Sejarah Venezuela


Cristopher Columbus menemukan Venezuela pada saat pelayarannya yang ketiga menuju dunia baru. Pada tanggal 1 Agustus 1498 Columbus tercatat sebagai orang Eropa pertama yang menginjakkan kakinya didaratan utama Amerika Selatan. Kemudian Ia menghabiskan waktu dua minggu untuk meneliti daerah delta Rio Orinoco. Colombus mempercayai bahwa yang ditemukannya adalah “Taman Eden” (Garden of Eden) setelah dia kagum terhadap sumber alam yang membentang, air yang segar dan bersih, serta perhiasanperhiasan mutiara yang dipakai penduduk setempat.13 Ekspedisi Spanyol yang kedua, selang satu tahun kemudian, dipimpin oleh Alfonso de Ojeda dan Amerigo Vespuci. Mereka berlayar kearah barat menyusuri pantai Tierra Firme (Sebagaimana kemudian dikenal sebagai Amerika Selatan) sejauh Lago de Maracaibo. Disana, gubuk-gubuk orang pribumi dibangun diatas gundukan batu diatas danau yang kemudian dikenang sebagai Vespucci of Venice, itulah yang menyebabkan ia memberikan nama daerah penemuannya sebagai
Venezuela atau Little Venice.14 Dengan cepat berita ini menyebar ke seluruh dataran Spanyol dan ekspedisi-ekspedisi selanjutnya dilakukan secara rutin, dikendalikan oleh nafsu untuk menguasai, mencari kekuasaan dan kekayaan. Penyebabnya tak lain adalah mutiara-mutiara indah serta hasil pertambangan lainnya, dan dimulailah penjajahan di benua tersebut.



Konon, perampasan Venezuela oleh bangsa Spanyol berjalan lambat dan sulit, tetapi berangsur-angsur mereka berhasil merebut kawasan itu dan membangun jaringan kota. Pada tahun 1528, Charles V Raja Spanyol dan Kaisar Romawi Suci, melimpahkan hak menempati dan mengembangkan Venezuela kepada Perusahaan Bank Welser Jerman. Administrasi Welser melakukan banyak hal, tetapi tindakan itu menimbulkan permusuhan rakyat sehingga pada tahun 1556 Raja Spanyol membatalkan konsesi Welser. Pengendalian Venezuela kembali ketangan Spanyol, yang kemudian mengambilalih tugas mengkolonisasi Venezuela. Caracas dibangun pada tahun 1567 dan menjadi ibukota pada tahun 1577.




Selama masa penjajahan, Venezuela diperintah oleh perwakilan kerajaan Spanyol. Para birokrat kerajaan memegang pucuk pemerintahan, sedangkan para pastur Spanyol memegang jabatan gereja tertinggi. Golongan Criollos, kulit putih kelahiran Amerika, memiliki lahannya dan mengendalikan politik dan agama, tetapi hanya pada tingkat lokal. Golongan Mestizo ditempatkan pada posisi yang lebih rendah oleh golongan minoritas kulit putih. Suku Indian yang hidup di pedalaman benar-benar terpisah dari kehidupan sosial dan budaya Eropa, sedangkan golongan Negro dipekerjakan sebagai budak di perkebunan pantai Karibia. Karena rasa tidak puas, baik dari golongan Kreol yang paling kaya maupun yang amat miskin, terjadilah gerakan untuk kemerdekaan. Keinginan untuk memerintah sendiri bertambah kuat setelah revolusi di Amerika Serikat pada tahun 1776 dan di Perancis pada tahun 1789 berhasil. Masa akhir penjajahan akhirnya tiba setelah pada bulan April 1810, dengan jatuhnya Spanyol ke tangan Napoleon Bonaparte. Kreol Venezuela

Universitas Sumatera Utara


Dari tahun 1830 hingga akhir abad 19, republik Venezuela mengalami krisis besar yang berturut-turut. Negara itu hanya mempunyai sedikit pengalaman tentang pemerintahan sendiri, maka tahun-tahun kemerdekaannya dikacaukan oleh berbagai perang saudara berdarah, diktator kejam, pameran kekuasaan golongan, dan ketidakacuhan terhadap azas politik serta partai politik. Namun, kendati terjadi berbagai keributan, Venezuela selamat dan berhasil menegakkan dasar organisasi politiknya, untuk menciptakan sebuah pola bagi struktur sosialnya, dan untuk meningkatkan ekonominya.

