Pulau Sentinel


Tulisan ini merupakan artikel dari Uncle John's 24-Karat Gold Bathroom Reader. Pernah mendengar tentang Pulau North Sentinel? Mungkin belum... bahkan sampai berpikir bahwa tempat tersebut merupakan salah satu tempat paling tidak biasa di muka bumi. Apa yang membuatnya begitu aneh? Penduduknya - mereka telah berdiam di sana dalam waktu yang sangat lama, terisolasi secara sempurna dari dunia luar.


TERDAMPAR


Larut malam pada tanggal 2 Agustus 1981, sebuah kapal barang dari Hongkong yang melewati air Teluk Benggala yang beriak kandas pada karang yang terendam. Kapal yang bernama Primrose tersebut tertancap tanpa harapan. Namun, tidak ada bahaya tenggelang, maka setelah meminta bantuan lewat radio, kapten dan awak kapal menginap di kapal itu selama beberapa hari sembari menunggu bantuan datang.

Esok hari, setelah matahari terbit, seorang awak kapal melihat sebuah pulau yang terletak sekitar beberapa ratus yard di balik karang. Pulau tersebut tampak tidak berpenghuni. Semua orang berpikir demikian: tidak ada bangunan, jalan, ataupun tanda-tanda kehidupan di sana, hanya sebuah pantai alami yang berpasir dan di balik itu semua, terdapat hutan yang sangat lebat. Pantai tersebut tampaknya merupakan tempat yang ideal untuk menunggu bantuan, namun kapten kapal meminta seluruh anak buah agar tetap tinggal di kapal. Waktu itu sedang musim hujan, dan mungkin dia telah memikirkan tentang menurunkan seluruh orang yang ada di kapal ke laut lepas dengan sebuah sekoci kecil. Atau mungkin saja ia telah mengetahui pulau kecil apa yang terletak di balik batu karang tersebut: Pulau North Sentinel, pulau paling mematikan di antara lebih dari dua ratus pulau yang menyusun gugus Kepulauan Andaman.


SAMBUTAN DARI DALAM PULAU


Beberapa hari kemudian, seorang pengawas dari atas kapal Primrose menyaksikan sekumpulan orang berkulit gelap muncul dari dalam hutan berjalan menuju kapal. Apakah itu regu penyelamat? Mungkin saja... sampai orang-orang tersebut datang lebih dekat, dan pengawas tersebut dapat melihat bahwa setiap dari mereka telanjang.

Telanjang... dan bersenjata, namun bukan dengan pistol. Setiap orang membawa tompak, panah dan busur, atau sejenis senjata primitif lainnya. Kapten kapal kembali memanggil dengan nada darurat, kali ini situasinya lebih sulit: "Suku liar! Diperkirakan lebih dari 50, membawa beragam senjata buatan tangan, kali ini sedang membuat dua atau tiga kapal kayu. Kami khawatir mereka akan meyerang saat matahari terbenam."


TERPISAH DARI DUNIA LUAR


Setelah kebuntuan yang menengangkan selama beberapa hari, seluruh awak kapal dievakuasi melalui helikopter untuk keselamatan. Mereka beruntung dapat menghindar. Ini adalah ketidakberuntungan mereka bahwa mereka telah kandas di lepas pesisir salah satu pulau paling aneh di muka bimu, dan mungkin saja yang paling aneh dari jenisnya. Antropolog percaya bahwa orang-orang yang muncul di pantai pada tahun 1981 tersebut adalah anggota dari suku pemburu-pengumpul yang telah tinggal di pulau tersebut selama 65 ribu tahun, yaitu 35 ribu tahun sebelum zaman es terakhir, 55 ribu tahun sebelum kepunahan mammoth berbulu di Amerika Utara, dan 62 ribu tahun sebelum bangsa Mesir Kuno membangun piramida. Suku ini dipercaya merupakan keturunan langsung manusia pertama yang keluar dari Afrika. (catatan blogger: lihat teori Out of Africa/Recent Africa Origin di Wikipedia)

