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Krajina timur hanya dalam rentang waktu 3 hari. Dua bulan kemudian, pasca perundingan yang digelar di kota Split, pemerintah Bosnia setuju untuk membiarkan Kroasia menempatkan pasukan dalam jumlah besar di wilayah Bosnia. Tujuannya adalah untuk memecah konsentrasi pasukan etnis Serb yang saat itu tengah mengepung kota Bihac di Bosnia barat laut.
Operasi militer yang dimaksud akhirnya dilaksanakan pada akhir bulan Juli. Hasilnya, serangan pasukan Serb ke Bihac berhasil ditunda & pasukan Serb di Bosnia serta Kroasia barat kini sudah dikepung sepenuhnya oleh pasukan Kroasia. Tanggal 4 Agustus, dengan mengusung kode sandi "Operasi Badai" (Operacija Oluja; Operation Storm) pasukan Kroasia yang diperkuat oleh 130.000 personil memulai serangannya ke arah pasukan Serb dari segala penjuru.
Warga sipil Serb yang mengungsi
semasa Operasi Badai.
Hanya dalam rentang waktu kurang dari seminggu, Operasi Badai berakhir dengan keberhasilan pasukan Kroasia menguasai seluruh wilayah Krajina barat. Kesuksesan operasi militer ini juga berdampak pada berakhirnya pengepungan atas kota Bihac. Di pihak etnis Serb, selain berdampak pada lenyapnya hampir seluruh wilayah negara Krajina, sebanyak 200.000 warga sipil Serb juga terpaksa mengungsi keluar dari wilayah Kroasia. Operasi Badai sekaligus menjadi konflik militer terakhir dalam periode Perang Kemerdekaan Kroasia.
0 Comments
Post a Comment