Bandara Ngurah Rai berawal dari Tuban dan di bangun pada tahun 1930 oleh Departement voor verkeer en waterstaat (semacam departemen pekerjaan umum). Landas pacu berupa airstrip sepanjang 700meter dari rumput ditengah ladang dan pekuburan di didesa Tuban. Tahun 1942 Airstrip South Bali dibom oleh Tentara Jepang, yang kemudian dikuasai untuk tempat mendaratkan pesawat tempur dan pesawat angkut mereka. Airstrip yang rusak akibat pengeboman diperbaki oleh Tentara Jepang dengan menggunakan Pear Still Plate (sistem plat baja). 5 tahun berikutnya 1942-1947, airstrip mengalami perubahan panjang landas pacu menjadi1200meter dari semula 700 meter. Tahun 1949 dibangun gedung terminal dan menara pengawas penerbangan sederhana yang terbuat dari kayu. komunikasi penerbangan menggunkan transceiver kode morse.
Dan kemudian dilakukannya perpanjangan kearah barat yang semula 1200 meter menjadi 2700 meter dengan overrun 2x100 meter. Proyek yang berlangsung dari tahun 1963-1969 dberi nama Proyek Airport tuban dan sekaligus sebagai Pelabuhan Udara Tuban. Proses reklamasi pantai sejauh 1500 meter dlakukan dengan mengambil material batu kapur yang berasal dari ungasan dan batu kali serta pasir dari sungai Antosari-Tabanan. Seiring selesainya temporary terminal dan runway pada proyek Airport Tuban, pemerintah meresmikan penerbangan Internasonal di Pelabuhan Udara Tuban. Tanggal 10 Agustus 1966.
Penyelesaian pengembangan Pelabuhan Udara Tuban ditandai dengan peresmian oleh Presiden Soeharto pada tanggal 1 Agustus 1969, yang sekaligus menjadi momen perubahan nama dari Pelabuhan Udara Tuban menjadi Pelabuhan Udara Internasional Ngurah Rai (Bali Intrenasional Airport Ngurah Rai). Pada tahun 1975 sampai dengan 1978 Pemerintaha Indonesia kembali membangun fasilitas-fasilitas penerbangan, antara lain dengan membangun terminal Internasional baru. Gedung terminal lama selanjutnya dialih fungsikan menjadi terminal domestic, sedangkan terminal domestic yang lama digunakan sebagai gedung cargo. Usaha jasa catering dan gedung serbaguna.
Pengembangan Bandara Ngurah Rai
Proyek FBUKP tahap 2 (1998-2000), pengembangan bandara dikerjakan oleh Direktorat jendral perhubungan Udara, antara lain dengan memanfaatkan hutan bakau seluas 12Ha untuk digunakan sebagai fasilitas keselamatan penerbangan. Rencana Proyek FBUKP tahap 3 meliputi pengembangan gedung terminal, gedung parkir, dan Apron. Luas terminal domestik saat ini hanya akan dikembangkan hingga total luasnya bsa mencapai 12.000 m yang nantinya akan digunakan sebagai terminal internasional. Adapun eksisting terminal internasional akan dialih fungsikan menjadi terminal domestik. Dengan kondisi tersebut. Bandara Ngurah Rai akan mampu menampung hingga 25 juta penumpang.
0 Comments
Post a Comment