Dunia di luar pulau tersebut telah mengenal Pulau North Sentinel selama berabad-abad, tetapi penduduk pulau tersebut hampir secara sempurna terasingkan dari dunia di luar mereka sepanjang garis hidup mereka, dan mereka secara kejam mempertahankan keterasingannya hingga hari ini. Tidak ada seorang pun yang tahu bahasa apa yang mereka tuturkan atau bagaimana mereka menyebut dirinya sendiri. Mereka tidak pernah mengizinkan seorang pun untuk berada cukup dekat dengan mereka untuk mencari tahu. Dunia luar menyebut mereka "Sentineli" atau "Sentinelese", diambil dari nama pulau terseut. Diperkirakan di dalam pulau berukuran 72 kilometer persegi tersebut -sedikit lebih besar dari Manhattan- dapat menampung kurang lebih 400 orang pemburu-pengumpul (hunter-gatherer), namun tidak seorang pun tahu jumlah pasti mereka.


SENDIRI DAN TERASING


Pulau North Sentinel secara menakjubkan cocok untuk mendukung sekaligus mengasingkan suku seperti Sentinelese. Pulau tersebut terlalu kecil untuk menarik perhatian pendatang ataupun kekuatan kolonial, terutama jika ada pulau yang lebih besar dan lebih baik ditinggali dalam beberapa jam berlayar. Dan tidak seperti pulau-pulau lainnya, pulau tersebut tidak mempunyai pelabuhan alami, sehingga tidak ada tempat yang baik untuk kapal untuk berlindung dari terpaan badai. Terlebih lagi, pulau tersebut dikelilingi oleh cincin bebatuan karang yang terendam, yang menghalangi kapal-kapal besar untuk berlabuh. Hal ini benar berdasarkan logika pelayaran, di mana kapal-kapal tidak mempunyai cara untuk cepat bermanuver menghindari bahaya ketika mereka menyadari di depannya terdapat batu karang. Celah kecil di antara bebatuan karang memperbolehkan kapal kecil untuk lewat dan mendarat di pantai, namun celah tersebut hanya dapat dilalui pada cuaca yang baik dan laut yang tenang, yang terjadi tidak teratur, hanya dua bulan saja setiap tahunnya. Pada sepuluh bulan lainnya, pulau tersebut tidak dapat dijangkau secara aman dari laut.


MENCUKUPI SENDIRI


Di saat yang sama bebatuan karang menjaga pulau tersebut dari orang tidak dikenal, bebatuan karang tersebut membantu menjaga penduduk pulau tersebut, karena karang tersebut menciptakan beberapa laguna yang dangkal yang kaya akan kekayaan laut. Bahan pangan yang disediakan laguna tersebut sangatlah kaya sehingga penduduk pulau tersebut tidak perlu mencari ikan di laut dalam di luar batu katang. Mereka mendorong kapal mereka melalui laguna yang dangkal dan mencari ikan menggunakan tongkat yang dimasukkan ke dalam air, namun mereka tidak dapat berlayar di laut yang lebih dalam dari panjang tongkat yang mereka gunakan. Mereka tidak pernah menemukan dayung, tanpa dayung mereka tidak dapat meninggalkan pulau.

Kepulauan Andaman, termasuk di dalamnya Pulau North Sentinel, terletak pada persimpangan jalur dagang kuno antara Eropa, Timur Tengah, dan Asia Tenggara. Ironisnya, hal ini justru menambah kecenderungan penduduk North Sentinel untuk mengasingkan diri, karena kulit gelap mereka dan penampilan mereka yang mirip orang Afrika menjadikan mereka menjadi sasaran penjual budak yang mungkin mencoba mendarat di pulau tersebut selama berabad-abad. Kontak yang intensif dengan dunia luar hanya meningkatkan permusuhan suku tersebut dengan dunia luar dan keinginan mereka untuk dibiarkan sendiri.


APA YANG ORANG KATAKAN?



Satu alasan lagi yang melindungi Pulau North Sentinel dari pengunjung: keyakinan lama bahwa seluruh suku pada Kepulauan Andaman adalah kanibal. Tidak ada bukti bahwa mereka seperti itu, hanya saja sebagian suku mengenakan kerangka dari leluhur mereka sebagai perhiasan (termasuk tulang-tulangnya), yang mereka kenakan dengan diikat ke punggung. Cukup mudah mengatakan bahwa sebuah suku adalah "kanibal". Siapa juga yang akan bertahan cukup lama hanya untuk membuktikan bahwa mereka bukan kanibal?