Abad ke-20 ditandai oleh masa panjang kekusasaan tunggal yang kejam dan korup, seperti dicerminkan oleh Kediktatoran Capriano Castro (1899-1908)
dan Juan Vicente Gomez (1908-1935). Pemerintahan Gomez dilukiskan sebagai bentuk kediktatoran yang paling kasar. Ia meninggal pada tahun 1935, setelah 27 tahun dengan kekuasaan mutlak. Ia membiarkan negeri tanpa politik, lembaga perwakilan atau kebebasan masyarakat. Berbagai upaya untuk mendirikan pemerintahan demokratis memperoleh hasil cukup baik ketika Romulo Gallegos terpilih menjadi presiden pada tahun 1948. Sayang, 10 bulan kemudian ia didesak pergi oleh dewan militer. Maka militerpun memegang kembali pemerintahan hingga tahun 1952. Kolonel Marcos Perez Jimenez mulai memerintah pada akhir tahun 1952 dan mengepalai suatu pemerintahan yang juga amat korup. Ia digulingkan pada tahun 1958 dan terpilihnya bekas presiden Romulos Betancourt pada tahun itu mengantarkan Venezuela ke jaman baru pemerintahan demokrasi yang jujur. Ia merupakan presiden pilihan rakyat pertama yang menyelesaikan masa jabatannya. Penggantinya, Raul Leoni, yang dipilih pada tahun 1963 waktu itu adalah orang


Universitas Sumatera Utara


pertama yanmg mengambil alih kepresidenan secara damai. Sejak saat itu Venezuela mempunyai pergantian pemeintahan secara teratur dan demokratis sampai paling akhir pada tahun 1984 ketika Jaime Lusinchu dilantik sebagai sebagai presiden.


B. Revolusi Bolivarian


Revolusi adalah sebuah bentuk klimaks dari proses evolusi serangkaian peristiwa pergolakan yang terjadi. Proses panjang revolusi melalui tahapan tahapan yang didalamnya terdapat keberanian, sikap tegas dan tindakan strategis dan taktis dalam menghancurkan tembok tirani kekuasaan yang kokoh. Melawan arogansi dan represifitas penguasa yang mengakibatkan banyaknya timbul korban jiwa dan harta demi sebuah perubahan. Dan sejarah adalah akumulasi dari kejadian-kejadian yang dibuat oleh manusia. Pola historisitas tersebut juga dialami oleh Venezuela. Setelah mengalami fase perang saudara yang panjang, proses penggulingan pemerintahan melalui kudeta-kudeta hingga kepemimpinan yang berkiblat pada Neo-liberalisme. Menjalankan “resep-resep” busuk Neoliberalisme yang mengakibatkan hancurnya stabilisasi perekonomian di negara tersebut. Pengeksploitasian dan penghisapan yang dilakukan oleh Kapitalisme yang dimotori oleh Amerika Serikat yang sangat berlebihan menyebabkan rakyat semakin tertindas. Hampir semua negara di belahan bumi selatan Amerika mengalami nasib serupa, sebagai bagian dari konsekwensi logis penerapan imperialisme yang dilakukan dengan cara-cara baru, melalui berbagai macam propaganda mengenai mitos pasar bebas. Setidaknya, ada tiga komponen utama Neoliberalisme. Pertama, menaikkan peran pasar (melebihi peran pemerintah) dalam pengelolaan Universitas Sumatera Utara
ekonomi dan mediasi arus barang dan modal (melalui penghapusan bantuan dan patokan harga, perdagangan bebas, nilai tukar yang ditentukan pasar, dll). Kedua, meningkatkan peran dan lingkup serta hak milik sektor swasta (melalui swastanisasi, deregulasi, dll). Ketiga, menggembar-gemborkan ide “kebijakan ekonomi yang kuat” melalui anggaran berimbang, fleksibilitas pasar tenaga kerja, inflasi rendah, dll. 15


Dalam ranah politik, Neoliberalisme memiliki mitos akan memajukan demokrasi, pemerintahan yang baik, kebijakan ekonomi yang kuat di negaranegara
berkembang dengan berbagai cara. Pertama, kebebasan ekonomi yang berkaitan dengan ekonomi pasar akan meruntuhkan otokrasi dan kleptokrasi.
Kedua, investor internasional umumnya menghindari negara korup atau pemerintahan otokrasi. Ketiga, Neoliberalisme menggabungkan pemerintah dan
swasta dalam komunitas global, sehingga mendorong penggabungan normanorma manajemen kebijakan dengan praktik bisnis.16 Ternyata mitos ini juga terbantahkan, bahkan Neoliberalisme meruntuhkan beberapa aspek penting, seperti akuntabilitas, pluralisme, dan otonomi negara. Pertama, sistem pasar cocok dengan berbagai macam struktur politik, mulai dari pemerintahan represif hingga demokratis. Kedua, Neoliberalisme global mengancam demokrasi dengan menganugrahi para investor dan perusahaan dunia ‘hak veto’ atas pilihan kebijakan domestik yang mereka tentang. Aspek
fundamental pemerintahan demokratis adalah hak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap mereka yang dipengaruhi oleh kebijakan.
Namun, dibawah payung neoliberal, pemilik faktor produksi berskala 15 Ha-Joon Chang & Ilene Grabel, Membongkar Mitos Neolib : Upaya Merebut Kembali Makna Pembangunan, Yogyakarta, Insist Press, 2008, Hal 12 16 Opcit, Hal 13

