Sejarah Ancol (Taman Impaian Jaya Ancol)


Sejarah Ancol (Taman Impaian Jaya Ancol)  Taman Impian Jaya Ancol sebagai lokasi wisata di Jakarta, tepatnya Jakarta Pusat, memang sudah dikenal sebagai highlight kota Jakarta. Tahukah Anda bahwa lokasi wisata ini sudah berdiri sejak abad ke-17?  Ancol pertama kali dibuat saat kepemimpinan Gubernur Jendral Hindia Belanda yaitu Adriaan Valckeneir. Awalnya beliau hanya ingin membangun rumah peristirahatan yang sangat indah di tepi pantai baginya dan keluarga. Ancol dibuat di area VOC (red – Daerah Kota Tua sekarang), tempat Gubernur dan Jendral pemerintahan Hindia Belanda bekerja. Tidak disangka, seiring berkembangnya waktu, lokasi tersebut berkembang menjadi lokasi wisata karena keindahannya.  Tanggal 4 Juni 1956 memperlihatkan Sukarno dan Guntur Sukarnoputra, yang saat itu berusia 12 tahun,  mengendarai Dumbo, salah satu wahana paling menarik di Disneyland, Amerika Serikat. Selama kunjungan itu, hampir setahun setelah taman hiburan itu mulai dibuka, Sukarno menikmati dan menunjukkan antusiasme yang sama seperti putranya.                                        Sukarno mengunjungi Disneyland, Hollywood, dan tempat hiburan lainnya dalam lawatan selama kurang lebih tiga pekan di Amerika Serikat. Dari sinilah Sukarno ingin Indonesia memiliki taman hiburan serupa. Ketika ada usulan untuk menjadikan kawasan Ancol yang berawa-rawa dan bersemakbelukar sebagai kawasan industri, Sukarno menolaknya. Dia ingin mewujudkan mimpinya, membangun

Taman Impian Jaya Ancol sebagai lokasi wisata di Jakarta, tepatnya Jakarta Pusat, memang sudah dikenal sebagai highlight kota Jakarta. Tahukah Anda bahwa lokasi wisata ini sudah berdiri sejak abad ke-17?

Ancol pertama kali dibuat saat kepemimpinan Gubernur Jendral Hindia Belanda yaitu Adriaan Valckeneir. Awalnya beliau hanya ingin membangun rumah peristirahatan yang sangat indah di tepi pantai baginya dan keluarga. Ancol dibuat di area VOC (red – Daerah Kota Tua sekarang), tempat Gubernur dan Jendral pemerintahan Hindia Belanda bekerja. Tidak disangka, seiring berkembangnya waktu, lokasi tersebut berkembang menjadi lokasi wisata karena keindahannya.

Tanggal 4 Juni 1956 memperlihatkan Sukarno dan Guntur Sukarnoputra, yang saat itu berusia 12 tahun,  mengendarai Dumbo, salah satu wahana paling menarik di Disneyland, Amerika Serikat. Selama kunjungan itu, hampir setahun setelah taman hiburan itu mulai dibuka, Sukarno menikmati dan menunjukkan antusiasme yang sama seperti putranya.

                                 Sejarah Ancol (Taman Impaian Jaya Ancol)  Taman Impian Jaya Ancol sebagai lokasi wisata di Jakarta, tepatnya Jakarta Pusat, memang sudah dikenal sebagai highlight kota Jakarta. Tahukah Anda bahwa lokasi wisata ini sudah berdiri sejak abad ke-17?  Ancol pertama kali dibuat saat kepemimpinan Gubernur Jendral Hindia Belanda yaitu Adriaan Valckeneir. Awalnya beliau hanya ingin membangun rumah peristirahatan yang sangat indah di tepi pantai baginya dan keluarga. Ancol dibuat di area VOC (red – Daerah Kota Tua sekarang), tempat Gubernur dan Jendral pemerintahan Hindia Belanda bekerja. Tidak disangka, seiring berkembangnya waktu, lokasi tersebut berkembang menjadi lokasi wisata karena keindahannya.  Tanggal 4 Juni 1956 memperlihatkan Sukarno dan Guntur Sukarnoputra, yang saat itu berusia 12 tahun,  mengendarai Dumbo, salah satu wahana paling menarik di Disneyland, Amerika Serikat. Selama kunjungan itu, hampir setahun setelah taman hiburan itu mulai dibuka, Sukarno menikmati dan menunjukkan antusiasme yang sama seperti putranya.                                        Sukarno mengunjungi Disneyland, Hollywood, dan tempat hiburan lainnya dalam lawatan selama kurang lebih tiga pekan di Amerika Serikat. Dari sinilah Sukarno ingin Indonesia memiliki taman hiburan serupa. Ketika ada usulan untuk menjadikan kawasan Ancol yang berawa-rawa dan bersemakbelukar sebagai kawasan industri, Sukarno menolaknya. Dia ingin mewujudkan mimpinya, membangun