Sejak astronom Yunani, Ptolomeus, menuliskan "Pulau Kanibal" pada suatu tempat di Teluk Benggala sekitar abad kedua Masehi, para pelaut sudah menafsirkannya sebagai masyarakat Andaman secara luas. Marco Polo tidak memberikan pencerahan pada tahun 1290-an ketika ia menggambarkan penduduk kepulauan Andaman sebagai "ras yang kasar dan biadab... [yang] membunuh dan memakan setiap orang asing selama mereka bisa." Klaim seperti itu tentu saja membuat setiap orang asing menjauh. Dan mempertimbangkan bagaimana kejamnya penduduk Sentinel dan suku Andaman lainnya dalam mempertahankan wilayahnya, mungkin itu keberuntungan bagi mereka.


ORANG ASING MEMBAWA HADIAH


Bahaya nyata pertama bagi penduduk Sentinel datang pada 1858, ketika Inggris membuka koloni penjara di Port Blair, dekat Pulau Andaman Selatan. dan mencoba mendamaikan (baca: menjinakkan, red.) suku-suku lokal: Suku Andaman Besar, Onge, Jarawa, dan yang terakhir adalah suku Sentinel. Satu cara yangdigunakan Inggris adalah dengan menculik salah satu anggota suku yang masih 'liar', ditahan, diperlakukan dengan baik, lalu dikembalikan kepada sukunya dengan membawa hadiah. Mereka melkukannya untuk menunjukkan keramahan mereka. Ketika percobaan pertama tidak berhasil, mereka akan mengulanginya lagi, lagi, dan lagi hingga sebuah suku yang 'liar' dapat ditaklukkan.

Pada tahun 1880, sebuah pasukan bersenjata dipimpin oleh Maurice Vidal Portman, pejabat tata usaha kolonial Inggris, mendarat di pulau North Sentinel , dan membuat penelurusan yang diyakini pertama dilakukan oleh orang luar. Beberapa hari berlalu hingga mereka membuat kontak pertama dengan penduduk Sentinel, karena anggota suku selalu bersembunyi di dalam hutan setiap kali orang asing datang.

Akhirnya, setelah beberapa hari di pulau tersebut, pasukan tersebut menangkap sepasang orang tua yang sudah tidak mungkin berlari, dan beberapa anak kecil. Portman membawa dua orang dewasa dan empat anak-anak kembali ke Port Blair. Namun, dua orang dewasa tersebut dengat cepat terserang sakit dan kemudian meninggal, kemungkinan disebabkan mereka terpapar penyakit dari orang Barat, seperti cacar air, cacar, dan flu, di mana mereka mungkin hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak ada kekebalan terhadap penyakit tersebut. Maka, Portman mengembalikan keempat anak tersebut ke Pulau North Sentinel dan membawakan mereka hadiah untuk seluruh suku. Anak-anak tersebut menghilang dalam hutan dan tidak pernah terlihat lagi.


GILIRAN INDIA


Setelah kejadian tersebut, Inggris perlahan meninggalkan Pulau Sentinel dan berkonsentrasi untuk menaklukkan suku-suku lainnya. Sejak India mendapatkan kemerdekaan dari Inggris paad 1947, pemerintahan Kepulauan Andaman diserahkan kepada India, namun selama 20 tahun sejak kemerdekaannya, India mengabaikan Pulau Sentinel.

Lalu, pada 1967, India meluncurkan ekspedisinya sendiri secara besar-besaran ke Pulau North Sentinel, lengkap dengan sebuah pasukan polisi dan angkatan laut untuk perlindungan. Ekspedisi ini berlangsung tidak secara agresif dibandingkan apa yang dilakukan Inggris 87 tahun sebelumnya (tanpa penculikan) dan lebih ilmiah (antropolog T.N. Pandit merupakan anggota rombongan). Namun, mereka tidak mengadakan kontak dengan satu pun anggota suku Sentinel, dan sekali lagi, anggota suku tersebut menghilang di kedalaman hutan setiap kali orang luar berkunjung.