Universitas Sumatera Utara


Internasional (khususnya investor besar dan kaum borjuis) memiliki ‘hak veto’ yang kian besar atas wilayah politik dan legislative. Ketiga, Neoliberalisme memperburuk kesenjangan dalam negeri dan antar bangsa. Neoliberalisme telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang tidak merata dan menciptakan ketidaksetaraan internasional. hal ini disebabkan arus modal swasta cenderung terkonsentrasi di negara-negara yang telah memiliki siklus pertumbuhan, investasi, dan produktivitas yang baik, dalam hal ini negara-negara maju.17 Bahkan, pengalaman sejarah membuktikan bahwa “pasar bebas” yang terbentuk di Amerika Latin secara sangat baik sebagai reaksi terhadap keberhasilan reformasi sosial dan dibangun diatas landasan intervensi politik dengan kekerasan.18 Washington bersama-sama dengan militer Amerika Latin menggulingkan pemerintah-pemerintah yang dipilih secara demokratis, Chile, Argentina, Brasil dan Uruguay. Diktator-diktator baru yang didukung lembagalembaga keuangan internasional, kemudian membongkar rintangan-rintangan sosial dan proteksionis, mendenasionalisasikan sektor-sektor industri dan perbankan, serta memprivatisasi sektor-sektor publik.19 Upaya penggulingan dan kudeta terhadap pemerintahan demokratis Chavez juga pernah dilakukan pada bulan April 2002. Militer yang dipimpin oleh Panglima Angkatan Darat Jenderal Efrain Vasquez dan Kepala Kamar Dagang Industri Venezuela Pedrio Carmona Estranga menuntut Chavez mundur, menangkap dan membawanya ke markas Angakatan Darat di Fort Tiuna lalu dipindahkan ke suatu pulau di lepas pantai Venezuela. Membubarkan parlemen, 17 Opcit, Ha-Joon Chang & Ilene Grabel, Hal 20 18 James Petras & Henry Veltmeyer, Imperialisme Abad 21, Yogyakarta, Kreasi Wacana, 2002,
Hal 139


Penjajahan Spanyol


Penjajahan Spanyol di daratan Venezuela dimulai tahun 1522, ketika koloni Spanyol mendirikan permukiman permanen pertama, di Selatan permukiman Amerika yang di masa kini disebut sebagai Cumana. Pada abad ke-16, Jerman juga mencoba untuk memulai kolonisasi, di bawah pimpinan Klein-Venedig (1528-1546). Namun, sejarah mencatat, Jerman tidak berhasil membangun koloni di tempat ini. Sejak awal, pembangunan koloni asing telah mendapatkan perlawanan dari penduduk asli Venezuela, ( Caciques). Pimpinan Caciques, antara lain adalah Guacaipuro (1530-1568) dan Tamanaco (meninggal 1573). Keduanya memimpin penduduk asli untuk mencoba menahan serbuan Spanyol. Namun akhirnya Spanyol keluar sebagai pemenang dan mereka menangkap para pemimpin Caciques untuk kemudian dihukum mati. Spanyol kemudia melebarkan kekuasaanya dengan mulai membangun pusat peradaban di Venezuela, dengan mendirikan kota Caracas.

Selama masa kependudukan Spanyol, pada abad ke-16, ajaran agama Katolik Roma mulai mengonversi kepercayaan religi animisme yang dianut oleh pribumi yang disebut Mariches, para keturunan Karibia. Pemilihan beberapa nama tempat, seperti Caracas, Chacao, dan Los Teques sempat ditolak karena dinilai terlalu berbau Katolik. Akan tetapi, penolakan itu berhasil ditundukkan oleh hegemoni para pendatang dari tanah Eropa. Permukiman kolonial awal difokuskan di pantai utara. Tetapi, pada pertengahan abad ke-18, bangsa Spanyol kemudian masuk lebih jauh hingga ke pedalaman, di sepanjang Sungai Orinoco. Disekitar sungai itulah, kelompok pribumi Ye’kuana yang dikenal sebagai Makiritare melakukan perlawanan besar sepanjang tahun 1775-1776.