Sukarno mengunjungi Disneyland, Hollywood, dan tempat hiburan lainnya dalam lawatan selama kurang lebih tiga pekan di Amerika Serikat. Dari sinilah Sukarno ingin Indonesia memiliki taman hiburan serupa. Ketika ada usulan untuk menjadikan kawasan Ancol yang berawa-rawa dan bersemakbelukar sebagai kawasan industri, Sukarno menolaknya. Dia ingin mewujudkan mimpinya, membangun kawasan itu sebagai objek wisata.

Menurut Sugianto Sastrosoemarto dan Budiono dalam Jejak Soekardjo Hardjosoewirjo di Taman Impian Jaya  Ancol, sejak abad ke-17 Ancol sudah menjadi daerah wisata. Saat itu Ancol merupakan kawasan pantai yang  indah dan bersih. Di sana berdiri banyak rumah peristirahatan kaum elite Belanda. Bahkan Gubernur  Jenderal Hindia Belanda ke-25 Adrian Valckenier (1737-1741) memiliki rumah peristirahatan yang besar  dengan taman luas.

Situasinya berubah ketika malaria melanda Batavia pada awal abad ke-19. Ancol tak luput dari serangan  malaria. Orang-orang Belanda pun tak berani berkunjung, apalagi tinggal, di sana. Ahli sejarah Jakarta, Alwi Shahab, menulis, Ancol yang ditinggalkan menjadi hutan belukar dan sarang monyet. Di malam hari, kawasan itu menjadi tempat indehoy lelaki hidung belang dan pekerja seks  komersial. Playboy kaya raya Oey Tambahsia dan sejumlah warga tajir lainnya sering bersenang-senang di  sana. Mereka memiliki soehian atau rumah pelesiran bernama Bintang Mas. Di salah satu vilanya, konon,  Oey membunuh seorang gadis. “Gadis itu diidentikkan sebagai Ariah yang hilang sekitar tahun 1870/1871.  Dia meninggal dan jasadnya hilang, setelah menolak diperkosa. Dia kemudian dikenal sebagai ‘Si Manis  Jembatan Ancol’…,” tulis Alwi dalam “Rekreasi di Sarang Monyet,” yang dimuat Republika, 30 Oktober  2005.

Sejarah Ancol (Taman Impaian Jaya Ancol)  Taman Impian Jaya Ancol sebagai lokasi wisata di Jakarta, tepatnya Jakarta Pusat, memang sudah dikenal sebagai highlight kota Jakarta. Tahukah Anda bahwa lokasi wisata ini sudah berdiri sejak abad ke-17?  Ancol pertama kali dibuat saat kepemimpinan Gubernur Jendral Hindia Belanda yaitu Adriaan Valckeneir. Awalnya beliau hanya ingin membangun rumah peristirahatan yang sangat indah di tepi pantai baginya dan keluarga. Ancol dibuat di area VOC (red – Daerah Kota Tua sekarang), tempat Gubernur dan Jendral pemerintahan Hindia Belanda bekerja. Tidak disangka, seiring berkembangnya waktu, lokasi tersebut berkembang menjadi lokasi wisata karena keindahannya.  Tanggal 4 Juni 1956 memperlihatkan Sukarno dan Guntur Sukarnoputra, yang saat itu berusia 12 tahun,  mengendarai Dumbo, salah satu wahana paling menarik di Disneyland, Amerika Serikat. Selama kunjungan itu, hampir setahun setelah taman hiburan itu mulai dibuka, Sukarno menikmati dan menunjukkan antusiasme yang sama seperti putranya.                                        Sukarno mengunjungi Disneyland, Hollywood, dan tempat hiburan lainnya dalam lawatan selama kurang lebih tiga pekan di Amerika Serikat. Dari sinilah Sukarno ingin Indonesia memiliki taman hiburan serupa. Ketika ada usulan untuk menjadikan kawasan Ancol yang berawa-rawa dan bersemakbelukar sebagai kawasan industri, Sukarno menolaknya. Dia ingin mewujudkan mimpinya, membangun

Selama pendudukan Jepang, Ancol digunakan sebagai tempat eksekusi dan kuburan massal bagi mereka yang  menentang tentara Jepang. Pada 14 September 1946, para korban dimakamkan-ulang secara layak di  Pemakaman Ancol. Pemakaman itu berisi lebih dari 2.000 korban, banyak dari mereka tak diketahui namanya.