KEMBALI MEMBERI HADIAH



Setelah ekspedisi tersebut, India memasuki dekade "kunjungan kontak" dengan penduduk pulau Sentinel. Dari waktu ke waktu selama musim tenang yang singkat, kapal laut India akan menancapkan sauhnya di luar lingkaran karang, dan mengirimkan perahu kecil melalui celah kecil antara bebatuan karang untuk mencapai pantai. Mencapai pesisir, bukan daratan. Mereka harus memastikan kapal tersebut tidak didatangi dengan panah dari pantai atau risiko diserang oleh suku Sentinel.

Orang asing ini, seperti Inggris sebelum mereka, membawa hadiah, biasanya pisang atau kelapa, yang tidak tumbuh di pulau tersebut, dan kadangkala hadiah yang lain, seperti kalung manik-manik, bola karet, ember plastik, atau pot dan panci. setelah pengunjung mencapai pantai dan merasa telah aman, mereka akan menghanyulkan barang-barang tersebut agar dibawa ombak menuju ke pantai. Atau apabila kompi tersebut terlalu besar untuk membuat suku Sentinel takut dan kembali ke hutan, mereka dapat saja mendarat di pantai, namun hanya selama mereka menurunkan hadiah mereka dan kemudian segera kembali menjauh sebelum suku Sentinel menyerang. Ketika kru film National Geographic berdiri terlalu lama selama kunjungan pada tahun 1975, petarung suku Sentinel mengambil panah dan busur lalu menempaknya di paha, lalu berdiri di pantai dan tertawa atas keberhasilannya.


PERTEMUAN JARAK DEKAT


Percobaan kontak berlangsung hingga awal 1990-an, setelah lebih dari 20 tahun dikunjungi, hingga akhirnya suku Sentinel memperlonggar penjagaannya, dan mengizinkan perahu pendatang datang lebih dekat. Kadangkala anggota suku yang tidak bersenjata berdiri di tepi pantai sembari para pendatang menurunkan kelapa ke daratan. Sesekali, mereka terjun ke air untuk mengumpulkan kelapa secara pribadi. Walaupun demikian, mereka tidak memperbolehkan pengunjung untuk berlama-lama. Setelah beberapa menit, suku Sentinel akan memberi tanda gerak tubuh yang "mengancam" atau "tembakan peringatan", di mana panah ditembakkan -namun tanpa panah-, tanda bahwa kunjungan telah usai.


BIARKAN MEREKA SENDIRI


Itu tadi adalah seberapa dekat suku Sentinel pernah membuka diri terhadap dunia luar. Pada pertengahan 1990-an, Pemerintah India memutuskan bahwa kebijakan mereka untuk mengadakan kontak dengan suku Sentinel tidak membuahkan hasil, dan mengakhiri kunjungannya pada tahun 1996.

Kunjungan tersebut tidak membawa hasil bagi India, namun sebenarnya berbahaya bagi suku Sentinel. Dengan hanya sedikit kekebalan terhadap penyakit yang dibawa orang luar, penduduk pulau tidak hanya berisiko terhadap kematian seorang anggota suku setiap mengadakan kontak dengan dunia luar, tetapi juga risiko kepunahan suku tersebut. Hal tersebut adalah pengalaman dari suku Andaman yang lain. Keika Inggris membuka koloni penjara pada tahun 1858, jumlah keseluruhan penduduk asli berkisar 7.000 jiwa. Akan tetapi, kedatangan Inggris diikuti oleh epidemi yang berkelanjutan, seperti pneumonia, cacar, gondok, dan flu rusia, yang menghancurkan suku-suku tersebut. setelah lebih dari 150 tahun terpapar penyakit dari pendatang, jumlah mereka telah berkurang hingga kurang dari 300 orang dan terus berkurang hingga sekarang. Beberapa suku bahkan telah mengalami kepunahan. Suku Sentinel, dengan menolak kontak dengan dunia luar, adalah satu-satunya suku yang terhindar dari kepunahan ini.

0 Comments

Post a Comment