Permukiman timur Spanyol di Venezuela masuk dalam kekuasaan Provinsi New Andalusia, yang diperintah oleh Audencia Royal Santo Domingo,sejak awal abad ke-16. Sedangkan sejak abad ke-18, sebagian besar Venezuela menjadi bagian dari Kerajaan Granada Baru. Konon, perampasan Venezuela oleh bangsa Spanyol berjalan lambat dan sulit, tetapi berangsur-angsur mereka berhasil merebut kawasan itu dan membangun jaringan kota. Selama masa penjajahan ini, Venezuela diperintahkan oleh perwakilan kerajaan Spanyol. Para birokrat kerajaan memegang pucuk pemerintahan, sedangkan para pastur Spanyol memegang jabatan gereja tertinggi. Golongan Criollos, kulit putih kelahiran Amerika, memiliki lahannya dan mengendalikan politik dan agama, tetapi hanya pada tingkat lokal.

Golongan Mestizo, ditempatkan pada posisi yang lebih rendah oleh golongan minoritas kulit putih. Suku Indian yang hidup di pedalaman benarbenar terpisah dari kehidupan social dan budaya Eropa, sedangkan golongan Negro diperkerjakan sebagai budak di perkebunan pantai Karibia. Karena rasa tidak puas, baik dari golongan Kreol yang paling kaya maupun yang amat miskin, terjadilah gerakan untuk kemerdekaan. Venezuela tidak pernah bisa menerima segala bentuk imperialisme. Negeri ini dihuni oleh mereka yang memiliki nasionalisme kokoh, dan berharap surga mereka tidak berubah menjadi penjara hegemoni politik dan ekonomi asing. Perlawanan tidak henti-hentinya senantiasa dikobarkan untuk mempertahankan keindahan Venezuela.

Kemerdekaan


Beberapa kali perlawanan kelompok kecil dari penduduk asli, Caciques, terhadap Spanyol berakhir dengan kekalahan, maka Venezuela mulai belajar bagaimana cara untuk melakukan perlawanan besar-besaran. Di bawah kepemimpinan Francisco de Miranda, seorang marshal Venezuela yang pernah ikut berjuang dalam Revolusi Amerika dan Perancis memulai perlawanan dan akhirnya pada 5 Juli 1811, tujuh dari sepuluh provinsi mendeklarasikan kemerdekaan di Venezuela yang menandai kemerdekaan Venezuela dan era berdirinya Republik Pertama di Venezuela .


Upaya mempertahankan Kemerdekaan dari Spanyol


Namun Spanyol tidak tinggal diam begitu saja, mereka kemudian menyerbu kelompok pro-kemerdekaan. Setahun kemudian, akhirnya Spanyol dapat menguasai Venezuela lagi setelah negara itu mengalami kekalahan karena diguncang gempa bumi dan Perang La Victoria.

Setahun pasca kekalahan dari Spanyol, Simon Bolivar setelah menghadapi pertempuran besar melawan Spanyol di Kota Cucuta akhirnya dapat merebut kembali kedaulatan Venezuela pada tahun 1813 yang menandai era berdirinya Republik Kedua. Namun, periode kemerdekaan ini juga tidak berlangsung lama karena bermasalah dengan pemberontakan lokal serta pendudukan kembali pasukan Spanyol akhirnya pertengahan tahun 1814 Venezuela jatuh lagi ketangan Spanyol dan Bolivar beserta pasukanya menyingkar kelluar Venezuela.

Bolivar dan para pejuang lain tidak menyerah kemudian pada tahun 1817 mereka memulai perlawanan kembali terhadap Spanyol bahkan target mereka bukan hanya membebaskan Venezzuela tapi Granada Baru (Kolombia, sebagian Venezuela, Ekuador, Panama, dan sebagian Peru) akhirnya pada tahun 10 Agustus 1819, Bolivar dapat mengusir Spanyol dari kota Bogota yang menandai era berdirinya Republik Grand Colombia (Kolombia, sebagian Venezuela, Ekuador, Panama, dan sebagian Peru) dan berakhirnya kolonialisme Spanyol di Venezuela karena setelah itu Venezuela lebih banyak menghadapi konflik internal antar faksi dan idiologi untuk meraih kekuasaan tertinggi di negara kaya minyak tersebut

0 Comments

Post a Comment