Setelah Indonesia merdeka, Jakarta mulai berbenah. Ancol, yang tadinya sering disebut tempat “jin buang  anak”, disulap menjadi kawasan wisata lewat Keputusan Presiden mengenai Panitia Pembangunan Proyek  Ancol dan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1960. Sukarno menunjuk Gubernur DKI Jakarta Soemarno  Sosroatmodjo sebagai pelaksana pembangunan Proyek Ancol.

“Marno, sebagai pemimpin, kamu harus mampu berpikir tentang apa yang bisa kamu perbuat untuk rakyatmu  lima puluh tahun yang akan datang. Kamu harus mampu membayangkan apa yang dibutuhkan oleh rakyatmu,  rakyat Jakarta. Bukan untuk satu atau dua tahun ke depan, tapi lima puluh, atau seratus tahun ke depan. 

                             Sejarah Ancol (Taman Impaian Jaya Ancol)  Taman Impian Jaya Ancol sebagai lokasi wisata di Jakarta, tepatnya Jakarta Pusat, memang sudah dikenal sebagai highlight kota Jakarta. Tahukah Anda bahwa lokasi wisata ini sudah berdiri sejak abad ke-17?  Ancol pertama kali dibuat saat kepemimpinan Gubernur Jendral Hindia Belanda yaitu Adriaan Valckeneir. Awalnya beliau hanya ingin membangun rumah peristirahatan yang sangat indah di tepi pantai baginya dan keluarga. Ancol dibuat di area VOC (red – Daerah Kota Tua sekarang), tempat Gubernur dan Jendral pemerintahan Hindia Belanda bekerja. Tidak disangka, seiring berkembangnya waktu, lokasi tersebut berkembang menjadi lokasi wisata karena keindahannya.  Tanggal 4 Juni 1956 memperlihatkan Sukarno dan Guntur Sukarnoputra, yang saat itu berusia 12 tahun,  mengendarai Dumbo, salah satu wahana paling menarik di Disneyland, Amerika Serikat. Selama kunjungan itu, hampir setahun setelah taman hiburan itu mulai dibuka, Sukarno menikmati dan menunjukkan antusiasme yang sama seperti putranya.                                        Sukarno mengunjungi Disneyland, Hollywood, dan tempat hiburan lainnya dalam lawatan selama kurang lebih tiga pekan di Amerika Serikat. Dari sinilah Sukarno ingin Indonesia memiliki taman hiburan serupa. Ketika ada usulan untuk menjadikan kawasan Ancol yang berawa-rawa dan bersemakbelukar sebagai kawasan industri, Sukarno menolaknya. Dia ingin mewujudkan mimpinya, membangun

Bagaimana kamu bisa memberikan tempat yang bisa membahagiakan rakyat Jakarta agar penduduknya menikmati  hawa segar laut, bisa melihat cerianya anak-anak bermain di pantai, ditingkahi debur ombak, dan tiupan  angin yang semilir.” Begitulah pesan Sukarno kepada Soemarno yang terekam dalam ingatan Soekardjo. Soekardjo Hardjosoewirjo merupakan orang yang berperan penting pada tahap awal realisasi Proyek Ancol.  Dia membuat konsep surat-surat presiden terkait kepanitiaan pembangunan Proyek Ancol; mengurus  kelengkapan surat-surat berkaitan dengan hukum, anggaran biaya, serta mempelajari dan melengkapi berkas  keorganisasian pelaksanaan Proyek Ancol. Setelah sebulan bekerja di belakang meja di kantor Pemda DKI  Jakarta, dia kemudian ditugasi sebagai pelaksana lapangan untuk mempersiapkan pembangunan Proyek Ancol.

Meski diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta, tapi proyek itu menjadi program nasional karena merupakan bagian dari modernisasi Jakarta sebagai ibukota negara. Tapi Proyek Ancol merupakan proyek mandataris,  yang pendanaannya tak membebani anggaran negara atau daerah. Ia adalah self propelling project atau  dalam istilah orang Jawa disebut “proyek opor bebek”. Untuk memenuhi kebutuhan dana, proyek itu  bersandar pada pinjaman dana dari swasta. Karena kontraktor dalam negeri tak memenuhi kriteria dari  segi teknis apalagi pembiayaan, pengerjaan Proyek Ancol ditawarkan kepada kontraktor asing. Proposal  ditawarkan ke Amerika Serikat, Jepang, dan Perancis. Pilihan akhirnya jatuh pada kontraktor dari  Prancis, Compagnic Industriale de Travaux (Citra).

Citra hanya mengerjakan pembangunan tahap pertama: penimbunan rawa-rawa, empang, dan hutan belukar  dengan sekira 12,5 juta meter kubik material, serta pembebasan tanah seluas 552 hektar. Pembangunan  tahap pertama ini selesai pada Februari 1966. “Sangat beruntung saat tragedi G30S (Gerakan 30 Sepetember 1965) meletus, tahap pertama kegiatan  penimbunan hampir selesai. Seandainya saat G30S meletus tahap pertama proyek ini belum selesai, tentu  sulit dibayangkan apa yang akan terjadi,” tulis Sugianto dan Budiono.

                                Sejarah Ancol (Taman Impaian Jaya Ancol)  Taman Impian Jaya Ancol sebagai lokasi wisata di Jakarta, tepatnya Jakarta Pusat, memang sudah dikenal sebagai highlight kota Jakarta. Tahukah Anda bahwa lokasi wisata ini sudah berdiri sejak abad ke-17?  Ancol pertama kali dibuat saat kepemimpinan Gubernur Jendral Hindia Belanda yaitu Adriaan Valckeneir. Awalnya beliau hanya ingin membangun rumah peristirahatan yang sangat indah di tepi pantai baginya dan keluarga. Ancol dibuat di area VOC (red – Daerah Kota Tua sekarang), tempat Gubernur dan Jendral pemerintahan Hindia Belanda bekerja. Tidak disangka, seiring berkembangnya waktu, lokasi tersebut berkembang menjadi lokasi wisata karena keindahannya.  Tanggal 4 Juni 1956 memperlihatkan Sukarno dan Guntur Sukarnoputra, yang saat itu berusia 12 tahun,  mengendarai Dumbo, salah satu wahana paling menarik di Disneyland, Amerika Serikat. Selama kunjungan itu, hampir setahun setelah taman hiburan itu mulai dibuka, Sukarno menikmati dan menunjukkan antusiasme yang sama seperti putranya.                                        Sukarno mengunjungi Disneyland, Hollywood, dan tempat hiburan lainnya dalam lawatan selama kurang lebih tiga pekan di Amerika Serikat. Dari sinilah Sukarno ingin Indonesia memiliki taman hiburan serupa. Ketika ada usulan untuk menjadikan kawasan Ancol yang berawa-rawa dan bersemakbelukar sebagai kawasan industri, Sukarno menolaknya. Dia ingin mewujudkan mimpinya, membangun

Ketika situasi politik dan ekonomi berangsur membaik, Proyek Ancol dilanjutkan di bawah pimpinan Gubernur DKI Ali Sadikin, pengganti Soemarno. Pembangunan Ancol dilaksanakan oleh PD Pembangunan Jaya.  Ciputra sebagai CEO PT Pembangunan Jaya mengajukan konsep pembangunan dan pengembangan kawasan Ancol  kepada Ali Sadikin.“Jadikan Ancol setaraf dengan Disneyland-nya Amerika,” kata Ali Sadikin kepada Ciputra dalam Ciputra Quantum Leap.
Menurut Hermawan Kertajaya, Disneyland pernah didekati agar mau membangun salah satu theme park-nya di  Jakarta. Tapi usaha itu tak berhasil. “Bahkan namanya juga tak boleh digunakan, sekalipun misalnya  mereka tidak keluar uang sama sekali atas theme park yang dibangun di Jakarta,” tulis Hermawan dalam  100 Corporate Marketing Cases.

Meski menolak, Disneyland membuka diri bagi Indonesia untuk belajar. Ketika akan membangun Dunia  Fantasi (Dufan), seluruh tim arsitek dan teknisi Ancol dikirim ke Amerika untuk melihat dan mempelajari  seluk-beluk Disneyland. “Hanya saja, Ancol tak meniru Disneyland, tapi mengembangkan fantasi dan  kreasinya sendiri ala Indonesia,” kata Soekardjo seperti dikutip Sugianto dan Budiono.

0 Comments

Post a Comment